Matahari memantulkan cahayanya melalui kaca transparan mall. Langkah kaki yang bersamaan memasuki daerah salah satu mall terkenal di Jakarta.Entah mengapa atmosfer disini sangat berbeda, mereka melangkah bersama namun tidak ada yang membuka pembicaraan. seakan sepasang robot yang sedang berjalan menyelusuri mall.
Mereka? Iya mereka. Kanya dan Rizki. Mereka berencana membeli kostum untuk dipakai ngeMC saat acara pensi nanti. Kini Kanya tidak mau gugup seperti tadi lagi. Dia segera memunculkan kekonyolannya, Perlahan Kanya menarik lengan Rizki ke suatu tempat. Rizki sempat menolak namun akhirnya dia mengiyakan ajakan Kanya.
Plang yang bertuliskan TIMEZONE, lebih tepatnya arena bermain. Bukankah mereka kesini untuk membeli kostum? tapi kenapa Kanya mengajaknya ke arena bermain. Tiba-tiba Rizki menghentikan langkahnya tepat didepan arena tersebut. Kanya hanya membalas dengan senyuman paksa memperlihatkan lesung pipinya yang menyiratkan 'ayo ga!'.
Kini mereka sudah memasuki arena permainan tersebut, Kanya yang sudah kegirangan sejak tadi langsung membeli koin untuk bermain.
Tanpa mengingat bahwa dia mengajak Rizki, Kanya langsung pergi ke salah satu permainan. Rizki yang kehilangan jejak Kanya menampilkan wajah panik seraya melihat ke segala arah.
'Ih kemana sih tuh anak,' gumannya dalam hati seraya berjalan menelusuri satu persatu permainan.
Akhirnya Rizki menemukan Kanya yang sedang asik memainkan salah satu permainan disana. Dengan senyum terpaksa Rizki melangkahkan kakinya mendekati Kanya.
Kanya yang melihat Rizki hanya tersenyum menyesal , namun kali ini Rizki tidak menampilkan wajah sok coolnya itu. Dia malah mengikuti Kanya bermain di arena itu tanpa memberi ceramah.
Kini atmosfer disekitar mereka telah berubah, terlihat jelas senyuman dan kegembiraan mereka tulus tanpa paksaan, sudah beberapa kali mereka kehabisan koin namun mereka membelinya lagi dan lagi, sampai Rizki tiba-tiba mengingat sesuatu.
"Kanya, kita belum dapet kostum!" ucapnya panik ketika melihat kearah jam tangan hitam yang melekat pada lengannya itu.
"Emang jam berapa?" ucap Kanya penasaran seraya menarik lengan rizki dan melihat kearah jam tersebut, "jam 7? Udah malem juga yah," ucapnya santai tanpa memperlihatkan wajah panik seperti Rizki.
"Ih modus lu," ucap Rizki seraya menarik tangannya dari genggaman Kanya.
"Ish. Modus? Ngapain gue modus sama robot gila kaya lo!"
"Robot gila? Eh gaada panggilan yang lebih bener lagi apa? Yang lebih keliatan coolnya gitu?"
"Lu mau cool masuk freezer aja sana. Udah ah ayo cari kostum," ucap Kanya langsung melangkah keluar dari arena permainan itu diikuti oleh Rizki yang berjalan dibelakannya.
Kanya yang sedari tadi terlihat risih dengan cara jalan mereka berhenti menunggu Rizki. Rizki yang melihat perlakuan kanya hanya melangkah mendekat.
"Hidup lu gajelas amat sih," bisiknya tepat di telinga Kanya.
"Eh robot gila, gue berhenti gara-gara malu. Lagian lo jalan dibelakang gue gitu, pake item-item lagi udah kaya bodyguard lu!" ucap Kanya dengan mengeluarkan suara 8 oktavnya.
Semua orang kini memalingkan pandangan mereka ke asal suara bising yang bukan lain Kanya, Rizki yang melihat itu langsung menutup mulut Kanya serta berbisik, "toa lu kecilin apa!" dan langsung membawanya pergi dari tontonan gratis itu.
Kanya menggeruttu kesal dengan perlakuan Rizki tadi. Apapun yang Rizki katakan pura-pura saja dia tidak mendengar. Sampai mereka masuk ke toko kostum, Rizki segera mengajaknya ke arah kostum "hallowen".
KAMU SEDANG MEMBACA
PARTNER
General Fiction"Karena aku tahu, bahwa kita akan tetap menjadi kita." -Riki