Yuki berjalan hati-hati memasuki pekarangan sebuah rumah minimalis dengan taman kecil yang kebanyakan tanaman di sana adalah bunga mawar merah dan putih. Beberapa berwarna pink. Tapi warna merah dan putih lebih mendominasi.
Mata Yuki menyipit, saat dilihatnya mobil sedan warna putih bertengger di tempat lapang di samping rumahnya. Tempat di mana biasanya para tamu memakirkan mobilnya jika tengah berkunjung.
Untuk pertama kalinya, Yuki menyesali kebohongan yang secara tidak sengaja ia ciptakan. Seandainya kemarin mulutnya tak berucap nyeleneh mungkin saat ini, Yuki tengah asyik nonton my stupid boss dengan Algha yang sejak semalam merengek untuk ditemanu nonton.
Hembusan napas pasrah terdengar begitu berat dari mulutnya. Sejenak, Yuki menengadahkan kepalanya ke atas dan mendesah. Tangannya perlahan memutar knop pintu mahoni berwarna putih.
"Bund... Yuki pulang!" Yuki memiringkan bibirnya, ruang tamu di rumahnya kosong.
Dalam hati wanita itu bersyukur karena tak harus langsung bertemu dengan mereka yang sejujurnya tak ingin Yuki temui.
"Hai sayang...," Rina menghampiri Yuki dengan senyum mengembang. Dikecupnya pipi Yuki kanan kiri. Saat itu juga perasaan Yuki mendadak gelisah. Bundanya tak pernah bersikap seperti ini tanpa alasan. Dan, alasan itu pasti...
"Oalah ini to yang namanya Yuki? Cantik banget, jeng. Hai sayang." Seorang wanita paruh baya dengan rambut di gelung ke atas menghampiri Yuki dan Rina. Senyum di bibirnya begitu menawan dan terlihat keibuan.
"Ki, ini tante Indri. Mamanya Dewa."
Glep...
Yuki menampilkan senyum terpaksa. Wajahnya terlihat kaku dan hampir terlihat seperti orang yang menahan sesuatu.
"Ha-hai tante."
Indri menarik Yuki dan merengkuhnya dalam pelukan. Bibirnya mencium pipi kanan kiri Yuki.
"Kamu pasti laper. Yuk, makan dulu." Rina menggiring tubuh Yuki menuju ke ruang makan.
Tubuh Yuki menegang saat di meja makan ada tiga pria yang dua di antaranya Yuki tahu adalah Ayahnya dan Dewa, sementara yang duduk di samping Ayahnya Yuki tak tahu. Mungkin, ayah Dewa.
Yuki menelan salivanya yang terasa begitu tak mengenakan. Entah kenapa perasaannya sungguh tak tenang.
"Tuh... Yukinya udah dateng. Baru kali ini kan, tuan rumahnya malah dateng telat." Serentak semua orang tertawa renyah saat ayahnya bersuara.
"Gakpapalah, kan kerjaan juga penting." Pria paruh baya yang menurut Yuki ayah Dewa menimpali.
"Hai Yuki." Yuki mengalihkan pandangan matanya ke arah Dewa. Pria itu selalu saja tersenyum, dan Yuki hanya membalas dengan sudut bibir yang terangkat.
"Duduk, Ki. Di samping Dewa." Rini berbisik lirih di telinga Yuki.
Yuki hanya mengembuskan napasnya. Terpaksa. Yuki berjalan lesu ke tempat duduk di samping Dewa.
"Gimana kerjaannya? Banyak banget ya." Ucap Dewa saat Yuki sudah berada di sampingnya.
"Lumayan." Jawabnya singkat.
"Ki, ... ini om Angga. Papanya Dewa." Rina kembali bersuara, tangannya terangkat dan menunjuk sopan ke arah Angga.
"Owh... hai om. Maaf saya sudah buat om dan tante menunggu. Boss Yuki lembur, jadi Yuki ikut lembur." Ucap Yuki dengan senyum terpaksa.
"Gakpapa sayang. Kami juga baru aja nyampe kok." Ucap Indri dengan senyum tulus yang mengembang.
Untuk beberapa waktu, mereka memilih menyantap hidangan makan malam dengan pembicaraan ringan. Seputar pekerjaan dan olah raga sepak bola. Kebetulan Rendra-ayah Yuki-, Angga dan Dewa suka sepak bola. Sementara Indri dan Rina lebih banyak berbicara seputar kue dan masakan. Sedang Yuki memilih untuk menyantap makanannya dalam diam. Sesekali bersuara saat ditanya, itupun hanya sepatah dua patah kata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perempuanku (END)
FanfictionApa yang terjadi jika cowok SMA yang baru menginjak kelas XII dan masih berumur 18 tahun, jatuh cinta pada wanita dewasa yang berumur 25 tahun?! Apakah mereka bisa memiliki pemikiran yang sama? Akh... jangan terlalu jauh dulu, apakah cowok SMA itu b...