Perempuan yang tengah mengenakan seragam sekolah berbalut rompinya itu sudah berada di depan cermin. Rambut terurai yang di hiasi dengan bandana itu semakin memperlihatkan betapa cantiknya Kanya.
Di raihnya tas sekolah yang berada di meja belajarnya, tidak lupa dia memasukkan gadgetnya ke dalam tas. Kembali di raihnya sneakers putih yang selalu membalut kakinya itu.
Rani hanya mengurai rambutnya biasa saja, namun sudah terlihat cantik, sahabat kesayangan Kanya itu tengah memakai seragam sekolah juga dan sepatu pastinya. Di lihatnya Kanya yang tengah memakai sepatu dan memikirkan soal tantangan semalam. Lagi-lagi pikiran Rani mengingat obrolannya dengan Reno semalam yang membuatnya senyum-senyum sendiri.
Kanya tidak sengaja melirik ke arah Rani, udah stress nih orang pikirnya. Bisa jadi PR kalau Rani kasmaran sampai segila itu bukan? Kanya yang sudah selesai memakai sepatunya segera bangun dan mengajak Rani meninggalkan kamarnya itu. Di tutupnya pintu kamar, tidak lupa juga menguncinya. Kini mereka menuruni satu persatu anak tangga.
Sepi memang bila tak ada kedua orang tuanya, apalagi mereka tidak memakai pembantu. Kebetulan orang tua Kanya sedang di undang ke luar kota oleh rekan kerja ayahnya, maka dari itu Kanya memilih untuk di temani oleh Rani dari pada harus memakai pengasuh bayaran yang belum tentu baik seperti pada film-film.
"Rani ayo cepat, jangan sampai telat nih. Kakak kelas sekarang kita," tutur Kanya.
Kanya mengambil kunci motor yang di simpan bundanya pada laci yang ada di ruang tamu, dapat. Di berikannya kunci motor itu kepada Rani yang sudah hatam mengendarai motor. Kanya bukan anak yang tidak patuh, dia telah meminta izin kepada bundanya sebelum memutuskan untuk naik motor ke sekolah yang bukan lain di kendarai oleh Rani.
Di kenakannya helm yang sering di pakai bundanya, dan tidak lupa dia mengambil satu helm lagi untuk Rani. Mereka melangkah ke luar rumah dan tidak lupa mengunci pintunya kembali.
Mereka mengenakan helm masing-masing dan siap berangkat ke sekolah, Rani telah naik ke atas motor begitupun Kanya yang duduk di belakang Rani. Di nyalakannya mesin motor dan langsung menancap gasnya. Kanya yang melihat gaya Rani yang hampir seperti valentino rossi itu hanya tertawa cekikikan.
🐤
Wajah tampan yang tengah berbalut seragam sekolah itu terlihat semakin gagah, tidak lupa di pakainya jam tangan hitam yang selalu melekat pada lengannya.
Di bukanya laci meja belajar yang memperlihatkan sebuah kalung berliontin hati. Di raihnya kalung itu perlahan. Matanya tengah mengembun, entah kali ini harus jatuh kembali atau tidak, yang pasti jika jatuh itu adalah kebahagian baginya untuk saat ini. Segera di kenakannya kalung itu pada lengannya.
Di raihnya gadget dan tasnya lalu buru-buru keluar kamar. Setiap langkah berlalu hingga tibalah dia di halaman rumahnya yang lansung menggoes sepedanya. Dia menggoesnya dengan semangat, kencang dan terus lebih kencang agar tidak telat kembali seperti kemarin tapi tetap memperhatikan rambu-rambu lalu lintas.
Kanya dan Rani yang sedang melintas di jalan yang sama melihat Rizki yang tengah mempercepat goesannya itu.
"Lah ran, itu kan mr.robot. maksud aku Rizki." sepatah kata dari mulut Kanya keluar ketika melihat Rizki mendahului mereka, Kanya langsung menyunggingkan senyuman termanisnya dan menggigit kecil ujung bibirnya.
Rani yang melihat perlakuan Kanya dari balik spion segera meluncurkan ke isengannya pada sahabat terbaiknya itu. "Inget! Bikin baper kak Ali dulu!" ucapnya datar.
Kanya langsung mengerucutkan bibirnya dan menggeruttu tidak jelas, mungkin dia tidak terima dengan penuturan sahabatnya itu.
Rani mematikan mesin motornya yang telah berada di area sekolah, tidak lupa melepaskan helmnya. Namun Kanya langsung melangkah pergi dari parkiran tanpa membuka helmnya jika saja Rani tidak memanggilnya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
PARTNER
General Fiction"Karena aku tahu, bahwa kita akan tetap menjadi kita." -Riki