Rani menghampiri Kanya dengan raut wajah menyesal, kedua bola matanya tidak mampu menatap Kanya.
"Kita pulang besok ya kankan."
Ketiganya saling menatap bingung,
"Ada masalah apa ran?" Kanya berusaha menatap Rani, tapi kepalanya semakin menunduk.
Gubrakkk
Mereka sudah saling menimpa, penyangga pintu tidak sebanding mereka bertiga yang sejak tadi menyender disana. Sepertinya kini kegiatan menguping mereka telah di ketahui oleh Tobi dan Rizki.
"Apa-apaan ini?" Tobi meninggikan suaranya.
Reno langsung berdiri membereskan pakaiannya, meninggalkan Ali dan Galuh yang masih saling menindih di lantai.
"Li bangun, berat!" Galuh menyiku Ali dengan lengannya, membuat ali bergeser turun dari tubuh Galuh.
Kanya tak mengerti apa maksud kejadian malam ini, Rani meminta pulang? Reno, Ali, serta Galuh menguping.
Sebenarnya ada apa?
"Pulang besok aja ya, kita kan harus cari buku buat pelajaran tahun ini. Belum lagi istirahat? Kalau kita pulang sehari sebelum masuk nanti kita lelah."
"Biasanya juga beli buku pas udah masuk bisa kok, lagian gua baru dateng ya masa besok langsung pulang."
"Itu urusan lu, siapa suruh kelayapan!" Reno memainkan dahinya.
"Ko lu songong sih," tukas Tobi seraya mendekati Reno mengangkat tangan kanannya.
Sepersekian detik tangan itu akan mendarat di wajah Reno kalau saja Rizki tidak menangkisnya.
"Ini apaan sih jadi pada ribut, lu pada mau jadi jagoan? Ga begini caranya bro!" Rizki berdiri di antara Tobi dan Reno.
Kanya dan Rani hanya bergidik ngeri, para lelaki memang tidak jauh-jauh dari perkelahian pikir mereka.
"Yaudah besok kita pulang, semuanya tanpa terkecuali. Sekarang balik ke kamar istirahat."
"Huh," tukas Reno berlagak ingin memukul wajah Tobi.
"Apa lu!" Tobi memajukan langkahnya.
"Tobi udah," Rizki menatap sahabatnya, menuntutnya agar tetap sabar.
Kanya masih terdiam, melihat Rani berjalan satu baris di belakang Reno dan kawan-kawannya.
"Ko Rani sekarang kaya beda ya, aneh."
"Cinta begitu de, buta! Dah ya gua ke kamar." sepersekian setelah yang lain menuju kamar Tobi menyusul.
Rizki memandang Kanya, memang ada raut penasaran disana. Julukan "si ingin tahu" mungkin cocok untuk Kanya saat ini. Namun lama kelamaan raut wajah itu malah seperti lelucon bagi Rizki, tangannya mulai menutup mulutnya yang tertawa kecil sejak tadi, belum lagi mukanya yang semakin memerah seperti kepiting rebus karna tak dapat mengeluarkan tawanya.
Kanya duduk di sofa, masih memikirkan apa yang menimpa sahabatnya. Mungkin Rizki bisa membantu pikirnya,
Belum sempat mengeluarkan sepatah kata Kanya yang melihat Rizki tertawa tanpa suara menatapnya lekat, tak di lepaskan pandangan kedua bola matanya ke Rizki yang mukanya semakin memerah.
"Apa yang lucu? Ihhh nyebelin!" Kanya memukul Rizki sampai tiga kali.
"Itu muka kamu kayak bokep, hahaha." Rizki tertawa.
Kanya mencubit pinggang Rizki,"aaaww kay, aww eh udah sa saakit."
"Rasain," tukasnya. "Muka cantik-cantik di bilang artis bokep."
KAMU SEDANG MEMBACA
PARTNER
General Fiction"Karena aku tahu, bahwa kita akan tetap menjadi kita." -Riki