Chapter 3 - A Kiss

3.8K 392 29
                                    

Yuki masih berkutat dengan laptopnya, setiap akhir bulan pekerjaannya mendadak sibuk, menjadi seorang sekretaris seorang manager marketing cukup membuatnya kuwalahan.

Pasalnya boss wanitanya itu sungguh sangat menyiksanya habis-habisan, bagaimana tidak, tugas analisis penjualan di Bali, dia yang harus mengerjakan. Mulai dari melihat dan membandingkan laporan penjualan di bulan sebelumnya dengan bulan sekarang. Hingga menyusun strategi penjualan yang ampuh dengan cara berkoordinasi dengan sales area yang ditempatkan disana. Barulah, setelah semua selesai, dia menyerahkan ke bossnya untuk diacc jika hasilnya memuaskan, dan jika tidak?! ya... matilah dia dicaci dan dimaki.

"Belum balik loe?!" Veby sudah bersiap dengan tas nya dan akan segera meninggalkan kantor, tapi langkahnya terhenti saat dilihatnya Yuki masih berkutat dengan laptopnya.

"Belum kelar gue, loe mau balik Veb?" Bunyi tulang yang gemeretak mendakan jika sejujurnya Yuki sudah sangat lelah.

"Dikerjain besok ajalah, Bu Elly kan santai banget, palingan gak mungkin diminta besok." Veby menjatuhkan pantatnya di kursi dekat meja Yuki. Sebagai rekan kerja dia mengerti penderitaan Yuki.

"Santai gundulmu! Besok pagi orangnya minta ni laporan udah harus ada di mejanya." Matanya mengerjap-ngerjap menahan pedih, sesaat Yuki melepas kacamatanya dan memijat pelipisnya.

"Yaudah deh, terserah elo, gue mau balik dulu, udah ditungguin Rizky dibawah," cengiran muncul di paras Veby, membuat Yuki mengerucutkan bibirnya sendu.

"Gue ditinggal sendirian ni?! Tega banget sih loe?!"

"Loe gak sendirian sayang, tu kan ada pak Bejo." Jari telunjuk Veby menunjuk ke arah pak Bejo yang tengah menyapu lantai.

"Ishh, elo mah gitu, tuega banget. Yaudah deh sono cepet balik, kasian tu si Rizky nungguin elo." Yuki mengangkat tangannya keudara dan mengibaskannya. Veby yang melihat hanya bisa tersenyum girang sebelum akhirnya mencubit lengan Yuki.

"Sakiitt...! Awas loe ya!"

Veby menjulurkan lidahnya, kemudian melambaikan tangannya. Yuki menghela nafas panjang dan kembali berkutat dengan laptopnya.

Jarum panjang di dinding kantor menunjuk ke angka 7, membuat Yuki akhirnya menyerah dan mengemasi barangnya untuk pulang.

"Sebodo amat, gue kerjain dirumah aja."

Yuki meninggalkan kantor yang sudah mulai sepi, hanya beberapa karyawan saja yang memang sedang mengejar laporan akhir bulan.

"Baru balik Ki?" Yuki menoleh, gerakan tangannya yang memencet tombol lift pun terhenti.

"Eh, hai Stef... iyah ni baru kelar soalnya, elo... lembur juga?"

Stefan mengambil alih gerakan tangan Yuki yang tertunda. Senyumannya yang tampan membuat Yuki sempat terpesona.

"Iyah." Singkat padat dan jelas itulah jawaban yang diberikan Stefan sambil tersenyum.

Gila, kenapa gue baru sadar kalau ni cowok ganteng banget, haduh senyumnya, bikin meleleh euy.

Yuki mengerjapkan matanya beberapa kali saat wajah Stefan sedikit condong ke arahnya. Tubuh mereka begitu dekat, hingga membuat Yuki bisa merasakan parfum beraroma seperti rumput itu dengan sangat kentara.

"Tu udah kebuka ayo," suara Stefan membuat Yuki menahan nafasnya sejenak, getaran di dadanya membuatnya sedikit kikuk. Yuki merasakan wajahnya memanas.

Mampus! Jangan sampe dia tahu gue blushing.

Wanita itu mengangguk kaku sambil tersenyum, kemudian melangkah masuk ke dalam lift. Hanya ada mereka berdua disana, dan Yuki merasa sedikit awkward, karena mereka sama sekali tidak berbicara sepatah kata pun, Stefan asyik dengan gadget yang ada ditangannya, sedang Yuki berusaha mengatur deru jantungnya agar teratur.

Perempuanku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang