Talk to Him

3 0 0
                                    

"Kakak Rex, Kakak Roy, jangan merasa bersalah. Zaide akan baik-baik saja setelah ini."Kata John

"John,"

John melihatku.

"Simpan rahasiaku antara aku dan Zaide. Aku akui... Aku begitu... Menghargainya. Dia tidak gila. Dia adalah kakakmu. A... Aku mencintainya."Kataku dengan ragu

John tersenyum dan memelukku.

"Terima kasih, kak! Aku tahu hal ini benar apa adanya. Aku sangat senang kalian sudah begitu akrab! Memang sayang sekali waktu harus berjalan mundur. Namun... Apa daya? Kita ingin Zaide tetap disini, kan?"Tanya John

"Benar!"

"Aku senang bisa berpetualang di kota besar ini. Aku harap... Aku akan selalu mengingat kalian semua. Aku akan bermain bersama kalian yang telah bersatu. Aku sangat menginginkannya!"Kata John

"Aku juga."Kataku

"Aku juga!"Kata Rex

"Aku pasti ingin!"Kata Roy

John melepas pelukkannya.

"Kakak Magan, terima kasih sudah selalu menjadi sahabat Zaide yang baik. Dan aku yakin... Kalian ditakdirkan untuk bersama... Suatu saat nanti. Meskipun kakak pernah bilang bahwa kakak tidak siap mati dihadapannya, kakak tetap nekad untuk menyatakan rasa sayang kakak padanya.

"Aku sangat menghargainya, kak. Suatu saat nanti, akan kupertemukan kembali kakakku yang baik dengan kakak. Akan kupastikan itu berada di ingatanku. Aku sangat menantikan saat itu. Sangat."

Aku mengangguk dan tersenyum padanya.

"Kau memang bisa kuandalkan, John. Kau sahabat yang baik bagiku. Ngomong-ngomong, aku siap mati kapan pun dia membunuhku. Aku akan terima dia apa... Adanya."Kataku yakin

"Aku tahu cinta akan merubah semuanya. Termasuk itu. Karena cinta tidak pernah memandang siapa yang bersamamu."Kata John

"Ya. Kau benar."

"Erenna, semuanya sudah selesai."Kata John

"Tunggu! A... Aku... Punya satu harapan lagi!"Kataku yang spontan

Aku tidak tahu apa yang menghentikanku. Tapi aku ingin mengharapkan satu hal lagi.

John melihatku dan mengarahkan ponsel Tuan Foregin padaku.

"Katakanlah, kak."

Aku melihat ke bawah dan dengan ragu... Aku mengucapkan semuanya.

"Aku... Ingin bertemu dengan Zaide... Untuk terakhir kalinya."Kataku

"Ka... Kakak,"

"Aku tahu kau akan mempertemukanku dengan kakakmu lagi, John. Tapi... Sepertinya... Itu tidak akan terjadi."Kataku yang mulai putus asa

"Magan,"

Aku melihat Tuan Foregin yang keluar dan menghampiriku.

"Magan, kau pasti banyak berdoa untuk Zaide. Dia ingin bertemu denganmu sebentar sebelum ia kembali ke alam mimpinya yang cukup panjang."

Aku tersenyum dan masuk bersama Tuan Foregin. Aku melihat John yang mengangguk sekali.

"Semoga kakak bisa menyampaikan apapun pada Zaide."

"Terima kasih, John."

Aku dan Tuan Foregin kembali masuk ke dalam rumah sakit dan memasuki kamar seorang pembunuh terkenal, Zaide.

"Tinggalkan kami berdua. Kumohon." Kata Zaide yang langsung membuat Tuan Foregin pergi bersama dokter yang ada di ruangan ini

Aku hanya melihat Zaide kemudian berjalan ke arahnya.

"Magan,"

Aku melihatnya yang penuh dengan perban hampir di sekujur tubuhnya.

"Zaide,"

"Maafkan aku. Aku sudah membuatmu khawatir padaku. Kau tidak perlu khawatir lagi. Aku sudah lebih baik, kok."Kata Zaide senang

Aku hanya melihatnya. Namun... Kejadian tadi tak bisa terlupakan. Tapi dia masih bisa tersenyum di hadapanku. Sungguh mengejutkan.

"Tak biasanya kulihat seorang penjahat menjatuhkan air matanya kecuali diriku sendiri. Aku tak pernah menyangka ini semua."Zaide menghapus air mataku dengan perlahan

Aku selalu tidak menyadari ketika diriku mengeluarkan air mata kepedihan ini di depan Zaide.

"Aku bukan seorang penjahat, Zaide. Begitu juga denganmu. Aku tahu kau adalah orang yang baik. Aku pun begitu. Aku juga orang baik yang hidup sebagai seorang penjahat licik.

"Padahal dalam diriku, berkobarlah rasa iba terhadapmu yang jatuh dalam kegelapan abadi. Aku juga jatuh bersamamu. Kita jatuh bersama!"

"Jangan begitu, Magan. Tapi kau perlu mempertahankan sifat baikmu itu. Kau cukup beruntung, pahlawanku. Tapi... Maafkan aku... Yang telah..."

Aku melihat Zaide yang matanya mulai berkaca-kaca. Ia mengalihkan pandangannya pada jendela yang memantulkan cahaya matahari kemari.

"Aku ingat sesuatu saat ayahku mengajakku ke kota ini. Itu sudah cukup lama. Mungkin saat aku berumur...."

"Ada apa?"Tanyaku

Zaide melihatku dengan ragunya. Tak tahu apa yang akan ia katakan, sungguh sepertinya dia tak ingin mengatakannya.

Difficult Time (Killer And Thief Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang