9; Pasangannya si teman

2.2K 267 22
                                    

9| Pasangannya si teman
     Best friend's Couple

"Kim Taehyung, cepat traktir aku makan!" Irene mengalungkan tangannya di lengan Taehyung dengan gembira.

Mereka berjalan menelusuri jalanan, jalanan mereka tidak jauh sekolah. Irene dan Taehyung sedang
berjalan menuju sebuah tempat makan.

"Aku tahu sebuah rumah makan enak dekat sini —dekat dari sekolah, Nuna mau mencobanya."

"Tentu saja, aku percayakan padamu."

"Baiklah. Nuna, pasti akan menyukainya."

Irene gembira karena sekarang dia memiliki seorang pria yang mampu dia percayakan. Irene berjalan dengan begitu gembira untuk menghentikan bom miliknya.

Di tengah perjalanan, Taehyung melihat Seulgi berlari membuatnya tersenyum sebab Seulgi berlari dengan tawa di wajahnya. Namun, kemudian sosok lelaki gila pentas itu menyusul Seulgi. Selangkah lagi lalu lelaki itu memeluk Seulgi dari belakang melihat itu membuat Taehyung mengepalkan tangannya.

Ada apa, Tae Oppa?

Irene tak berani bertanya. Dia hanya mengamati apa yang sedang Taehyung lihat: Seulgi, sahabat Taehyung dan seorang lelaki yang tampil di acara pentas sekolah.

Mengapa gadis itu selalu muncul dan membuat perasaanku tak enak? batin Irene.

Mereka hanya bersahabat, Irene, mereka hanya sahabat, Irene gusar dan saat ini dia butuh seseorang untuk menyakinkannya. Tapi, siapa?

Taehyung berjalan mendekati Seulgi, Irene ingin sekali menariknya pergi namun yang bisa Irene lakukan hanyalah mengekor pada langkah kaki Taehyung yang berjalan menuju Seulgi dan lelaki itu, Jimin.

"Seulgi-ya?" gadis itu menoleh.

"Nae, Taehyung-ah?"

(*)

Seulgi pergi menggandeng tangan Jimin yang tak pernah melepaskannya. Jimin dia pernah tinggal bersama keluarga Seulgi selama dua tahun di masa sekolah menengah pertama saat kelas dua dan tiga bersama hyung-nya lalu mereka pergi lebih tepatnya di pindah ke luar negeri.

Dua tahun saat bertemu Jimin adalah saat Seulgi kehilangan Taehyung. Taehyung pergi bersama kedua orang tuanya untuk sementara sebab pekerjaan orang tuanya. Oleh sebab itu, Taehyung tak mengenal Jimin dan Seulgi tak menceritakan apapun tentang Jimin. Karena Seulgi pikir Jimin tidak penting untuk menjadi pembahasannya dengan Taehyung sebab Jimin tinggal hanya untuk waktu yang tidak lama sampai mereka menemukan tempat untuk pergi lagi.

"Seulgi-ya, kau benar mengingatku?" Seulgi mengangguk. "Iya Jimin, aku mengingatmu. Wae?"

"Kau tidak merindukanku?" Seulgi tersenyum dan menimang-nimang akan menjawab atau tidak. "Ya, aku butuh jawaban bukan wajah menjengkelkanmu itu, Seulgi-ya!"

"Um, rindu tidak, ya? Ani!" Seulgi kabur dan melepaskan genggamannya.

"YA, KAU! Apa kau tak lelah berlari terus." Jimin pikir gadis itu sekarang sudah semakin berstamina saja. Jimin menggeleng lalu mengejar Seulgi.

Selangkah lagi. Yap!

"Kau tertangkap lagi, Seulgi-ya," mereka berlari untuk kedua kalinya. "kau-ter-tang-kap-la-gi-," kata-kata Jimin terpotong. "apa kau masih mau berlari lagi, huh?" Seulgi melepaskan pelukan Jimin. "Tidak, tidak lagi, Tuan. Tolong maafkan saya." Jimin melepaskan pelukannya lalu mereka tersenyum dan tertawa bersama. Mereka duduk di bangku, jaraknya tidak jauh dengan tempat makan yang diinginkan Seulgi.

"Seulgi-ya?"

Seulgi mencari pemilik suara itu. Suara yang khas. Kim Taehyung?

"Nae, Taehyung-ah?"

Seulgi melihat Taehyung. Taehyung yang sedang menggandeng Irene. Irene menempel di lengan Taehyung. Lalu Seulgi terlihat tak bersemangat. Jimin melihat itu pada Seulgi.

Taehyung menatap pada Seulgi seolah berkata: siapa lelaki itu dan tatapannya mengarah pada Jimin.

"Oh iya biar aku kenalkan. Jimin ini dia Taehyung, sahabat terbaik aku."

"Hai." Jimin menyalami Taehyung.

Taehyung membalas. "Hai juga."

Seulgi menarik nafas lalu berkata lagi pada Jimin, "Dia tetanggaku yang pernah aku ceritakan padamu dan dia juga sahabat sedari kecil yang pernah aku ceritakan padamu."

Jimin bergumam. "O, dia itu kamu? Taehyung," lalu Jimin berhenti.

"Kim Taehyung." Taehyung melengkapi.

"Oh ya, kau, Kim Taehyung. Kau sangat beruntung dapat mengenal Seulgi amat lama," Lalu jimin mendekati dirinya ke Taehyung berbisik, "Dia gadis yang luar biasa."

"Aku iri padamu, Taehyung-ssi."

"Dan Taehyung dia Jimin, Park Jimin. Dia pernah menginap di rumahku saat kau pergi ke Icheon —karena orang tuamu. Dia anak teman Ayahku." Seulgi mengenalkan.

"Oh, hai. Senang mengenalmu." Sapa Taehyung singkat seolah tak benar-benar mengatakan senang berjumpa dengan lelaki bernama Park Jimin itu.

Irene menarik-narik lengan Taehyung. "Dan dia ini gadisku, Irene. Bae Irene."

"Hai." Sapa Irene.

"Hai juga." Jimin melambaikan tangan lalu menjatuhkannya lagi.

"Kau mau pergi kemana, Seulgi-ya?" tanya Taehyung dingin.

"Ke Ahjumma tempat kita biasa makan. Aku lapar. Kau?"

"Aku juga."

"Mau pergi bersama?" tanya Seulgi sungkan dan sebenarnya seulgi tak mau menanyakan hal itu tapi pertanyaan itu keluar dengan sendirinya.

"Tak masalah." Jawab Taehyung.

Seulgi menatap Taehyung, Tak akan mengganggumu, 'kan?

Taehyung menggeleng, Tidak, tidak akan mengganggu sama sekali. Bagaimana jika aku yang mengganggumu?

Seulgi menghela nafas, Aku tidak akan mengajakmu, jika itu menggangguku.

Lalu Jimin menggenggam tangan Seulgi dan memimpin jalan, tatapan Jimin pada Taehyung seolah berkata pada mereka —Seulgi dan Taehyung:

Maaf, tapi aku yang akan mengganggu kalian.






(bersambung)

Jimin : "Maaf, tapi aku yang akan mengganggu kalian."

Taehyung : "Siapa kau beraninya kau mau mengganggu?"

Irene : "Apakah aku diharapkan disini?"

Seulgi : "Ada yang tahu caranya menghilang seketika?"

Would you see me, Kim Taehyung?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang