15

177 10 0
                                    

"Eh Wilona ada hubungan apasih sama Eval, kok mereka dari kelas sepuluh udah deket aja ya, apalagi sekarang mereka makin deket gitu."

"Tapi gue kasihan deh sama Ara, diakan yang udah dua tahun ini deket sama Eval gitu. Kabar-kabarnya sih mereka berdua lagi war, gara-gara Eval ninggalin Ara waktu diner buat nyamperin Wilona." Tambah seorang gadis bersuara lumayan lantang yang sedari tadi sudah bercelotah kesana kemari. Ya Revalda sekarang sedang berada di toilet sekolahnya, lebih tepatnya ia berada di dalam kamar mandi, saat hendak keluar, justru ia mendengar clotehan-clotehan dari seseorang yang tidak dapat ia ketahui karena sedang berada di dalam kamar mandi ini jadi mau tidak mau Revalda mendengarkan clotehan buruk tentang dirinya.

"Lah emang si Eval itu sukanya sama siapa? Sama Ara apa sama Wilona?" Tanya salah satu gadis lain yang Revalda juga tidak mengenali suara itu.

"Menurut gue sih Wilona ya, ya gimana kita lihat aja deh, sekarang dia di tinggalin waktu diner demi wilona, berarti bisa di pastiin kan lebih penting siapa buat Eval? Kan kalo Ara lebih penting pasti dia bakal tetep diner sama Ara dan nyamperin Wilona nanti nanti, tapi buktinya kan malah sebaliknya." Revalda mengepalkan tangannya, menahan kekesalan atas mulut-mulut gadis yang tidak tahu menahu tentang hidupnya itu. Jujur saja dia merasa tersindir, oh bukan malah lebih tepatnya mereka itu menjelek-jelekan dirinya secara terang terangan.

Dasar mulut rombeng, pada ngga pernah di sekolahin apa ya itu mulut, ngomong asal ngejeplak aja.

"What? Serius lo?"

"Iyalah gue serius, kabarnya juga kemaren Wilona sama Eval udah jadian gitu."

Ohh jadi udah jadian, keren banget itu mulut kemaren kemaren bilang sayang gue, sekarang malah jadian sama cewek lain. Emang dasar ya Eval itu kutil babi!!

"Tapi gue denger-denger juga sih si Ara lagi gencer banget di deketin Akhta anak ips itu loh, yang suka gonta ganti cewek dan tukang selingkuh. Ya cocok sih mereka begitu, biar sama sama aja lah mereka."

"Iya bener gitu, terakhir gue denger kan si Akhta serius pacaran cuma sama si Ocha."

"Eh ngomong-ngomong, kenapa ini orang yang ada di dalam ngga keluar-keluar ya? Jangan jangan dia nguping kita lagi."

Setelah salah satu diantara mereka mengucapkan itu, mereka bersama sama menggedor pintu toilet yang di masuki Revalda, dengan cepat ia membuka pintu toiletnya, seketika sorot mata yang ia tangkap dari mereka semua yang sudah membicarakannya tadi adalah sorot yang menggambarkan mereka sangat terkejut, tentusaja mereka terkejut, siapa kira bahwa mereka akan bertemu dengan Revalda di saat seperti ini.

"Kenapa muka kalian pucet gitu?" Tanya Revalda datar.

"Ohh kalian pengen gunain toilet gue buat gosip lagi, silahkan-silahkan kalian boleh masuk kok" tambah Revalda, sengaja berkata halus terdengar seperti menyindir.

"Aduh.. Ra, sorry gue sama temen temen gue- ngga sengaja kita-"

"Lain kali mau ngomongin orang liat liat tempat dong, liat di sekitarlo ada orang yang lo omongin apa nggak, tapi kalo emang lo sengaja si ya bodo amat, gue lebih seneng ya kalo lo itu ngomong langsung depan gue." potong Revalda cepat, ia tidak mau mendengarkan kata-kata bualan yang mereka semua lontarkan.

