26

184 4 1
                                    


Revalda menyusuri jalanan di area komplek dekat rumahnya seorang diri. Berkali-kali ia membenarkan tas belanjaan yang ada di tangannya karena beberapa kali sempat mau terjatuh. Dalam perjalanan pulang, dia sempat mengomel karena malam-malam begini Bundanya masih saja menyuruhnya untuk belanja di supermarket di ujung komplek. Namun, disisi lain Revalda juga bersyukur karena sudah sangat jarang sekali ia bisa menikmati suasana malam seperti ini. Karena terlalu larut dalam menikmati suasana malam ini, tanpa sengaja Revalda tersandung oleh batu yang ada di hadapannya. Belanjaan yang ada di tangan Revalda pun semuanya terjatuh, bahkan Revalda juga hampir terjatuh jika saja tidak ada tangan seseorang yang menyangganya.

"kamu ngga papa?" tanya orang itu, sambil membantu Revalda untuk membereskan belanjaannya yang terjatuh.

"ngga papa" jawab Revalda singkat.

"biar aku bantuin." Kata orang itu lagi.

"ngga usah Val, aku bisa sendiri."

"akan lebih baik kalo aku bantuin kamu bawain ini terus aku anter kamu, Cuma itu Ra nggak lebih." Ucar Eval memaksa.

Revalda menghembuskan nafasnya kasar, dan kemudian disusul anggukan dari Revalda sebagai tanda persetujuan. Detik selanjutnya, perjalanan mereka hanya diiringi oleh suara motor maupun mobil yang melintasi jalanan yang sama seperti mereka. Beberapa kali, Eval mencoba untuk mencuri pandang ke arah Revalda, pada saat itu, Revalda pun menyadarinya hingga akhirnya dalam beberapa detik mereka saling bertatapan sebelum akhirnya, Revalda memutuskan kontak mata diantara mereka berdua.

"gimana kabar kamu?" kalimat pertama yang Eval gunakan untuk mencairkan suasana diantara mereka.

"baik, kamu sendiri?" jawab Revalda yang masih saja terdengar dingin.

" ngga sebaik sewaktu aku sama kamu." Jawab Eval membuat Revalda memandang kearah Eval untuk beberapa saat, yang kemudian Revalda tak berniat sama sekali untuk membalasnya.

Keduanya kembali bungkam, tanpa ada suara sedikitpun merekakembali melanjutkan perjalanan mereka menuju kerumah. Untuk ke sekian kalinya Eval melirik ke arah Revalda, dapat ia liat Revalda sedang mengelus -elus tangannya, tanpa berfikir panjang, Eval menghentikan langkahnya untuk melepaskan jaket yang ia gunakan lalu melemparkannya ke arah Revalda.

Revalda menoleh ke arah bahunya yang kini sudah tersampir sebuah jaket, yang ia tahu itu adalah milik Eval. "pakai jaketnya, jangan banyak ngomong." Ucap Eval. entah mengapa, ucapan Eval tadi seperti perintah sehingga dengan cepat langsung di turuti oleh Revalda.

Sesampainya di rumah Revalda, mereka berdua sempat berhenti di depan pagar rumah. Bertatapan untuk beberapa saat, sebelum akhirnya Eval pamit untuk pulang.

"mampir aja dulu, Bunda pasti seneng kamu dateng." Jawab Revalda setelah Eval mengucap kata pamit.

Beberapa saat Eval berfikir sebelum akhirnya dia mengangguk dan mengambil alih kembali belanjaan yang sudah ia berikan kepada Revalda.

Langkah kaki Eval perlahan mulai masuk kedalam halaman rumah Revalda kemudian berlanjut masuk kedalam pintu utama rumah Revalda. Beberapa saat, memori masalalunya kembali muncul,mengingat betapa seringnya dia datang bertamu di rumah ini dan betapa seringnya ia menghabiskan waktu dengan Revalda setelah ia pulang sekolah. Pandangan Eval tertuju ke seluruh penjuru ruangan yang ada di rumah ini, tak satupun Eval lewatkan. Ternyata sudah empat bulan berlalu, namun rumah ini masi terasa sama. Bahkan tempat penataan barang-barangnya pun masih sama tidak ada yang berubah sedikitpun.

"biar aku panggil bunda." Ucap Revalda menyadarkan Eval.

Beberapa saat kemudian Bunda Revalda datang dan langsung memeluk Eval erat. Tanpa berfikir panjang Eval langsung membalas pelukan Eval.

Rain AffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang