Mr. 200 JUTANYA MASIH BELOM KELUAR DI PART INI, SABAR YAAA
JANGAN SUNGKAN-SUNGKAN BUAT NGASIH KRITIK DAN SARAN :D
#BIGHUG ;D
***
DAVE POV
Aku mengerjabkan mataku berkali-kali sambil berusaha mengumpulkan nyawa-nyawaku. Dimana ini? yang pasti ini bukan kamarku, ruangan ini hampir seluruhnya berwarna putih, kecuali lemari pakaian dan kusen jendela serta pintu. Oh... aku ingat, aku berada di salah satu kamar tamu, di rumah orang tua boss Karin.
Kulihat jam di atas meja kecil di samping tempat tidur, sudah pukul tujuh. Aku bangun dan berjalan menuju pintu kamar mandi di sudut ruangan. Di wastafel kamar madi sudah tersedia sikat gigi baru dan alat cukur. Benar-benar tuan rumah yang memperhatikan kebutuhan tamunya, pikirku.
Aku langsung melakukan rutinnitas pagiku, menggosok gigi, mencukur dan tentu saja mandi. Untung saja aku selalu menyiapkan pakaian-pakaian bersih untuk saat-saat mendesak seperti ini di dalam mobil. Ngomong-ngomong apa sekarang Karin sudah bangun? Dan apa yang sedang dia lakukan? Tiba-tiba saja pikiran itu terlintas di otakku.
Setelah melakukan rutinnitas pagiku,aku mencari handphone-ku dan segera menelepon Shanty sekretarisku. Telepon diangkat saat deringan pertama.
“.....”
“Shanty, tolong batalkan semua agenda saya hari ini!”
“.....”
“ya, kemungkinan hari saya saya tidak akan ke kantor.”
“.....”
“Bilang saja, saya sedang ada urusan keluarga.”
“....”
Ku putus sambungan telepon, aku bersyukur memiliki sekretaris seperti shanty yang efisien dan sangat cekatan.
Bukankah Karin juga bekerja sebagai sekretaris? Apa dia juga cekatan dan efisien seperti shanty? Aku menggelengkan kepalaku, mengapa sejak tadi, yang ada dalam pikiranku selalu Karin dan Karin.
Aku melangkah menuju pintu kamar dan membukanya.
“Dave... baru aja aku mau bangunin kamu.” saat aku membuka pintu, Karin sudah berada di depan pintu kamarku. Dia menggunakan kaos putih kebesaran dan celana pendek, rambut panjangnya di gulung asal-asalan dan memperlihatka lehernya yang mulus, kaca mata tipis membingkai wajahnya. CANTIK itu yang terlintas di otakku. Baru pertama kalinya aku melihat dia menggunakan pakaian rumahan seperti ini. Maklum, aku biasanya bertemu karin pada jam makan siang dan tentu saja dia menggunakan pakaian kantornya. Tunggu... apa tadi ku bilang? pakaian rumahan? Di rumah orang tua boss-nya sendiri? Sial!! Aku benar-benar penasaran dengan hubungan Karin dan Mike, boss-nya itu, semakin lama, aku semakin yakin, hubungan mereka bukan hanya sekedar atasan dan bawahan.
“Oh...” hanya itu yang keluar dari bibirku. Bodoh! apa tidak ada kata-kata yang sedikit lebih pandai, yang bisa keluar dari bibir-ku ini, rutukku dalam hati.
“Ayo... mami udah nyiapin sarapan buat kita.” lagi-lagi kebingungan hinggap di pikiranku, mami? apa wajar memanggil orang tua atasanmu dengan sebutan mami? menurutku tidak dan sepertinya Karin sudah terbiasa berada di rumah ini, terlihat sejas dari pembawaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
White Love
RomanceAku berdiri di sampingmu, namun... kau tak pernah melihatku. Aku selalu bersamamu, namun... bagimu aku hanya angin lalu. Kalau begitu... Aku akan berdiri di hadapanmu, agar kau dapat melihatku dan aku akan sedikit menjauh darimu, agar kau tak mengan...