25

137 2 1
                                    

"Kakk bangun dongg." Bujuk Eval, sembari mengguncang-guncangkan tubuh Raka.

"Apaan sih." Gumam Raka, bangkit dari tidurnya.

"Anterin gue kesekolah ."

"Ogah gue, berangkat sendiri aja sono." Balas Raka, menarik kembali selimut sampai di atas mukanya.

"Yakin gak mau? Padahal, dengan lo nganterin gue, lo bisa loh liat cewek cewek cantik di sekolah gue." Bujuk Eval lagi. Raka tak bergeming,ia masih saja meringkuk di dalam selimutnya.

"Kalo nggak, lo kemaren bilang kan, kalo ada cewek cantik seumuran gue yang lo temuin? Nah siapa tau tuh kak, cewek itu dari sekolah gue atau mungkin lo ketemu di jalan gitu."

Satu detik

Dua detik

Tiga detik

Eval menyerah, ia bangkit dari duduknya di pinggir ranjang Raka dan berniat kembali menemui papanya, berniat untuk meminjam mobil papanya, karena mobil Eval ban nya bocor.

Tinggal selangkah lagi Eval keluar dari kamar Raka. Dari dalam kamar, Raka berteriak, menyuruh Eval menunggunya di depan rumah dan juga memanasi mobilnya, karena ia akan mengganti bajunya dan berisap mengantar Eval.

"Tadi bilangnya nggak mau" sindir Eval saat Raka sudah berada di belakang kemudi.

"Mungkin apa yang lo bilang tadi ada benernya."

"Lo serius naksir dia?" Tanya Eval. Raka geleng-geleng kepala sambil tersenyum.

"Terus ngapain lo nyari dia?" Tanya Eval lagi.

"Soalnya gue cinta." Eval mendelik tak percaya.

"Mana bisa, baru juga ketemu sekali, sekilas pula. Ada ada aja lo."

Raka terkekeh pelan, "ini yang namanya cinta sejati Val." Eval geleng-geleng kepala. Mencangklong kembali tasnya setelah menyadari ia sudah sampai di depan sekolahnya.

"Eh -eh ngapain lo ikut turun?" Tanya Eval menyadari Raka ikut turun dari atas mobilnya.

"Nyari cewek yang gue temuin di bandara." Eval mengerutkan dahinya, merasa bahwa kakaknya ini sudah benar-benar sinting.

"Mana ada di sini. Gue tadi cuma kibulin lo woi."

"Nggak, nggak gue yakin banget. Cewek itu ada di sini." Jawab Raka yakin.

"Terserah lo deh kak. Gue masuk dulu." Pamit Eval, memasuki halaman sekolahnya.

"Eh tunggu, tunggu. Pulang langsung kabarin gue. Biar gue jemput."

"Tumben baik." Timpal Eval membuat Raka menyengir.

Eval berjalan memasuki koridor sekolahnya. Di tengah perjalanannya, ia bertemu dengan sosok yang sudah jarang sekali berbicara dengannya. Apa lagi mengingat libur tahun baru yang semakin menghambat Eval untuk bertemu dengan gadis ini.

Eval merasa teriris menyadari percakapannya yang belum tuntas lewat telfon saat itu. Mendadak dia menyesali semuanya, dia menyesal karena telah memilih ego nya dan menomer duakan perasaannya.

"Ra.." Panggil Eval lirih. Sang pemilik nama menoleh.

Untuk beberapa detik gadis itu merasa terkejut. Tapi sedetik kemudian keterkejutan itu langsung ia tutupi dengan senyumnya. Senyum yang bukan hanya senyuman palsu, tapi senyuman yang benar-bebar tulus gadis itu berikan.

"Mau bareng ke kekelas?" Tawar Eval.

"Em-eh. Nggak usah deh Val. Aku nggak enak sama Wilona. Kita jalan kepisah aja deh." Jawab Revalda membuat Eval menelan ludahnya susah payah. Ia benar-benar tidak menyangka, hubungannya dengan gadis ini selama bertahun tahun kandas begitu saja hanya karena keegoisannya yang sesaat.

Rain AffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang