Part 26

87.1K 3.4K 77
                                    

KARIN POV

Aku berjalan di belakang Mike, tanpa dapat menyembunyikan senyumku. Sepanjang perjalanan menuju tempat parkir, berkali-kali aku melirik rangkaian bunga di genggamanku.

“Ck, segitu senengnya dapet bunga dari Dave?” Cibir Mike yang sepertinya menyadari tingkahku. Aku dapat merasakan nada kesal dalam suaranya. Sepertinya Mike masih marah karena kemarin malam Dave mengantarku pulang melewati jam yang di tentukan Mike.

“Kamu masih kesel ya?” Aku mencoba merajuk pada Mike, sambil berusaha menampilkan mimik bersalah. Biasanya Mike akan langsung luluh jika melihatku memasang mimik seperti ini.

“Lain kali jangan pulang terlalu malem lagi.” Benarkan, hanya dengan memasang mimik wajah seperti tadi Mike langsung memaafkanku.

“Mikeeee... aku sayang banget sama kamu.” Setibanya di samping mobil Mike, aku langsung memeluknya dengan gemas. Yah, walaupun ini jampulang kantor, untung saja parkiran masih sepi jadi tidak ada yang melihat kelakuanku ini. Walaupun sebenarnya, aku tidak peduli jika ada pegawai yang melihat keadaan kami.

“Aku juga sayang sama kamu.” Jawab Mike sambil membalas pelukanku.

“Ekhm... bisa ga usah pake peluk-peluk!” Dave! Aku langsung mengenali suara yang sangat familiar itu. Sementara Mike, bukannya melepasku dia malah semakin mengeratkan pelukannya dengan protektif.

“Bisa lepaskan Karin sekarang!” Well, itu bukan pertanyan melainkan sebuah perintah.

“Jika aku tidak mau? Lagi pula Karin yang duluan memelukku, apa salahnya jika aku membalas pelukannya.” Aku tidak dapat melihat raut wajah Dave karena Mike masih memelukku dengan posisi membelakangi Dave.

“Tapi tidak perlu terlalu lama seperti ini!”

Sungguh, aku benar-benar ingin tertawa melihat tingkah kedua pria ini. Mereka berdua memperebutkanku sepertiaku ini adalah mainan. Akhirnya dari pada terjadi keributan, aku berusaha melepaskan sebelah tangan Mike yang memelukku, hingga sekarang kami saling berangkulan.

“Jangan bertengar seperti itu.” Kataku pada mereka berdua. “Sini Dave, aku juga akan memelukmu supaya adil.” Aku merentangkan tanganku yang bebas agar kami dapat berpelukkan bertiga. Dan akhirnya tawaku pecah melihat Mike dan Dave yang menatapku dengan horor.

***

 "Kita mau kemana sayang?" Tanyaku ketika mobil Dave berbelok ke arah kanan, padahal apartemennya ada di belokan sebelah kiri.

"Supermarket."

"Ohh..." Aku hanya bisa ber-oh ria mendengar jawaban Dave."

"Kamu ga nanya ngapain kita ke supermarket?" Aku melihat raut wajah Dave yang sepertinya sangat ingin ku tanya.

"Mau ngapain kita ke sana?" Tanyaku pada akhirnya.

"Be-lan-ja." Senyum gembira mengembang di wajah Dave. Ck, baru kali ini aku melihat orang yang akan belanja bisa segembira Dave.

"Ohh." Dan sekali lagi aku hanya ber-ohh ria menanggapi jawabannya.

"Kamu ga nanya buat apa kita belanja?"

"Kita belanja buat apa?" Aku benar-benar ingin tertawa melihat tingkahnya yang sangat ingin kutanyai.

"Belanja buat apa?" Kali ini tanpa di suruh, aku berinisiatif sendiri untuk menanyai Dave.

"Buat masak makan malem kita sayang."

"ohhh..."

"Kamu ga nanya siapa yang masak?" Aku mengerutkan kening mendengar pertanyaan Dave. Untuk apa aku bertanya? Bukankah jawababnya sudah jelas, bahwa aku yang akan memasak?

White LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang