Kanya membuka matanya perlahan, tubuhnya di regangkan mengikuti mulut yang menguap, di lihatnya jam weker yang masih menunjukkan pukul 6.15.Matanya hampir kembali terpejam beberapa kali, namun di paksakannya untuk bangun dan menuju kamar mandi. Di basuhnya wajah yang masih mengantuk, kemudian memutuskan untuk keluar dari kamar mandi dengan wajah yang sedikit segar.
Di bukanya pintu kamar dan berniat turun ke ruang makan. Kakinya melangkah dengan pelan, mungkin karna baru saja bangun dia langsung berjalan melalui tangga.
Sesampainya di ruang makan dia tidak menemukan sarapan sama sekali, namun cacing di perutnya sudah mulai mendemo minta jatah.
"Bunda dimana? Kanya laper." lagi-lagi dirinya meringkuk di meja makan dan memejamkan matanya kembali.
Gubrakkk
Kanya terkejut dan berdiri seketika, di lihatnya bunda yang telah berdiri dengan wajah yang kesal pada sisi kanannya.
"Kamu itu ya, sudah jam segini masih tidur aja, bantuin bunda masak di dapur." di tariknya tangan Kanya menuju dapur.
"Bunda ... Kan Kanya ga bisa masak," jawabnya menolak perintah bunda.
"Ga ada yang ga bisa, ayo cepat! Kamu belajar sama bunda, masa udah mau kelas 11 masak aja ga bisa, nanti kalo pasangan kamu minta masakin gimana?" ancam bunda yang mulai menuju ke arah masa depan.
"Ah bunda mah, iya deh." Kanya menurut dan segera mengikuti bunda menuju dapur dengan malas.
Segala bahan makanan telah ada di sana, namun kanya tidak tahu apa yang harus dia masak, bunda hanya sedikit menahan tawa. Sebenarnya ini semua rencana ayah, bunda, serta tante Nengsih agar kanya dapat memasak dan mulai mandiri.
"Ayo cepat, itu ada telur. Coba di goreng," ucap bunda pada Kanya.
Kanya mulai menyalakan kompor dan memasukkan minyak goreng pada wajan yang ada di atas kompor, di ambilnya beberapa telur dan mulai memecahkannya di bagian tengah dan langsung memasukkannya pada wajan.
Bunda yang melihat semuanya semakin geli, mana mungkin minyak yang belum panas sudah di masukkan telur. "Kamu itu gimana sih, minyak nya kan belum panas, kenapa telurnya udah di masukin aja?"
Kanya hanya diam membisu, sungguh dia sangat bingung. Ini pertama kalinya dia memasak. Biasanya di hanya memasak mie instan saja jika dia lapar dan tidak ada makanan, namun sekarang?
"Yaudah tungguin aja, nanti juga minyaknya panas, kalo udah matang, balik telurnya. Bunda mau bersih-bersih ruang kerja ayah dulu." bunda berbalik badan dan tertawa kecil seraya melangkah ke lantai dua pada rumahnya.
Kanya meringkuk disisi wastafel dapurnya, "bukannya sarapan malah aku yang harus masak untuk sarapan pagi ini," ucapnya kesal dengan bibir yang sedikit mengerucut.
🐤
Matanya setengah berkedip, melihat ke langit-langit kamarnya yang berwarna biru. Di kuceknya mata yang masih mengantuk dan mencoba duduk di atas topangan tempat tidurnya. Badannya meregang ke segala arah dengan mulut yang mulai menguap.
Jam yang melekat pada tangannya telah menunjukkan pukul 6.40,
"Hah? Jam segini? Mana mungkin aku bisa bangun se-siang ini. Astaga pasti tante Nengsih udah berangkat ke kantor," sesalnya seraya memegang dahi dengan tangan kanan, kepalanya memutar ke arah sisi kanan tempat tidurnya. Sekejap dia melihat ke arah cermin yang menempel pada lemari pakaiannya.
"Astaga." wajahnya menjadi datar seketika, "Fransiscoooo!!!" teriaknya menerpa segala hembusan udara yang melewati setiap sisi rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PARTNER
General Fiction"Karena aku tahu, bahwa kita akan tetap menjadi kita." -Riki