5

286 14 0
                                    

"Gimana tadi rasanya di liatin si Pangeran?" Tanya Viona disela sela makannya.

"Cowok kayak dia kok di bilang pangeran." Jawab Revalda sekenanya.

"Ya bener lah, dia emang pangeran lo kan?pangeran yang bisa bikin lo klepek-klepek sama dia setelah tiga taun bareng" Ucap Viona.

"Apasih V, lo kok kalo ngomong suka ngawur gitu." Jawab Revalda.

"Lo udah mulai suka kan sama Eval?"tanya Viona membuat Revalda tersedak.

Revalda meminum minumannya kemudian menatap Viona sahabatnya lekat. "Gue nggak tau."

Viona mendegus, dia sangat yakin jika Revalda ini telah menaruh rasa pada Eval. Pasalnya, Revalda selalu membantu Eval dalam situasi dan kondisi bagaimanapun. Ya meski kalo ketemu itu kadang-kadang seperti macan yang lagi berantem. "Masa lo ngga tau? Lo sama Eval udah deket lebih dari setaun loh Ra, masa lo ngga ngebiarin Eval masuk lebih dalam ke dunia lo."

"Ya emang gue ngga tau. Gue selalu ngerasa nyaman di deket dia, tapi kadang gue suka kesel sama dia. Ngga tau lah gue bingung."

"yang jelas nih ikutin alur aja Ra. Jangan ngarep yang lebih ataupun ngilangin perasaan yang udah ada. Cukup ikutin alur aja, nikmatin apa yang udah di takdirin buat lo." Jawab Viona sambil menepuk bahu Revalda pelan, berusaha menyalurkan semangat padanya. Revalda tersenyum tipis sambil menyesap minumannya.

TUK!

Revalda merasakan sesuatu menyentil kepalanya, ia menoleh ke arah sumber dan mendapati dia berada di sana. Dan bukan main, yang berda di hadapan Revalda ini malah terkekeh pelan, sambil merebut minuman dingin milik Revalda, Dan meminumnya.

"Yaampun Eval!!" Teriak Revalda di dekat telinga Revaldi.

"Aduhh, apaan sih Ra. Nggak usah teriak-teriak begitu bisa nggak sih." Jawab Revaldi kesal, sambil menyesap minuman Revalda lagi.

"Lo yang apaan! Dateng-dateng nyentil gue dan sekarang dengan seenak jidat lo minum, minuman gue!" Bentak Revalda kepada Revaldi "Iya iya sorry deh, gue pergi nih. Tapi thanks ya minumannya."Jawab Revaldi dengan memberikan senyum yang tidak bisa di artikan lagi. Tak lupa juga Eval menyentil hidung Revalda sebagai akhirnya.

Baru hendak pergi, tangan Revaldi sudah lebih dulu di cekal oleh Revalda. "Apaan lo main pergi gitu aja, tanggung jawab dulu ish." Kata Revalda sambil mencubit perut Eval.

"Astaga Ara ku yang bawel, apa yang mesti gue lakuin sih. Kan tadi udah minta maaf."

"Gantiin minuman gue!!" Teriak Revalda.

"Ra liat di belakang lo." Kata Revaldi membuat Revalda dan Viona menengok kebelakang. Seperti tipuan, di belakangnya ia tidak menemukan apapun, baru ingin berbalik, Revaldi sudah dulu berlari sambil membawa minuman Revalda.

"Revaldi Abigail!!" Teriak Revalda kesal. Namun sang pemilik nama hanya melambaikan tangan sambil menampakan senyum jailnya.

"Astaga Ra, gue ngga tau lagi deh kenapa lo bisa suka sama orang kayak gitu."

Revalda menghembuskan nafasnya berat. "Lo aja bingung gimana gue."

"Ciyee ngakuin perasaannya nih ye."

"Diem lo V." Ucap Revalda ketus yang dibalas cekikikan oleh sahabatnya itu.

Bel masuk berbunyi, baik Revalda maupun Viona akhirnya masuk kedalam kelas untuk memulai pelajaran kembali. Tapi mungkin tuhan sedang berbaik hati kepada Revalda, dengan suasana hati yang tidak nyaman untuk belajar itu guru kelas Revalda tidak dapat mengisi kelas karena ada keperluan penting. Tentunya Revalda sangat senang mendengar kabar itu, meskipun ia harus mengerjakan tugas yang di berikan guru tapi tidak masalah baginya, yang terpenting sekarang dia bisa lebih merelaksasikan pikirannya.

Rain AffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang