Chapter 18 - Hati yang Patah

2.1K 269 64
                                    

Perkataan Vebby siang tadi seperti mantra yang selalu terngiang di telinganya. Rasanya Yuki butuh seorang yang bisa membuatnya hatinya merasa lebih baik.

Sekelebat wajah tetiba terlintas dibenaknya. Orang itu, Yuki yakin sahabatnya itu bisa menolongnya. Membebaskan pikiran menganggu yang seperti nyanyian sendu.

Tanpa menunggu. Yuki segera bergegas pergi ke rumah orang yang itu. Janji untuk membantu Algha mengerjakan PR harus ia ingkari. Ada hal yang lebih penting dari pekerjaan rumah Algha.

Yuki meraih gawai di tasnya. Senyum getir mengembang di wajah ayunya saat wallpaper di hape-nya menunjukkan wajah Algha yang lucu.

 Senyum getir mengembang di wajah ayunya saat wallpaper di hape-nya menunjukkan wajah Algha yang lucu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sejenak mata Yuki terpaku pada gambar Algha di layar hape-nya. Wajah itu selalu membuatnya merasa tenang. Wajah itu selalu membuat Yuki merasa rindu. Dan wajah itu pula yang membuat Yuki menjadi begitu bersemangat untuk pulang ke apartement dan memeluknya.

Yuki mengembuskan napasnya panjang. Perasaan gundah yang ia rasakan tetiba lenyap begitu saja. Rasa untuk bertemu dengan orang yang ingin ia temui tetiba hilang.

Perempuan itu merasa seperti seorang ABG labil yang gampang berubah perasaannya.

Cling...

Satu pesan masuk membuat Yuki sedikit tersentak. Wajah Algha tetiba tertutup layar kotak kecil berwarna hijau. Yuki tersenyum, sebuah nama yang baru saja ia kagumi muncul di sana.

Segera Yuki menekan tulisan "lihat" di layar. Seketika layar itu menampakkan sebuah pesan singkat.

Bocah Mesum^,^
Pulang donk. Udah jam pulang ini. Kangen...

Yuki melebarkan sudut bibirnya, emoticon cium muncul begitu menggoda.

Tanpa membalas. Yuki segera mengendarai mobilnya dan pulang. Menuju ke apartement yang ia tempati.

***

"Gue pulang ya, Jal?" Elang bosan. Menunggu adalah hal yang sangat memuakkan. Pekerjaan Rumah sudah selesai 30 menit yang lalu. Semuanya berkat otak Algha yang encer. Matematika serumit apapun bisa diselesaikan dengan mudah.

"Lo pulang kalo Yuki udah sampe. Gue lagi males sendiri." Algha sibuk memencet-mencet remote TV mengganti saluran membosankan ke acara yang semakin tidak jelas. Tak ada yang menarik.

Hanya helaan napas berat milik Elang yang didengar oleh Algha.

"Lo masih belum berani deketin si anak baru itu?" ucap Algha masih asyik mencari saluran menarik.

"Imelda maksud lo?" Elang mengambil rubik di nakas dekat sofa dan memainkannya.

"Ya emang anak baru di sekolah kita siapa lagi?"

"Ada Dimas. Masuk bareng Imel."

"Ya kali lo deketin Dimas. Lo LGBT?"

"Iya kayaknya." Elang menjawab tanpa minat. Seakan tak mendenga pertanyaan Algha.

Perempuanku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang