7; Sebuah Es Krim

2K 236 8
                                    

7| Sebuah Es Krim



Pentas belum berakhir, namun Taehyung dan Irene telah pergi dari acara tersebut. Kegaduhan pria baru itu membuat perasaan Taehyung tidak nyaman dan perut Irene yang mulai lapar. Mereka berdua berjalan meninggalkan sekolah sambil bergandengan tangan, sembari menjilati es krim mereka masing-masing mencari tempat makan.

"Nuna, maaf karena kita tak menonton pentasnya sampai selesai."

"Ani, kau tidak perlu meminta maaf," Irene menggelengkan kepalanya tak peduli dengan pentas. "pentas bukanlah segalanya, Oppa."

Taehyung menahan cekikikannya, "Sepertinya Nuna mulai terbiasa memanggilku, Oppa."

"Ya, aku merasa nyaman."

"Hm, begitu.."

"Taehyung-ah," Irene mencoba menghentikan Taehyung yang hendak menggodanya.

"Ya, Nuna?"

"Banyak hal yang lebih menarik dari pentas.." Taehyung diam. "Dan untuk saat ini hal menarik itu adalah tetap bersamamu, hanya berdua denganmu," Irene menyesap eskrimnya lagi dan melanjutkan satu kata yang tertinggal. "Oppa." Irene terlihat semakin menggemaskan dengan aksen aegyo miliknya ketika melafalkan kata Oppa.

"Ya, Neo.." Taehyung melihat ke arah Irene. Sedang Irene menatap ke arahnya dengan mengedip-ngedipkan matanya genit. Taehyung merasa perutnya sedang digeliti oleh tingkah Irene.

"Nuna.." Taehyung kehabisan kata-kata, dia melihat sisi baru Irene dan itu membuatnya sangat terkejut.

"Aku tahu apa yang ingin kau katakan, Taehyung-ah.."

"Memang apa yang ingin aku katakan?"

Irene menarik garis bibirnya ke dalam. "Hm.. apa, ya?"

"Tadi kau bilang kalau kau tahu apa yang ingin aku katakan, tapi mengapa masih berpikir?"

"Baiklah, kau ingin mengatakan kalau aku begitu imut 'kan."

"Ahhhh?" Taehyung tak percaya mendengar kata-kata Irene.

"Kau tidak imut, Nuna," Taehyung mencubit kedua pipi Irene. "bukan masanya Nuna lagi untuk berlagak imut-imut begitu."

"Ya! Kim Taehyung!" Irene mulai menggertak, Taehyung berhasil menggoda Irene untuk kesekian kalinya.

"Kau mau mati, ya!"

"Nyawaku hanya untukmu, Nuna," Taehyung tersenyum. "jadi kau bebas mau kau apakan nyawaku ini."

"Sini, menunduklah.." Perintah Irene.

"Kenapa?"

Taehyung merendahkan badannya, Irene bergegas melingkarkan tangannya di leher Taehyung.

"Ak! Nuna, lepaskan. Nunaa.."

"Kau akan aku lepaskan tapi kau harus berjanji untuk tidak sering menggodaku."

"Wae? Kenapa, Nuna?"

"Lakukan saja."

"Kalau aku tidak mau?" Irene mengeratkan serangannya.

"Ampun, Nuna. Ampun."

"Berjanjilah."

"Tapi aku tidak mau berjanji," Taehyung mengambil nafas. "kau sangat menggemaskan saat aku goda."

Irene tetap mendengarkan.

"Aku suka melihat pipi Nuna memerah, aku suka melihat Nuna saat Nuna tersipu malu, aku suka saat Nuna tersenyum, bahkan aku juga suka saat Nuna tak tersenyum," Taehyung terlihat antusias. "misalnya saat Nuna sedang ngambek, marah atau.. hm.. semuanya, aku suka semua hal tentang Nuna."

Irene terpana.

"Jadi, tolong jangan buat aku berjanji untuk berhenti menggodamu, aku hanya melakukannya karena kau begitu menggemaskan, Nuna. Sungguh."

Irene tersentuh pada setiap kata yang Taehyung lontarkan. Irene merasa sangat dicintai olehnya. Dan ini pertama kali untuk Irene.

Irene memiliki banyak ikan-ikan di Aquarium rumahnya dan berpikir bahwa Taehyung hanyalah salah satu dari mereka. Ya, mereka.. yang mengatakan cinta pada Irene, ingin menjadi kekasihnya dengan alasan:

Aku mencintaimu. Kau begitu cantik.

Irene memang terkenal dengan sebutannya sebagai playgirl. Bahkan dia sering berganti pria hanya dalam hitungan hari —dan Irene lah yang mencampakkan mereka.

Irene senang mendengar Taehyung dan beberapa alasan dia menyukai dirinya.

"Baiklah, kau tidak perlu berjanji untuk berhenti menggodaku," Irene berkaca-kaca. "dan lakukanlah semaumu." Irene menyeka air matanya. "mulai sekarang aku mengijinkanmu untuk menggodaku."

"Nuna, kau menangis?" Irene menggelengkan kepalanya.

"Lalu? Jika bukan menangis, air mata itu apa artinya? Kalau Nuna sangat tidak suka saat aku menggodamu.. baiklah aku akan berhenti." Irene menggeleng.

"Aku tidak menangis, Taehyung-ah. Aku tidak menangis."

"Lalu?"

"Aku bahagia." Taehyung masih tidak mengerti. "Aku bahagia kau menyatakan bahwa kau mencintaiku," Taehyung mendengarkan. "aku bahagia kau mengajakku berkencan, aku bahagia kau menjadi pacarku," sekali lagi, Irene menguatkan diri. "aku bahagia mendengar alasan-alasan bahagiamu." Irene tersenyum. "ada aku disana." Taehyung juga tersenyum. "ada namaku di bahagiamu."

"Itu semua membuatku bahagia, aku sedang bahagia bukan sedang menangis, Tae Oppa."

Taehyung memeluk Irene.

"Aku juga bahagia, Nuna. Aku juga."

"Oppa,"

"Hm.."

"Kau ingat alasan saat ingin menjadi pacarku."

"Ya, aku bilang, karena kau cantik."

"Itu dia karena kau bilang begitu aku pikir kau hanya ingin bermain-main denganku."

Taehyung mengeratkan pelukannya.

"Aku menyayangimu, Nuna."

"Bohong.."

Taehyung mengencangkan lagi pelukannya.

"Nuna,"

"Hm."

"Sepertinya kita harus sering-sering jalan dan makan es krim berdua."

"Wae?"

"Tidak ada alasan khusus, hanya saja.."

"Hanya saja?"

"Hanya saja hatimu terasa semakin melembut." Jawab Taehyung.

"Nuna,"

"Kenapa lagi, Tae?"

Oppanya sudah hilang ya, batin Taehyung.

"Sepertinya akan ada bom yang akan meledak." Taehyung melepaskan pelukannya.

"Mana, manaa?"

"Itu, Nuna tidak mendengar suaranya?"

"Mana, Tae? Aku tidak mendengar suara apapun."

"Itu. Dari arah perutmu." Taehyung mundur beberapa langkah.

"Ya, Kim Taehyung! Cepat traktir aku makan!"






Irene : "Wajahku, wajahku. Dimana harusku taruh wajahku? Ah~ Malunya aku."

Taehyung : "Kau mulai membuatku merasa bodoh, Nuna."



(bersambung)
what do you think about this chapter?
semoga suka.

Would you see me, Kim Taehyung?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang