22. [Jubah hitam]

37 4 0
                                    


Matahari mulai memancarkan cahayanya, langit semakin terang menusuk ruangan melalui celah-celah jendela dengan gorden yang terkesiap di bagian kanan dan kirinya. Kanya berguling tak menentu, mengerang bagai anak kucing yang masih mengantuk dengan selimut yang membalut tubuhnya dari ujung kaki hingga pangkal leher.

Rani yang masih melihat kanya tertidur pulas tidak berani membangunkannya, dilihatnya jam weker yang menunjukkan pukul 9.45.

"Kasian Kanya, semalem pasti sedih. Lagi-lagi dia mengingat cinta masa kecilnya itu."

Rani menghela nafas, dalam dan semakin dalam hingga membuatnya merasa tenang.

"Ironis banget sih kankan nasib lu," ucapnya pelan seraya berjalan menuju pintu kamar dan kembali menutupnya saat telah berada di luar.

🐤

Kanya membuka matanya, dan mengerjapkannya dengan sekali pejaman namun tak berani membuka. Dia melihat samar-samar bayangan berjubah hitam itu kembali di depannya, sangat dekat dengan wajahnya. Akhirnya dia memberanikan diri, membuka bola matanya perlahan-perlahan.

Huuuuuuuhhh, dengus panjang nafasnya di selingi laki-laki yang menatapnya kebingungan, Kanya melontarkan pukulan kecil pada laki-laki itu.

"Rizki, lu tuh kalo mau nakutin jangan gitu kek, ngapain sih pake kemeja item gini!"

Namun laki-laki itu hanya diam dan langsung memeluk Kanya dengan erat, tak mampu menahan lagi akhirnya Kanya merekatkan kedua lengannya di punggung gagah laki-laki itu.

Tersimpan senyum tipis di antara keduanya sebelum akhirnya Kanya melihat seseorang yang mengenakan kemeja hitam seperti laki-laki yang tengah berada dalam dekapannya dengan jubah yang menutup penuh mata laki-laki itu, dia berada di sisi kanan lemari pakaian Kanya.

Kanya berteriak, berusaha melepas Rizki dalam dekapannya dan Rizki segera melihat ke arah lelaki berjubah itu.

Akhirnya mulut Rizki terbuka, "siapa kamu?" tangannya menghalangi Kanya, membuat posisi Kanya berada di balik tubuhnya yang bagaikan melindungi.

"Kanya, kau tau? Aku yang mencintaimu sejak kau kecil, bukan lelaki yang selalu iri padaku itu!" laki-laki itu berbicara dengan lantang, membuat Kanya memutar balikkan isi otaknya.

"Apa maksudmu berkata seperti itu? Iri kamu bilang? Mengenalmu saja aku tidak!" Rizki seketika berdiri namun tangan kanannya menggenggam Kanya dan membuat wanita itu merasa aman.

"Lepaskan tangannya Kanya, aku tidak suka! Bukankah setiap harinya dirimu merindukan ku? Lalu mengapa kau merasa takut denganku dan memilih dalam lindungan laki-laki yang selalu merebut hak ku itu!"

"Riki," ucap Kanya parau.

Laki-laki itu membuka jubahnya dan membuat Kanya juga Rizki terkejut seketika, "bagaimana mungkin bisa. Wajah mereka tak ada bedanya! Ini apa?" batin Kanya.

Laki-laki itu memiliki wajah sama persis dengan Rizki, hanya saja terdapat luka di sekitar pipinya, seperti terseret aspal.

"Kemarilah Kanya, aku mencintaimu."

Dalam sekali ucapan laki-laki itu hampir menghipnotis Kanya namun gagal ketika Rizki kembali menghalangi tubuh Kanya dan membuatnya tersadar, "jika kamu menurut, kamu akan masuk ke dalam perangkapnya Kanya. Jika dia Riki, kamu pasti mengenalnya dan apakah cintamu itu pernah menyimpan dendam pada musuh-musuhnya sejak dia kecil?"

PARTNERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang