Algha menghela napas panjang. Pukul 11 malam dia baru sampai di rumah. Dan saat ini Algha sudah berada di kamarnya. Merebahkan diri di ranjang ukuran sedang yang memang cukup untuknya tidur.
Celengan pemberian Yuki ia simpan di laci nakas dekat tempat tidur.
"Sudah puas?!" Arumi berdiri di ambang pintu kamar Algha dengan bersidekap, di sebelahnya ada Elang yang menatap Algha datar. Sok ikut marah.
"Maafin gue soal tadi, ya? Kan udah ada Elang," sesal Algha.
Arumi menghentakkan kakinya, "gak ada maaf bagi lo, Ndra! Tega banget, sih! Gue tadi cengo tau gak. Apalagi dengerin suara sumbang dari orang-orang itu bikin telinga sama hati gue panas. Gila aja! Masa iya cewek cantik kayak gue dicampakin. Gemes gue, serasa pingin ngeraup muka mereka pake sekop! Untung Elang masih mau lo suruh buat jemput gue," kedua tangannya bergerak-gerak layaknya seorang pemimpin orasi.
Sementara Elang manggut-manggut setuju.
Algha terkikik, lucu. Ia tahu betul sahabatnya itu orang yang selalu lebay jika berurusan dengan bercerita.
"Sori." Algha mengacak rambut Arumi gemas.
Sementara Arumi yang tak terima rambutnya berantakan berdecak sebal.
"Lo juga sih, Jal! Kalau udah sama dia, lupa segalanya. Lo tau gak tadi gue sama Arumi puter otak buat cari alasan ke bokap lo."
"Maksudnya? sejak kapan bokap gue cariin gue?" mata Algha terbuka lebar mendengar papanya yang notabene selalu cuek, mencarinya.
"Ya gue juga kaget tadi. Palingan dia takut lo gak pulang lagi. Secuek-cueknya orang tua pasti masih punya rasa sayang ke anaknya. Apalagi lo anak satu-satunya, kan?" ucap Elang sok bijak yang membuat Arumi dan Algha manggut-manggut.
"Trus lo bilang apa?" tanya Algha menanggapi.
"Gue bilang aja lo lagi ada reunian sama temen SMP."
"Bokap gue percaya?"
"Ya... buktinya doi langsung gak bilang apa-apa setelahnya." Elang mengangkat kedua bahunya.
"Lagian kenapa, sih? Lo kok mau banget pacaran sama tante-tante?" Arumi menyela.
Dan hal itu sontak membuat rahang Algha mengeras tak terima.
"Weiz... sadis banget sih ngomongnya," Elang mencoba untuk mencairkan suasana.
Arumi hanya mengangkat sebelah alisnya menggapi Elang.
Algha mengalihkan perhatiannya, tatapan mata tajam yang tadi ditujukan ke Arumi menghilang. Bagaimanapun Algha tak akan bisa membentak Arumi.
"Dia masih muda. Masih 25 tahun, belum pantes dipanggil tante," tegas Algha tanpa senyum.
"Terserah deh, ya! Gue cuma penasaran! Kan masih banyak cewek di luaran sana yang jauh lebih muda. Kenapa harus cari yang lebih tua? Tua banget malah kalau dibandingin sama gue. Kalau lo emang mau cari yang lebih tua, paling gak diatas lo satu atau dua tahun, lah! Gak sampe tujuh tahun gitu," seakan tak peduli dengan pertahan Algha, Arumi justru bertanya tentang hal yang sedikit memancing.
"Gue cinta sama dia. Dan cinta gak kenal, kasta, agama, budaya, ataupun usia. Itu menurut gue, kalau lo gak setuju dengan pendapat gue terserah. Cewek manapun yang ada di dunia ini gak ada yang bisa menggeser nama Yuki dari hati gue," tegas Algha. Kali ini tubuhnya ia rentangkan di ranjang, dan memejamkan mata.
Arumi mendesah, ada rasa getir bersarang di dadanya secara tiba-tiba.
Bearti gue gak ada arti apa-apa buat lo, Ndra!
KAMU SEDANG MEMBACA
Perempuanku (END)
FanfictionApa yang terjadi jika cowok SMA yang baru menginjak kelas XII dan masih berumur 18 tahun, jatuh cinta pada wanita dewasa yang berumur 25 tahun?! Apakah mereka bisa memiliki pemikiran yang sama? Akh... jangan terlalu jauh dulu, apakah cowok SMA itu b...