4.10 am
Sosok laki-laki itu mengejar-ngejar Kanya kembali dengan senyuman yang menyiratkan 'akhirnya kita bertemu lagi' dan Kanya berusaha menghindar dengan mempercepat larinya.Semakin cepat Kanya berlari sosok itu terasa semakin dekat dengannya hingga Kanya terjatuh dan menimbulkan luka di lututnya, Kanya meringis kesakitan matanya terus menerus mengeluarkan air mata, pandangannya tajam ke arah sosok itu seakan menyiratkan 'mau lo apa sih?'. Namun sosok itu terus memandang Kanya dan melangkah perlahan mendekati Kanya yang terbujur kaku dilantai, melihat perlakuan itu kanya terus menerus berteriak dengan menahan sakit di lututnya seraya memundurkan badannya mengikuti langkah sosok itu.
"Mau lo apa sih, siapa lo?" tukas Kanya seraya memandang tajam sosok yang selalu menghantuinya itu.
"Kita udah deket kay, kamu pasti tau siapa aku, kita udah semakin dekat kay," ucap sosok laki-laki itu seraya melangkah lebih dekat lagi dengan Kanya, "sini kay, aku kangen," ucapnya kembali.
"Gue gamau ... Gua gamau ... Pergi lo ... Aaaaaaa!!!!" teriak Kanya memecah suasana. Bunda serta ayahnya yang mendengar segera menaiki anak tangga secara cepat hingga sampai di ambang pintu kamar Kanya dan langsung membukanya.
Mereka menggoyang-goyangkan tubuh Kanya hingga beberapa kali namun Kanya tetap berteriak terus menerus dan tidak membuka matanya seperti sedang kerasukan. Bunda sudah semakin cemas dengan keadaan Kanya.
Ayah segera berlari kearah kamar mandi yang berada di dalam kamar Kanya dan mengambil air dengan ember kecil. Setelah keluar kamar mandi ayah langsung menyiram air itu ke wajah Kanya. Kanya segera sadar dan sekarang dia sudah berada di pelukan bundanya. Bunda dan ayah menyunggingkan senyuman lega yang menyiratkan 'akhirnya sadar juga.'.
Meskipun sudah tidak ada di dalam bunga tidur a.k.a mimpi. Pandangan Kanya terlihat sangat kosong, sarapan yang sedari tadi harusnya dia makan malah hanya di aduk-aduk sampai tidak terlihat bentuknya.
Bunda yang melihat perlakuan Kanya hanya tersenyum, senyuman itu di sunggingkan untuk menutupi rasa kecemasan pada anaknya itu.
"Kanya, gausah di pikirin. Itu kan cuma mimpi. Lagian emang ada cowo yang mau sama kamu?" ucap ayah berniat meledek Kanya, namun niatnya itu berhasil membuat bunda mengeluarkan tawanya sedangkan Kanya mulai membuka mulutnya.
"Ih ayah, banyak tau yang suka sama Kanya," ucapnya lemas seraya memajukan bibirnya beberapa senti.
Kini keadaaan Kanya sudah kembali seperti biasa. Sarapan yang tadi hanya di aduk-aduk olehnya di ganti dengan sarapan yang baru oleh bunda. Kanya segera menghabiskan sarapannya.
Mobil honda jazz milih ayah kanya sudah siap melaju. Kanya menyalim bundanya dan langsung menuju ke arah mobil ke punyaan ayahnya itu.
Di perjalanan menuju sekolahnya Kanya hanya menikmati lalu lalang orang yang berada di jalan dan sesekali ia melihat langit yang sangat indah pada pagi hari itu seraya menyunggingkan senyumannya.
Kini mobil ayah telah berada di ambang gerbang sekolah Kanya. Kanya segera pamit dengan ayahnya kemudian turun dari mobil.
Mobil ayahnya segera meleset dengan cepat dan Kanya dengan berlari kecil memasuki lingkungan sekolahnya itu.
"Ah sosok itu ngebuat nyali gue ciut mulu nih, kalo kaya gini terus bisa stress sebelum waktunya gua," ucap Kanya lemas seraya menelusuri koridor sekolahnya.
Tiba-tiba dari kejauhan ada seseorang yang melambaikan tangan, dia seperti Rani namun sangat berbeda kini rambutnya hanya di gerai, wajahnya di beri sentuhan make up, dan dia tidak memakai kacamata. Iya benar dia Rani.
Kanya segera menghampiri Rani yang sedari tadi melambaikan tangannya di ambang pintu kelas mereka. Kanya langsung memeluk Rani, sahabatnya itu pun membalas pelukannya dan tanpa Kanya sadari air matanya telah menetes ke seragam yang di kenakan Rani. Rani yang mendengar isakan Kanya langsung melepaskan pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PARTNER
General Fiction"Karena aku tahu, bahwa kita akan tetap menjadi kita." -Riki