Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba, hari dimana Kanya akan merasakan sebuah tantangan yang luar biasa. Iya tantantangan untuk melawan ketakutannya.Bunda yang sedari tadi mendandani Kanya akhirnya selesai juga, kanya yang melihat keadaan wajahnya di cermin langsung begidik ngeri. Bahkan dengan wajahnya sendiri pun dia takut, apalagi saat dia dipensi nanti? Bunda yang melihat wajah kecut anaknya itu hanya tersenyum dan menepuk pundak kanya yang berniat menenangkannya dan Kanya hanya membalas dengan senyuman tipis.
Kanya segera memasukkan semua barang bawaannya ke dalam ransel miliknya, tidak lupa highheels hitam yang akan dikenakannya nanti.
Kanya sudah keluar dari kamar, namun dia lupa sesuatu. Gadgetnya tertinggal dimeja rias, barang yang paling tidak bisa dia tinggalkan. Kanya segera berlari kecil ke kamarnya dan mengambil gadgetnya.
Diperjalanan Kanya hanya mendengarkan musik dari earphone yang dipasangnya. Dia mencoba menenangkan dirinya agar tidak memalukan saat dipensi nanti karna ketakutannya pada hantu.
Wajah Kanya makin terlihat pucat saja. Make up diwajahnya bukan menampilkan seperti vampire, melainkan seperti setan meriang saja.
Berulang kali dia mencoba menghilangkan ketakutannya itu. Namun muncul lagi - dan muncul lagi.'Oh shit, jangan-jangan psikolog gue terganggu gara-gara mimpi buruk yang sering gue alamin sebelum masuk SMA lagi.' ucap batin Kanya kesal seraya mengusap rambutnya dengan kasar.
Kanya semakin gugup ketika mobil ayahnya telah berhenti di area sekolahnya. Tidak diduga ternyata mobil Kanya dan Rizki parkir bersebelahan.
Kanya sudah keluar dari mobil ayahnya dan berjalan lemas meninggalkan orang tuanya itu menuju stan untuk pengisi acara.
Rizki yang melihat wajah sendu Kanya itu segera pamit dengan tantenya dan langsung keluar dari mobil lalu mengejar Kanya.
Dapat,
Rizki telah berjalan disamping Kanya sekarang. Namun Kanya tidak menyadarinya, karna sedari tadi dia hanya melamun saja.
"Eh, ngelamun aja lo!" ucap Rizki seraya menepuk pundak Kanya.
"He'eh," balas Kanya sejenak menyunggingkan senyuman namun kembali memasang wajah freaknya.
"Badmood banget kayaknya," ucap Rizki kembali yang hanya dibalas senyuman tipis oleh Kanya.
"Ih lo gagu ya," ucap Rizki yang berhasil menghentikan langkah kanya. kini kedua tangan Rizki mengenggam tangan wanita yang berada dihadapannya itu, "kalo lo demam panggung. Lo tatap aja mata gue," seru Rizki yang dibalas tatapan sendu oleh Kanya.
Memang wajar, matanya yang berwarna hitam bening itu menggambarkan Rizki adalah seseorang laki-laki yang indonesia pake banget, apalagi berkombinasi dengan kulit putih miliknya itu.
"Jadi lo tenang ya. Ini saatnya lo lawan ketakutan lo itu, masa sama setan aja takut sih," ucap Rizki kembali seraya menyunggingkan senyuman.
Air mata mulai menetes menelusuri wajah cantiknya itu, Rizki segera mengusapnya dengan sapu tangan yang di ambil dari kantong celana jeans yang dikenakannya.
"Lo jangan nangis dong, masa preman bisa nangis?" ucap Rizki yang dibalas isakan tangis yang makin mengeras oleh Kanya.
"Kanya jangan nangis ih. Udah dong, malu tau! nanti dikira anak-anak gue ngapa-ngapain lo," ucap Rizki kembali seraya menatap tajam Kanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PARTNER
General Fiction"Karena aku tahu, bahwa kita akan tetap menjadi kita." -Riki