PART INI KHUSUS AKU BUAT DARI POV MIKE :D
*****************************************************************************************************
MIKE POV
Dengan sedikit kesal, aku mengirim BBM pada Karin.
To Karin: Dmn? jadi lunch?
From Karin: Maaffffff Mike, aku lupa? T-T. Td tiba2 Dave ngajak lunch >_<
Aku hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala. Tiba-tiba rasa kesalku menguap entah kemana. Bila sudah menyangkut tentang Dave, Karin bisa melupakan segalanya.
Tiba-tiba saja ingatanku melayang pada Karin, sekretaris dan juga temanku sejak kecil. Karin sebenarnya cantik, sangat cantik malah, hanya saja kecantikannyan itu tertutupi oleh penampilannya yang sederhana. Rambut hitam panjangnya selalu di sanggul tinggi, wajahnya yang cantik tanpa make up, di bingkai oleh kaca mata. Karin cukup tinggi untuk ukuran wanita Indonesia, mungkin tingginya sekitar 170-an.
Setiap melihat Karin, aku selalu terpancing, terpancing ingin mengubah penampilannya yang sederhana, sangat disayangkan bila kecantikan alami seperti yang dimiliki Karin dilewatkan begitu saja.
Sejak awal pertemuan Karin dan Dave, aku langsung sadar bahwa Karin menyukai Dave. Sebenarnya aku kurang setuju dengan perasaan Karin itu, apalagi mengingat reputasi Dave, yang notabennya adalah seorang playboy handal.
Awalnya aku tidak mengira, pertemanan mereka, dapat berlangsung hingga dua tahun. Aku mengira Dave akan langsung mempermainkan Karin, seperti dia mempermainkan wanita-wanita lain. Jika hal itu sampai terjadi, aku bersumpah akan membuat Dave menyesal pernah dilahirkan di dunia ini.
Aku tidak ingin melihat Karin terluka, karena bagaimanapun aku sudah menganggap Karin sabagai adik-ku sendiri. Aku ingin melihatnya bahagia. Tiba-tiba sebersit ide terlintas di otakku. Mungkin dengan ideku ini dapat membuat Karin bahagia.
Dengan cepat aku membalas BBM Karin tadi.
To Karin : ok no problem :D Jangan nakal ya disana :P
***
Aku melihat Karin berjalan dengan lesu memasuki ruanganku, dengan seketika aku mengalihkan perhatian dari berkas-berkas yang sedang kubaca pada Karin. Karin langsung duduk di hadapanku.
Walaupun kedudukanku di kantor ini adalah boss Karin, namun hubungan kami tidak seperti bawahan terhadap atasannya. Karin dengan bebas bisa masuk ke ruanganku tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, dan aku sama sekali tidak keberatan. Mungkin karena kami sudah mengenal semenjak kecil, sehingga aturan-aturan seperti itu sudah tidak berlaku untuk kami.
“Kenapa? kamu sakit?” aku menatapnya khawatir. Tidak ada jawaban dari Karin, aku hanya menerima gelengan lemah.
“Terus kenapa? karena Dave?” tebakku, dan kali ini tidak ada reaksi apapun dari Karin. Fuihh.... aku menghela napas berat. Kalau sudah begini aku harus segera menjalankan rencanaku. Lebih cepat akan lebih baik.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
White Love
RomanceAku berdiri di sampingmu, namun... kau tak pernah melihatku. Aku selalu bersamamu, namun... bagimu aku hanya angin lalu. Kalau begitu... Aku akan berdiri di hadapanmu, agar kau dapat melihatku dan aku akan sedikit menjauh darimu, agar kau tak mengan...