Diamond Ring

17 1 0
                                    

"A... Apa?!"

Zaide hanya tersenyum. Dan kemudian air mata mengalir dari mata kecilnya itu. Hanya setetes air mata darinya yang bisa mencairkan perasaanku.

Rasa sedih meluap dari hati kejamku ini. Hanya saja aku harus rela meski kami baru bertemu.

Tiba-tiba matanya terpejam. Hatiku rasanya ingin memanggilnya. Ia masih tersenyum dengan hangatnya. Namun setelahnya, senyuman itu pudar, dan hatiku hancur berkeping-keping.

Kepingan hatiku ini jatuh tak beraturan. Mereka menghilang di telan samudra luas.

Hatiku tak bisa berkata-kata lagi. Sudah hancur dan sirna harapanku padanya.

Aku... Hanya ingin... Melindunginya.

Tapi....

Tapi....

Aku gagal.

"Zaide,"

Panggilan halusku menggetarkan gendang telingaku. Panggilan halus yang terekam dalam hati tak direspon olehnya.

"Zaide, kau masih ada di sana, kan?"

Masih tak ada respon darinya. Dan aku mulai putus asa dan pasrah.

Kepingan hati terus menjauh. Remuklah tubuhku ini. Remuk karenanya yang telah pergi dariku.

Setidaknya...

Setidaknya...

Setidaknya kau tidak tahu perasaanku padamu.

"Nona,"

Aku menengok ke belakang dan melihat salah satu teman Tuan Troy.

"Biar kubantu dia. Kau pasti cemas padanya. Makanya kau menjaganya."

"Terima kasih, Tuan."Kataku

"Pulanglah. Aku akan memberimu kabar. Apa kau punya ponsel?"

"Tidak."

"Baiklah kalau begitu. Sesuai undang-undang, wanita harus ada di rumahnya ketika sudah tengah malam. Jadi silahkan pulang."

**************

"Magan, bangun! Kau sudah terlalu lama tidur!"

Aku membuka mataku dan melihat Elma yang membangunkanku di pagi hari.

"Ugh... Di... Dimana ini?"Tanyaku

"Hotel Tuan Foregin. Kau tertidur di mobil Tuan Foregin saat mengantarmu ke sini."Jawabnya

"Si... Siapa yang mengangkatku kesini?"Tanyaku

"Cody. Dia sangat kuat! Apa yang terjadi padamu semalam?"Tanya Elma

Aku duduk dan merenggangkan tanganku.

"Ceritakan padaku semuanya, Magan. Minimal tentang kakimu itu."Kata Elma yang ingin aku bercerita

Aku tidak bisa ceritakan tentang ledakan penjara itu. Apalagi tentang Zaide.

"Aku... Aku hanya jatuh saat berlari di pinggir jalan. Aku begitu terburu-buru untuk memanggil taksi."

Semoga itu bisa bekerja. Tapi belakangan ini aku sering berbohong.

"Lain kali berhati-hatilah, Magan. Aku begitu khawatir padamu."

Aku tersenyum dan mengelus tangannya yang halus.

"Aku tidak apa-apa, kok. Aku mandi dulu, ya!"

"Baiklah. Hati-hati."

"Baiklah."

Aku bangkit dengan perlahan dan berjalan menuju kamar mandi. Dan itu pun sangat sulit.

"Biar kubantu, teman."

"Tidak perlu. Aku bisa sendiri."Kataku

"Ok. Aku pergi dulu, ya!"

Elma pun keluar dari kamar ini. Dan aku melihat tasku yang cukup besar. Aku menghampirinya dengan perlahan dan membukanya.

Aku melihat sebuah kotak hitam kecil dan mengambilnya.

"Kotaknya masih ada. Aku belum melihatnya lagi."Kataku yang kemudian membuka kotak itu

Tampaklah sebuah cincin berlian yang berkilau terkena sinar matahari. Ternyata masih ada di dalam sana.

Cincin ini... Membuatku teringat pada orang yang memberikan benda ini padaku.

Bagaimana keadaannya saat ini? Aku cukup khawatir padanya. Memang rasa khawatir ini terus saja menguasaiku. Mengapa tidak? Seseorang yang ingin kulindungi justru pergi dan terluka.

Sungguh dia membuatku merasakan hal yang sama pada orang itu. Dia bisa mengendalikan hati orang lain dengan perbuatan dan kata-katanya itu.

Teringat kejadian kemarin yang membuatku takjub dan rasa puasku ini tak tergantikan. Hanya saja... Beberapa kejadian sudah membuatku khawatir padanya.

Difficult Time (Killer And Thief Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang