Part 8

111K 4.5K 39
                                    

MAAF KALO PART INI SEDIKIT BANGET >_<

SEMOGA GA MENGECEWAKAN.....

SELAMAT MEMBAACCAAAAAAAA.......

***

KARIN POV

                Aku berlari... berlari turun dari panggung, tidak peduli dengan beratus-ratus pasang mata yang menatapku bingung. Aku berlari ke arah pemilik suara itu, lalu memeluknya dengan erat.

                Entah apa yang ada dalam pikiranku. Mungkin otakku sudah gila, karena berani memeluknya seperti ini. Namun aku tidak peduli. Dia membalas pelukanku. Aku semakin membenamkan wajahku di dadanya dan menangis di sana.

                Terdengar bisikan-bisikan kaget dari sekelilingku. Sepertinya mereka tidak menyangka aku akan melompat dari panggung dan memeluk penyelamatku ini. Biarlah aku tidak peduli dengan mereka semua, yang penting sekarang aku selamat, selamat dari pria 200 juta itu, pria itu... pria yang sangatku benci, pria yang pernah menghancurkan kepercayaanku. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya bila penyelamatku ini tidak datang dan menawarku. Membayangkan hal itu malah membuat air mataku tumpah lebih banyak dan membasahi kemeja penyelamatku ini.

                “EKHMM... BAIKLAH, KITA DAPAT TAWARAN BARU... 500 JUTA PERTAMA” terdengar suara ketukan palu pertama.

                “500 JUTA KE DUA...” diikuti suara ketukan palu ke dua

                “500 JUTA KE TIGA...” tok... tok... tok... suara ketukan palu ke tiga, tepuk tangan dan sorak-sorak memenuhi seluruh ruangan.

                Aku tidak memperdulikan keributan itu. Perasaanku masih kacau balau sekarang. Aku ingin segera pergi dari sini.

                “Karinnnn....” dia menyebut namaku, nada suaranya terdengar cemas.

                “ehmmm...” sahutku, bukannya menjauhkan diri darinya, aku malah memeluknya dengan lebih erat, mencari kenyamanan disana.

                “Kayanya kita ga bisa kaya gini terus deh, aku harus ketemu sama panitia dan ngurus pembayaran lelang tadi.” dia mengucapkannya dengan lembut, dengan enggan ku lepaskan pelukanku, ku tundukan kepalaku, pasti sekarang wajahku sangat kacau.

                Dia meletakkan tangannya di kedua belah pipiku, memaksaku untuk menatapnya. Dengan terpaksa aku mengangkat kepalaku. Dengan lembut dia menghapus air mataku dengan kedua tangannya.

                “Ayo!!” dia menarik tanganku, aku hanya mengikutinya dengan pasrah. Ketika kami lewat orang-orang langsung menyingkir begitu saja.

                “Dave...” kutarik tanganku yang dari tadi berada dalam genggaman Dave. Dave menghentikan langkahnya dan menatapku. Deg... tatapan itu, Dave tidak pernah menatapku seperti itu, tatapannya seakan menyuruhku untuk percaya padanya.

                “ki.. kita, mau kemana?” tanyaku gugup

                “hei... ga usah gugup gitu, aku cuma mau ngurus pembayaran lelang tadi.” Sebelah tangannya mengusap lembut pipi kiriku. Tiba-tiba ruangan terasa panas.

                Aku sadar, banyak kaumku yang melihat ke arah kami dengan sinis... oke, lebih tepatnya menatapku dengan sinis.

                Mungkin mereka sedang membayangkan untuk menguburku hidup-hidup, atau malah membuangku ke tengah lautan yang penuh dengan hiu. Fuiiihhh untung saja orang tidak akan mati hanya karena sebuah tatapan. Jika tidak mungkin aku akan mati detik ini juga.

***

White LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang