KARIN POV
4 hari kemudian...
Aku sedang disibukkan oleh berkas-berkas yang bertumpuk di mejaku, hari ini sungguh hari yang sangat melelahkan.
TRINGGG...
Kucari handphone-ku di antara tumpukan kertas yang hampir menutupi seluruh permukaan meja. Ternyata BBM dari Dave.
From Dave: Dmn? Sibuk?
Dengan cepat ku balas BBM dari Dave
To Dave: msh d kantor, lumayan knp?
Satu menit...
Dua menit....
Lima menit...
Aku masih menunggu balasan dari Dave, sambil kupandangi handphone-ku, rasa lelah yang kurasakan hilang seketika. Entah mengapa Dave benar-benar memiliki pengaruh yang besar padaku, hanya dengan BBM-nya saja aku bisa langsung melupakan segala hal. Sejak pertemuan di cafe empat hari yang lalu, Dave belum mendapat pacar baru, padahal biasanya dalam jangka sehari atau dua hari dia dengan mudahnya mendapatkan pacar baru.
Sepuluh menit...
Lima belas menit...
TRINGGG... akhirnya balasan dari Dave tiba.
From Dave: Lunch? Aku traktir :D
To Dave: Ok, kita ketemu d tmpat biasa ya :D
Dengan tergesa-gesa kubereskan berkas-berkas yang berceceran di meja. Tidak lupa mengambil kunci mobil SUV-ku.
***
Aku masuk kedalam cafe, cafe ini adalah cafe favoritku dan Dave, kami biasa menghabiskan waktu disini, baik itu makan siang atau ngobrol-ngobrol untuk melepas penat.
Aku melihat Dave duduk di pojokan, dia sibuk memandangi handphone-nya terkesan tidak peduli dengan sekelilingnya, padahal ada beberapa wanita yang mencoba mencuri perhatian Dave. Bila melihat Dave yang seperti ini tidak akan ada yang menyangka bahwa dia adalah rajanya dari raja playboy.
“Dave” aku menarik bangku di hadapan Dave. Dave mengangkat kepala ke arahku, senyum playboynya mengembang seketika, mungkin bila wanita lain akan langsung jatuh pingsan melihat senyum Dave itu “udah lama?” tanyaku lagi.
“Lumayan, kamu mau pesen apa?” Dave memanggil seorang pelayan. Pelayan itu dengan cepat mencatat pesanan kami, berbeda sekali dengan pelayan yang kutemui empat hari lalu, ketika makan siang bersama Dave.
“Rin...” panggil Dave
“Hhmmm..” jawabku seenaknya, aku sedang fokus dengan handphone-ku, ada BBM dari boss ku Mike, dia menanyakan dimana aku sekarang, saat pergi dari kantor aku lupa memberi tahu pada Mike bahwa aku akan keluar makan siang bersama Dave. Padahal aku sudah berjanji akan makan siang bersama boss-ku itu.
“Rin, aku mau ngenalin seseorang sama kamu.” Aku mengerutkan kening mendengar kata-kata Dave, tiba-tiba saja persaanku menjadi tidak enak.
“DAVEE...” kulihat seorang wanita cantik memanggil dave, dia mengahampiri meja kami.
“Halloooo, udah lama?” tanya wanita itu sambil mencium pipi kiri dan pipi kanan Dave, kemudian duduk di samping Dave. Aku hanya diam melihat pemandangan di depanku itu.
“Oya, kenalin ini sahabatku Karin” Dave memperkenalkanku pada wanita itu, entah siapa namanya.
“Karin” kataku sambil mengulurkan tangan.
“Siska” dia menyambut uluran tanganku “pacar Dave.” Genggamannya di tanganku semakin mengerat dan mungkin hanya perasaanku saja dia menekankan kata ‘pacar Dave’ sambil menatapku sinis.
Aku hanya membalas perkataannya dengan senyum tenang. Maklum berteman dengan Dave selama dua tahun membuatku sedikit banyak kebal terhadap kesinisan pacar-pacar atau bahkan wanita yang memiliki minat pada Dave.
Namun tetap saja, senyum tenang yang ku tunjukkan sangat bertolak belakang dengan perasaanku sebenarnya. Hatiku seakan disayat-sayat oleh pisau tajam saat Siska memperkenalkan diri sebagai pacar Dave. Perasaan yang selalu ku rasakan ketika Dave memperkenalkan pacar-pacar barunya padaku.
Aku melirik ke arah Dave dan melihat senyum senang mengembah di bibirnya. Tidak apa aku rela Dave bersama wanita lain asal dia bahagia, dan selama aku bisa melihat senyum bahagia di wajahnya, selama itu juga aku akan terus memendam perasaan ini sendirian. Asalkan Dave senang dan bahagia itu sudah cukup untukku.
Tapi hati kecilku tetap berharap, berharap suatu saat nanti dave dapat melihatku, bukan melihatku sebagai sahabat yang selalu siap membantunya, melainkan benar-benar melihatku sebagai Karina.. KARINA DEWANTI
KAMU SEDANG MEMBACA
White Love
RomanceAku berdiri di sampingmu, namun... kau tak pernah melihatku. Aku selalu bersamamu, namun... bagimu aku hanya angin lalu. Kalau begitu... Aku akan berdiri di hadapanmu, agar kau dapat melihatku dan aku akan sedikit menjauh darimu, agar kau tak mengan...