Part 20

91.4K 3.5K 89
                                    

Hari ini aku dan Karin, kembali menginjakkan kaki di Jakarta. Ada sesuatu yang berbeda dengan hubungan kami setelah liburan kemarin. Aku merasa ada sebuah ikatan di antara kami berdua. Ikatan yang terbentuk secara tidak sadar, namun memiliki arti yang penting.

                “Kamu ikut mobilku aja. Pak Darma udah ada di parkiran.” Pak Darma adalah supir pribadi keluargaku.

                “Eh... tidak perlu, aku sudah di jemput Mike di depan.” Mendengar nama Mike mood-ku langsung hilang seketika.

                Kami berdua berjalan beriringan keluar dari bandara. Dari tempatku berdiri, aku bisa melihat sosok lelaki yang sedang berjalan ke arah kami sambil melambaikan tangan dengan santainya.

                “Mike!” Aku bisa mendengar pekikan Karin, yang langsung berlari ke arah Mike. Tanpa ragu mereka berpelukkan di tengah-tengan orang ramai. Aku hanya bisa mengalihkan pandanganku karena jengah melihatnya.  Ingin sekali aku manarik tubuh Karin agar kembali ke sisiku.

                “Kami mau makan siang dulu, kamu mau ikut?” tanya Karin yang kini sudah berada di hadapanku kembali.

                Makan siang? Sebenarnya aku tidak begitu lapar. Hanya saja bila aku menolak, berarti mereka hanya akan makan siang berdua saja? Itu tidak boleh di biarkan!

                “Boleh.” Jawabku singkat.

***

                Dan akhirnya disinilah kami bertiga. Di dalam mobil Mike. Sementara Pak Darma mengikuti kami dari belakang dengan mobilku. Sebenarnya bisa saja, aku menggunakan mobilku sendiri sambil di supiri oleh Pak Darma, hanya saja, rasanya tidak rela, bila harus melihat Karin beduan di dalam mobil bersama Mike. Ahirnya dengan membuang segala ego dan gengsiku, di sinilah aku.

                Karin dan Mike berbincang-bincang santai sambil beberapa kali bersenda gurau. Sementara aku memperhatikan mereka dalam diam.

                Mobil Mike berhenti di parkiran sebuah restoran. Bukan restoran mewah, tapi terlihat nyaman dan asri.

                “Karin tidak begitu menyukai tempat-tempat yang glamor.” Kata Mike padaku saat kami akan turun dari mobil.

                Well, satu fakta lagi yang tidak aku ketahui tentang Karin. Padahal kami berdua sudah mengenal hampir dua tahun. Tapi sepertinya banyak hal-hal mendasar tentang dirinya yang tidak aku ketahui.

                Karin memang tipe wanita sederhana yang terkdang tidak terlalu memperhatikan penampilannya dan cenderung cuek. Tapi dia menarik dengan caranya sendiri. Ada sesuatu dalam diri Karin yang membuat orang lain tidak bisa mengalihkan perhatiannya ketika melihat dirinya.

                Kami bertiga duduk di pojok ruangan, dengan Karin duduk di sampingku dan Mike duduk di hadapan kami. Ada suatu perasaan senang ketika melihat Karin lebih memilih duduk di sampingku. Rasanya seperti memenangkan sebuah penghargaan besar.

                “Mau pesan apa?” tanya seorang pelayang wanita kepada kami.

                Kami bertiga mengucapkan pesanan kami masing-masing. Hanya berselang kurang lebih lima belas menit, pelayan itu sudah kembali sambil membawakan pesanan kami.

                “Mikee..” aku mendengar Karin mengucapkan nama Mike dengan nada sedikit merengek.

                “Yasudah kesiniin saja.” Jawab Mike santai.

White LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang