Cinta satu kata penuh makna.
Cinta bawa aku bahagia.
Dari sekian juta keindahan dunia.
Di mata hatiku, hanya kau lah yang aku cinta.Lantunan musik yang diputar oleh Ali memenuhi atmosfer dalam kamar Reno, kedua temannya itu langsung saling menatap bingung sikap sahabatnya yang makin aneh.
Ali menari-nari menirukan penyanyi dari lagu yang di lantunkannya itu. Tidak lupa dia berlompat-lompat di atas tempat tidur Reno.
Galuh semakin ngeri dengan keadaan sahabatnya yang sudah tidak beres. Galuh merangkak mendekati Reno dan mengerutkan dahinya lalu menatap ke arah Ali.
Reno yang sudah tidak tahan dengan sikap Ali segera menggertakan meja belajarnya. Ali yang kaget dengan perlakuan Reno segera turun dari tempat tidur.
Ali menunduk dan duduk di samping Galuh dengan memasang tampang sok polosnya.
"Kenapa pada diem deh?" ucap Reno sok cool yang di dukung oleh tatapan murka dari wajahnya yang tampan.
Ali dah Galuh hanya menunduk pasrah karna tidak mengerti dengan sikap Reno.
"Come on guys, gua cuma bercanda kali," ucap Reno membuat Ali dan Galuh mengambil guling seketika. Keduanya tengah memegang masing-masing senjata yang bukan lain adalah bantal yang ada di kamar Reno. Sedangkan Reno mengambil dasi sekolahnya dan mengikatkan pada kepalanya seperti pahlawan-pahlawan dulu, tidak lupa di ambilnya juga senjata.
Kini mereka telah berada di net masing-masing, Reno sendiri sedangkan lawannya adalah Ali dan Galuh. Ali dan Galuh saling menatap yang menyiratkan "siap." lalu mereka menatap serius ke arah Reno begitupun sebaliknya.
Dengan ancang-ancang dan hitungan mundur perang siap dimulai.
Tiga.. Dua.. Sat
Tilulittilulittilulit
Gadget Reno berbunyi yang membuat perang akhirnya harus di tunda. Galuh dan Ali mengeluh tidak jelas saat Reno mengangkat telepon yang bukan lain adalah dari kekasihnya. Sok tau memang, tapi dugaan Ali serta Galuh memang benar.Reno melangkah lebih jauh lagi dari sahabatnya, di jawabnya setiap pertanyaan Rani dengan suara lembut, gombal? Memang. Reno memang tipical orang yang masuk dalam kategori playboy, namun Kanya sahabat dari Rani meyakini bahwa kang modus yang dimaksud Kanya itu tidak akan menyakiti sahabatnya, Rani.
Rani yang mendengar setiap jawaban Reno semakin degdegan. Di raihnya sebuah barbie kesuaannya. Dia menggigit kecil barbie itu pada setiap kalimat sweet yang di ucapkan Reno. Itu di lakukannya karna gemas dengan tingkah Reno yang membuat jantungnya hampir copot.
Sesekali Reno menyunggingkan senyuman di balik gadgetnya itu. Ali dan Galuh yang penasaran dengan pembicaraan Reno memilih untuk mengintipnya dari balik balkon kamarnya. Mereka dapat melihat jelas Reno yang sedang kasmaran dari balik jendela.
"Bye," ucap Rani seraya menyungginkan senyuman ketika tengah mematikan gadgetnya itu.
Kanya yang melihat tingkah Rani hanya menggeleng-geleng tidak percaya jika sahabatnya bisa se-lebay itu saat kasmaran. Di raihnya novel yang selalu menemaninya setiap malam. "Gua ngajak lu kesini buat nemenin gua loh ya, bukan buat teleponan sama Reno." ucap Kanya ketus, pandangannya masih tertuju pada novel yang di bacanya.
Rani hanya menunduk menyesal dan bangun menuju tempat tidur Kanya. Di lihatnya Kanya yang sedang membaca novel dengan serius dan mencoba mengganggunya. Kanya mengerutkan dahinya karna bingung dengan sikap Rani, sekejap Rani telah mengambil sebuah pulpen.
"Buat apa?" tanya Kanya penasaran dan menaruh novelnya di atas meja lampu kamarnya. Kini Kanya segera mendekati Rani yang tengah duduk di sofa yang berada dalam kamar Kanya.
T.O.D!
Tepat sekali bukan? pikir Kanya langsung. Permainan yang membuat semua rahasia terbongkar, Kanya yang telah mengerti maksud Rani berniat melarikan diri dari musibah itu.
