Chapter 17 - Bimbang

2.3K 270 40
                                    

Yuki membuka perlahan knop pintu apartement-nya. Waktu sudah menunjuk angka 11 malam. Setelah selesai berbincang Yuki mengambil keputusan untuk pulang ke apartement miliknya. Dia malas jika harus berhubungan dengan pertanyaan bundanya perihal Dewa yang sudah mulai berani memberikan signal tanda bahaya.

Lampu kamar apartement mati, hanya lampu tidur di atas nakas yang menyala. Di kasur angin tempat tidur Algha, Yuki bisa melihat pemuda itu tidur meringkuk tanpa selimut.

Yuki mengembuskan napasnya, saat dilihat jam tangan masih melingkar di pergelangan tangan kirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yuki mengembuskan napasnya, saat dilihat jam tangan masih melingkar di pergelangan tangan kirinya. Yuki bergerak mendekat, sebisa mungkin tidak menimbulkan kegaduhan. Beberapa buku paket dan buku tulis berjajar tak rapi di samping Algha tidur. Yuki mengambil buku-buku di kasur itu dan meletakkannya di nakas.

Matanya beralih ke jam di tangan Algha. Hati-hati, Yuki melepas jam tangan itu agar Algha bisa tidur tanpa gangguan.

Sejenak, Yuki tersenyum samar. Saat ini dia merasa menjadi seperti seorang isteri yang merawat suaminya atau bisa juga seorang ibu yang memiliki anak remaja.

"Kok bisa tidur kayak gini?" samar Yuki bisa mendengar dengkuran halus dari mulut pemuda itu.

Jam tangan yang sudah terlepas Yuki letakkan di atas nakas samping buku. Untung saja dia sudah mandi tadi waktu di rumah, jadi dia bisa langsung istirahat sekarang.

Yuki hendak berjalan menjauh ke walking closet miliknya, berencana untuk menukar bajunya dengan baju tidur.

Sebuah tangan kekar menginterupsi pergerakan tubuhnya. Tanpa ada persiapan apapun Yuki merasakan tubuhnya tertarik ke belakang dan menimpa tubuh Algha yang tertidur.

"E-eh... !" Yuki berjingkat saat tangan yang semula menariknya kini justru merengkuh tubuhnya.

"Kok baru pulang?" suara berat khas milik Algha membuat Yuki menelan ludah. Bukan cuma karena suaranya yang sexy, tapi Yuki bisa merasakan jika Algha saat ini tengah menyembunyikan wajahnya di tengkuk milik Yuki. Tak hanya itu, Yuki juga merasakan bibir Algha menempel di tengkuknya. Hembusan napas panas begitu terasa menyapu tengkuknya. Yuki sedikit meremang merasakan rasa yang tak biasa.

"Kayaknya tadi kamu udah ngorok. Udah sana tidur lagi. Masih malem," ucap Yuki menutupi rasa gugup yang menimpanya.

"Bentar. Aku kedinginan. Butuh kehangatan."

Yuki kembali menelan ludahnya, entah kenapa kalimat Algha barusan begitu mendebarkan degup jantungnya.

Algha memutar tubuh Yuki agar menghadap ke arahnya. Matanya mengunci mata Yuki. Sorot mata penuh cinta dan kerinduan begitu terpancar jelas di manik mata serupa almond itu. Yuki terpana. Matanya tak bisa bergerak ke sembarang arah. Seakan mata Algha adalah pusat yang tak boleh ia ubah.

"Jangan tinggalin aku." Algha menggumam. Sejak tiba di apartement perasaannya tak enak. Perasaan takut kehilangan seakan menguasi hatinya. Pekerjaan rumah yang seharusnya bisa mengalihkan perhatiannya justru membuat Algha semakin tak bisa berpikir jernih. Hatinya, rasanya hanya tertuju pada seseorang yang saat ini tengah berada di tempat yang lain.

Perempuanku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang