"Kanyaa ... " teriak bunda."Ayah, bunda kenapa itu?"
"Gatau liat sana," ujar ayahnya santai dan masih meneruskan membaca koran yang berada di kedua tangannya.
"Ih, ayah mah," ucap ku lirih.
"Bunda, kenapa sih malem-malem gini masih teriak-teriakan." menaruh makanannya dan beranjak dari sofa."kenapa bunda?" aku menatap bunda dengan santai.
"kamu lama banget sih, ini liat kue bunda gosong kan?"
'Wtf! Jadi bunda teriak cuma gara-gara kuenya gosong?'
"yaelah bun, kirain kenapa, udah tengah malem masih aja teriak-teriak. Jadi cuma gara-gara kue gosong?" jawabku enteng.
"aww." bunda menggetok kepalaku, "ih bunda sakit tau." kali ini aku memajukan bibirku beberapa senti agar terlihat seperti sedang marah.
"besok teman bunda mau kesini sama anaknya, jarang-jarang dia bisa ketemu bunda, dan kue ini bunda bikin buat dia berhubung dulu pas SMA bunda sama dia sering buat kue jadi bunda mau ngasih liat ke dia kalo keahlian bunda dalam membuat kue makin li ... " blablabla penuturan bunda semakin panjang membuatku hampir tertidur di dapur ku yang lumayan lega.
"kamu dengerin bunda ga sih?" sontak aku kaget dengan nada bicara bunda yang lumayan dingin.
"hee ehh, dengerin ko bun, tapi kan itu cuma kue. Bisa dibeli lagi," jawabku santai.
"kamu tuh ya apa-apa beli, ga semuanya bisa diukur dengan duit Kanya ... "
"ah Kanya mau tidur aja bun, ngantuk." aku langsung meninggalkan bunda dari pada aku mendapat siraman rohani bunda lagi.
"Kanya bunda belum selesai ngomong." berteriak mencegah aku pergi.
"besok aja bun ngantuk, night love you." aku masuk kedalam kamar dan mengganti pakaian ku dengan piyama berwarna biru dengan motif polkadot hitam di lengannya.
Hampir saja aku mendapatkan siraman rohani bunda yang seperti kaset nonstop berdurasi tidak terhitung itu.
"Sungguh lelah, Semoga malam ini laki-laki itu tidak ada di mimpiku lagi, Aamiin." aku menutup mata.
🐤
Cahaya masuk melalui celah-celah jendela kelas, hari ini Kanya datang lebih awal dari biasanya.
hal ini biasa di lakukan kanya jika dia belum mengerjakan PR, karna pikirnya kalau dia datang lebih awal dia bisa menyontek tugas ke Rani, sikap yang sangat tidak patut di contoh.
Tapi kegiatan menyontek tidak selalu Kanya lakukan, ia hanya melakukannya jika tugas atau PRnya agak sulit di mengerti .
"huft! Lama banget sih Rani. Gaseru banget di kelas sendiri gini, murid-murid yang lain juga mana sih?" gerutu Kanya sambil berjalan meninggalkan tempat duduknya, kini Kanya sudah berada di luar kelas tepatnya dia duduk di bangku yang terdapat di depan ruang kelasnya.Disini Kanya dapat melihat suluruh kegiatan, karna kelas yang di tempati Kanya lumayan strategis. depannya lapangan yang biasa di pakai anak-anak bermain basket tidak jauh dari itu terdapat kantin dan di sisi kanan tidak jauh dari lapangan itulah gerbang sekolah ini.
"Rani ... " suara 4 oktav Kanya memecah suasana, orang-orang yang sedang bermain basket secara bersamaan melihat kearahnya.
Karna malu Kanya langsung menutup mulutnya dan menghampiri Rani."Kamu ngapain teriak-teriakan gitu?" tanya Rani datar.
"Habisnya dari tadi aku sendiri di kelas ran, sepi banget deh?" jawabnya juga datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
PARTNER
General Fiction"Karena aku tahu, bahwa kita akan tetap menjadi kita." -Riki