Rani yang mengetahui niat Kanya segera menangkap tangan Kanya dan menyeretnya kembali duduk di sofa, Kanya hanya tersenyum pasrah dengan prilaku sahabatnya itu.Rani mulai memutarkan pulpennya, Kanya sudah tidak tahan dengan putaran yang tidak berhenti juga. Di tatapnya lebih tajam pulpen itu, berharap bukan dia yang tertunjuk.
Salah! Doanya mungkin belum terjabah, ternyata Dewi Fortuna tidak bersamanya kali ini. Pulpen mengarah kearahnya. Rani yang melihatnya langsung tertawa kegirangan.
"TOD?" pekik Rani yang di balas tatapan sendu oleh Kanya. Rani menatap Kanya lebih dalam lagi berharap sebuah jawaban keluar dari mulutnya itu.
Jika dia memilih T dia harus jujur pikirnya, mungkin lebih baik Kanya memilih D bukan? Pasti lebih baik "d," ucap Kanya lantang menunggu tantangan dari sahabat yang membawanya ke dalam permainan yang menyebalkan ini.
Rani tampak berpikir lama sampai tiba-tiba mulutnya menganga yang menyiratkan dia telah mendapat jawaban, yang bukan lain malapetaka bagi Kanya. Oh my God!
"Bikin baper kak Ali!" ucap Rani dalam satu nafas yang membuat Kanya menganga lebar. Kanya menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya akan tantangan yang di berikan Rani.
Kanya berniat melakukan protes namun Rani telah menutup kedua telinganya yang berarti tidak ada komentar apapun, Kanya hanya mengerucutkan bibirnya dan di hadiahi tawa oleh Rani.
Rani kembali memutarkan pulpen nya, dan Kanya terus memohon semoga kali ini Dewi Fortuna ada dipihaknya.
Tiga,
Dua,
Satu.
Berhasil, pulpen menunjukan ke arah Rani yang tengan memegang kepalanya sendiri. Kanya tertawa kegirangan seraya menari-nari tidak jelas.
Rani memilih jawaban seperti yang Kanya dapatkan namun tanpa pikir panjang. Di gigitnya ujung-ujung setiap jarinya menunggu tantangan yang di berikan ole Kanya.
Kanya hanya tertawa tanpa memberikan jawaban kepada Rani yang semaki greget saja. "Besok pas di sekolah. Murid pertama yang muncul di depan kita, harus ngedate sama lu," ucap Kanya bahagia.
Rani hampir dapat memberikan protes namun Kanya langsung beranjak ke tempat tidur dan menarik selimutnya. "Good night Rani," ucap Kanya di selingi senyuman jahil.
Rani hanya memasang tampang pasrah, bagaimana jika Reno marah padanya kalau dia ngedate bersama orang lain? Bisa-bisa Reno yang dicap playboy itu pindah ke lain hati. Itu masalah belakangan pikirnya, lebih baik sekarang dia tidur dan berdoa agar Reno lah yang lewat pertama kali didepannya esok hari.
🐤
Reno masuk kedalam kamarnya kembali namun dia tidak menemukan kedua sahabatnya itu.
Tempat tidur kosong.
Di sofa kosong.
Di karpet kosong.
Bahkan PS2nya di biarkan menyala begitu saja.Jangan tanya dimana Ali dan Galuh, bukannya tadi mereka mengintip Reno? Tepat. Reno mendapati mereka yang sedang mengintip sambil sesekali menggerutu dari balik jendela.
Di pijaknya lantai kamarnya itu dengan kencang yang seketika membuat Ali dan Galuh menatapnya pasrah. Ali dan Galuh hanya saling memalingkan pandangan sebelum kembali duduk di karpet dan memainkan gadget mereka masing - masing.
Plakk
Timpukan bantal mendarat di antara Ali dan Galuh. Mereka spontan melihat ke arah Reno yang sudah memegang senjata. "Lanjut lah," tukas Reno kembali melemparkan bantal ke arah Ali dan Galuh.Kini mereka saling melempar satu sama lain melanjutkan permainan yang di tunda tadi. Kekanak-kananakan bukan? Atau MKKB, Masa Kecil Kurang Bahagia? Bukan, ini hanya kegiatan yang di lakukan anak seusia mereka untuk menghilangkan stress pelajaran. Tidak percaya? Coba saja kalau tidak mendapat ceramah dari masing-masing ibu negara kalian "nyokap."
🐤
[Chapter 27] 👉
KAMU SEDANG MEMBACA
PARTNER
General Fiction"Karena aku tahu, bahwa kita akan tetap menjadi kita." -Riki