"Anu-kita tadi cuma Anu-"

"Udah lah simpen semua kata-kata lo. Tapi nasehat gue tadi harus kalian perhatikan." Ucap Revalda sambil menepuk-nepuk dua orang gadis yang sudah membicarakan tentang kehidupan pribadinya itu. Tak mau berlama-lama dengan mereka, Revalda keluar dari toilet, tanpa perduli dengan kedua gadis yang sedari tadi memanggil namanya sambil mengucapkan banyak kata maaf.

Revalda melangkahkan kakinya keluar dari toilet untuk menuju kekantin. Sebelum pergi ke toilet, Revalda memang sangat bersemangat akan menyusul teman-temannya di kantin, tapi setelah kejadian di toilet semangatnya runtuh begitu saja. Akhir-akhir ini memang suasana hati Revalda begitu membingungkan, tiba-tiba baik namun sedetik kemudian pun bisa saja berubah menjadi buruk.

"Heh sowang!!" Panggil Akhta. Revalda mengedarakan pandangannya, mencari siapa yang di panggil oleh laki-laki yang kini sudah berada di sampingnya itu. "Gue manggil lo, sowang!!" Katanya lagi.

"Kok panggil gue sowang sih? Ngeselin ah lo."

"Lo kan emang mirip sama sowang. Wek wek wek." Ucapnya sambil menirukan gerakan berjalan dari sowang. Bukannya kesal, Revalda justru tertawa terbahak-bahak melihat aksi Akhta yang sangat lucu itu. Akhta berhenti dari gerakannya tadi dan menatap Revalda bingung. "Kok ketawa sih, bukannya kesel?"

"Lah lo maunya gue kesel gitu?"

"Iya. Soalnya kalo lo lagi kesel, lo makin keliatan cantik seribu kali lipat dari sebelumnya." Jawabnya dengan suara yang sangat tenang.

Revalda memutar bola matanya malas, dia sangat malas jika Akhta sudah mengeluarkan gombalan murahannya itu, jika sudah seperti itu maka Akhta bisa saja makin menjadi-jadi jika ia tidak mengantisipasinya dengan pergi meninggalkan Akhta yang sudah mematung.

Akhta berlari untuk mengejar langkah kaki Revalda yang tidak berjarak terlalu jauh itu. Setelah dapat menyeimbangkan langkah kaki Revalda, Eval berjalan di sisi kanan Revalda, sesekali ia melirik ke arah gadis cantik yang berada di sebelagnya dan kembali menatap lurus kelorong-lorong sekolahnya.

Sesampainya di kantin sekolah, Revalda langsung menuju tempat duduk yang berada di pojokan kantin tempat duduk yang sudah teman-temannya tempati. Dari situ ia dapat melihat siapa saja yang berlalu lalang masuk-keluar dari kantin.

"pesen gih sana Ra, gue ayam goreng aja tapi inget harus dada. Harus ya, lo taukan gue ngga bisa makan ayam selain dada." Ucap Akhta tak tahu diri.

"Dih, ngapain harus gue yang pesen. Ogah ah, lo aja sana." Akhta tak menjawab, ia justru mengangkat kedua kakinya ke atas kursi panjang yang sedang ia duduki, ia memijat mijat kakinya sambil sesekali melirik ke arah Revalda.

"Kaki gue sakit banget nih Ra,"

"Alesan aja lo. Ogah gue, yang cowok kan Lo." Jawab Revalda ketus. Kedua teman Revalda yang berada di satu meja dengan mereka pun geleng-geleng kepala.

"Udah-udah gue aja yang pesenin. Gausah ribet. Lo kaya biasa kan Ra?" Ucap andin mengantisipasi agar dua orang yang ada di hadapannya ini tidak ribut kembali. Revalda menganggukan kepalanya, setelah itu Andin bangkit dari duduknya untuk memesan makanan dan disusul oleh Viona di belakang andin.

"Eh Ra, lo kok bisa sih punya sahabat kaya mereka gitu." Ucap Akhta saat mereka hanya tinggal berdua.

"Kenapa?" Tanya Revalda datar.

"Kelewat baik ngga kaya lo!" Seru Akhta. Revalda melotot.

"Akhta!! Nyebelin ish."

Rain AffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang