Chapter 2 - An Angel

4.2K 386 26
                                    

Derap langkah kaki tergesa memenuhi koridor Sekolah SMA Arjuna, seorang pemuda dengan baju seragam yang jauh dari kata rapi, berjalan tergesa dengan membenahi sragam sekolahnya.

Langkahnya terhenti, saat dia sudah berada dalam barisan kelasnya.

Hari senin, entah kenapa dia selalu benci hari senin, karena cuma dihari senin semua atribut Sekolah harus dikenakan dengan rapi. Dan semua ini karena upacara bendera.

"Pssttt.. Jali... Jal... ." Pemuda yang dipanggil Jali itu memutar bola matanya malas, kemudian menoleh ke arah Elang yang memanggilnya berbisik.

"Apa?!" Mulutnya bergerak tanpa suara.

"U.K.S, ayo!" Elang membalas dengan tanpa suara juga.

Jali menggeleng keras, sudah terlalu sering pemuda itu tidak mengikuti upacara alasan sakit, dan kali ini ia tak mau lagi memakai alasan itu, ketahuan, mampus dia kena hukum petugas tata tertib.

Helaan nafas lega terdengar saat pemimpin upacara sudah membubarkan pasukan, pertanda penderitaan mereka berakhir. Semua murid kembali ke ruang kelas mereka untuk langsung mengikuti mata pelajaran pertama.

Tak termasuk Elang dan pemuda yang dipanggil Jali itu, mereka berdua memilih untuk langsung menuju kantin dan berkumpul dengan murid yang sama seperti mereka.

Namanya Algha Zhaliendra, murid kelas XII yang selalu naik kelas karena memang kecerdasaanya, hanya saja murid cerdas tak selamanya bertampang dan berkelakuan nerd yang selalu berkutat dengan bukunya.

Kelakuan dan kecerdasaanya sungguh membuat orang geleng kepala, dia cerdas sangat bahkan, tapi kelakuannya minus, itu juga alasan kenapa guru jarang sekali menegurnya jika kesalahannya tak fatal.

Pulang sekolah, seperti biasa, Algha selalu berkeliling menggunakan motornya untuk sekedar bersenang-senang, terkadang jika ingin, geng nya akan menghabiskan waktu di tempat nongkrong yang menjadi markas mereka.

Ckiiittt....

Motor Ninja Algha mendadak berhenti, saat dilihatnya seorang wanita dengan rambut kucir kuda dan poni depan hampir saja ketabrak motornya jika tangan dan kakinya tak segera menghentikan laju motornya. Dan beruntungnya, motornya bisa ia kendalikan dengan baik, sehingga tak menyebabkan kecelakaan yang mengenaskan.

Wanita itu hampir saja terjengkang karena kaget, untung saja kakinya bisa menyeimbangkan tubuhnya, yang menjadi korban adalah setumpuk kertas yang berhambiran di jalanan.

"Heh! Bocah gak tahu diri, dijalanan sempit gini main kebut-kebutan?! Kalau mau balapan sono di sirkuit, jangan dijalan kayak gini?! Untung aja saya gak ketabrak?!"

Al mengeryitkan dahinya dan membuka helmnya saat seorang wanita dengan stelan pakaian formal itu membentaknya dan mengacungkan telunjuk tepat diwajahnya.

"Bukannya tante yang nyebrangnya gak liat-liat?!" Algha menstandartkan motornya, kemudian berdiri tegak memandang wanita di hadapanya itu.

Wanita itu membalalakan matanya marah, satu kata yang baru saja diucapkan bocah SMA itu seakan memekakan telinganya, dan membangunkan macan yang sedang bersembunyi di dalam tubuhnya.

"APA?! TANTE?! Sejak kapan saya nikah sama om kamu?!" Wanita itu berjongkok, memunguti kertas yang berserakan di jalanan.

Al mengendikan bahunya acuh, bukannya membantu pemuda itu malah berdiri dengan melipat tangan di dada dan melihat setiap pergerakan dari wanita yang menurutnya cantik itu.

"Bocah jaman sekarang ini bener-bener kurang ajar, gak punya sopan santun, salah bukannya minta maaf tapi ngelawan gak jelas, ini lagi bukannya ngebantuin malah cuma berdiri kayak patung kek gitu." Wanita itu menggerutu, tangannya sibuk memunguti lembaran-lembaran kertas yang baru saja ia foto kopi, seandainya, mesin foto kopi di kantornya tidak rusak dan dia tak menolak tawaran Bejo dengan alasan dekat, tidak mungkin peristiwa tak menyenangkan ini terjadi padanya.

Perempuanku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang