Hari semakin sore, langit di sebelah barat menampakkan gurat jingga yang menawan.
Deru ombak pantai menggelitik telinga dua insan yang kini berdiri menatap birunya laut yang mulai memudar.
"Aku punya mimpi." Ucap Algha tiba-tiba dengan mata menatap Yuki penuh gurat kebahagiaan.
"Apa tu?" Jawab Yuki setelah menggerakkan tubuhnya yang terasa pegal. Perjalanan yang cukup memakan waktu dan sangat melelahkan membuat tubuhnya terasa kaku.
"Mimpi yang sempurna yang beda dari orang biasa lainnya."
"Spesifiknya donk?" Wanita itu menghentakkan kakinya gemas.
"Pokoknya mimpi yang beda dari yang lainnya. Pacar... gak boleh tahu." Ucap Algha dengan senyum mengembang, telunjuknya bergerak kanan kiri tepat di depan wajah Yuki.
"Huft... Serah situ deh." Yuki pasrah. Malas berdebat. "Kenapa harus ke Anyer, sih? Kan jauh."
"Aku suka tempat ini." Algha menatap gurat jingga di hadapannya. Senyum tipis mengembang di wajah tampannya.
"Apa yang buat kamu suka tempat ini?" Alis Yuki terangkat, matanya menatap Algha penuh tanya.
Pemuda itu mengangkat sudut bibirnya, "coba liat di sana." Telunjuknya terangkat menunjuk hamparan taman indah di atas sana.
"Aku tahu. Senja di sini emang manjain mata banget, trus kenapa?" Yuki melipat kedua tangannya di dada, karena tak bisa dipungkiri jika dia merasa cukup dingin.
"Ih...! Dasar tante-tante gak punya naluri ke-estetikaan." Ucap Algha dengan mulut bagian bawahnya mencembik. (Hah! Opo iku mencembik? Hais... lupakan)
"Eh, mulutnya, lamis banget. Kalau aku tante-tante masalah? Lagian kenapa situ suka sama tante-tante? cabe-cabean rawit kan banyak kenapa milih cabe keriting? Trus... apa lagi tu naluri ke-estetikaan, emangnya aku gak bisa bedain mana yang punya nilai estetika sama yang enggak?" Yuki menggerutu, mulutnya tertekuk lucu, bahkan wajahnya terlihat begitu menggemaskan.
"Tacan ih... gitu aja ngambek. Ngambeknya jelek lagi." Algha terkekeh, melihat raut wajah kekesalan Yuki merupakan suatu kebahagiaan tersendiri untuknya.
"Biarin... aku mau pulang aja. Bye." Yuki menghentakkan kakinya, dan berlalu pergi dengan langkah yang dibuat-buat.
Bukannya panik, Algha justru semakin terbahak. Dia tak pernah menyangka jika wanita dewasa seperti Yuki memiliki sifat kekanak-kanakan yang diluar dugaan.
"Hey! Jangan ngambek dong." Melihat Yuki yang semakin menjauh, Algha membuat langkah besar untuk menyusulnya.
"Sebel akh... umur itu bagian tersensitif wanita tahu. Udah tahu tua, tapi masih aja di pacarin." Yuki menghentikan langkah saat tangan Algha berhasil meraih lengannya.
"Kalau udah cinta mau apa? Hayo?!"
Skak... Yuki bergeming, kalau berurusan dengan cinta rasanya seperti kehilangan suara, kenapa? Karena bagi Yuki untuk mencintai tak pernah butuh alasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perempuanku (END)
FanfictionApa yang terjadi jika cowok SMA yang baru menginjak kelas XII dan masih berumur 18 tahun, jatuh cinta pada wanita dewasa yang berumur 25 tahun?! Apakah mereka bisa memiliki pemikiran yang sama? Akh... jangan terlalu jauh dulu, apakah cowok SMA itu b...