Chapter 23 - Saksi Bisu Eratnya Rasa

2.1K 260 48
                                    

Terkadang apa yang tidak kamu pikirkan itulah yang terjadi.

Yuki menggumam dalam hati. Jika dipikir-pikir kejadian yang tadi siang menimpanya adalah sebuah kejadian yang tak akan pernah dia bayangkan sebelumnya.

Padahal Yuki sudah memilih untuk menyerah. Tapi, Tuhan tidak mengijinkannya untuk menyerah.

Mungkin, Algha memang sudah digariskan Tuhan untuk menjadi jodohnya.

Yuki menunjukkan senyum termanisnya di depan pintu. Sekitar limabelas menit lebih wanita itu memilih untuk berdiri di depan pintu tanpa ada niat untuk masuk ke dalam.

Memantapkan hati yang sempat goyah, Yuki mengembuskan napas. Tangannya perlahan membuka pintu apartement-nya.

"Welcome home."

Yuki hampir saja berjingkat kaget.

Algha, seseorang yang sejak tadi menguasai pikirannya menyambut layaknya seorang ayah yang menyambut anak pulang dari merantau.

Yuki terkikik geli. Rasanya memang sedikit berbeda, tapi dia merasakan beban yang selama ini menghambat langkahnya seakan terangkat. Ia merasa bahagia. Dan untuk kebahagiaannya ini dia tak mau ada seorangpun yang merenggutnya. Egois kan?

Karena cinta memang harus egois!

"Cie... bahagia. Cieeeee...." goda Algha sambil mencolek dagu Yuki.

Merasa malu Yuki memukul lengan Algha pelan. "Lapeeer," rengek Yuki dengan wajah memelas.

"Tenang tuan putri. Saya sudah menyediakan makanan untuk tuan putri. Silahkan ikuti saya." Algha berjalan menuju meja pantry yang diatasnya sudah berjejer makanan siap saji.

"Wah! Mau ada pesta ya?" teriak Yuki girang. Makanan yang tersaji di meja beragam rupa, dan rasanya tak akan muat jika dihabiskan berdua.

"Hgg... gak ada, sih. Ini cuma ngerayain kelulusan aku aja. Sama sekalian ngerayain kembalinya kita." Algha menggaruk tengkuknya yang tak tak gatal. Merasa terlalu berlebihan dengan apa yang sudah dia beli.

"Cie... yang udah bukan anak SMA." Goda Yuki tak kalah jahil sambil menoel hidung Algha.

"Kenapa barang yang aku beliin buat kamu dikembalikan?" Algha menggiring Yuki untuk duduk di kursi.

Yuki tersenyum lantas menjatuhkan pantatnya di kursi. "Emangnya kamu beli pake uang kamu sendiri? Aku gak mau dibilang matre, ya!"

Algha terkekeh. Sebenarnya dia tidak membeli semuanya, dia hanya mengambil atau lebih tepatnya mencuri. Toh saat dia memberikan Yuki barang-barang itu tak membuat bisnis papanya bangkrut.

"Jadi kalo aku mau beliin kamu sesuatu harus pake uang aku sendiri ya?"

"Ya iyalah. Akan jadi satu kebanggaan kalo kamu beli sesuatu sekecil apapun itu pakai uang sendiri."

Algha mengangguk setuju. "Makan dulu aja, yuk! Aku juga laper."

Yuki tersenyum dan mengangguk pelan.

"Owh ya. Selamat ya buat kelulusannya. Aku punya sesuatu buat kamu." Teringat sesuatu Yuki beranjak dari kursi dan menghentikan sejenak acara makannya.

Algha mengerutkan keningnya dan mengikuti pergerakan Yuki seksama tanpa beranjak. Tangannya yang semula menyendok makanan terhenti.

"Buat kamu. Maaf gak bisa kasih yang mahal. Aku cuma bisa kasih ini." Yuki menyodorkan sebuah celengan berbentuk kotak ke hadapan Algha.

Algha yang tak mengerti mengeryitkan dahi heran. Sebuah celengan? Untuk remaja seusianya adalah hal yang terlalu kuno dan sedikit tak berguna.

"Kenapa celengan?" tanyanya tanpa basa-basi.

Perempuanku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang