22

199 8 0
                                    

Hari ini adalah hari ke sembilan setalah pertengkaran revalda  dengan Eval terakhir kali. Dan ini juga adalah hari terakhir Revalda sekolah, sebelum libur pergantian semester dan juga libur tahun baru.

Sejak keputusan Eval saat itu, Revalda jadi memikirkan banyak hal. Dia memikirkan apakah yang di katakan Akhta bahwa Eval hanya menggunakannya sebagai alat saat dia membutuhkan sesuatu itu adalah benar? Tapi rasa rasnya Revalda tidak mempercayai itu. Dan ya pasti Akhta hanya asal menebak saja. Dan sudah barang tentu bukanlah hal yang fakta.

Sejak kejadian itu, Eval benar-benar menjauh dari Revalda. Tidak lagi bercanda, berbicara, duduk berdua. Bahkan saling pandangpun tidak. Mereka berdua seakan tidak kenal satu sama lain. Dan dari situ Revalda merasa kehilangan.

Sekarang dalam hidupnya tak ada lagi Eval yang merajuk karena bekal yang di bawa Revalda hanya sedikit. Tak ada lagi Eval yang merengek meminta parfum. Tak ada lagi Eval yang diam diam menyembunyikan ponsel Revalda. Tak ada lagi Eval yang tiba tiba tersenyum ke arah Revalda. Tak ada lagi Eval yang memberikan bingkisan dari fans fans nya kepada Revalda. Dan tak ada lagi Eval yang mengajaknya bertengkar. Rasa rasanya kehilangan kebiasaan-kebiasaan yang sudah melekat setiap hari di hidupnya secara tiba-tiba itu membuat hidupnya terasa kosong.  Revalda tidak menyangka, bahwa hal yang paling membuatnya kesal justru sekarang sangat ia rindukan. Tapi apa boleh buat, ia hanya bisa diam. Diam diam kangen, diam diam menatap Eval dari jauh. Dan diam diam juga dia masih menyimpan perasaan itu pada Eval.

"Mikirin apa sih? Mikirin hal jorok ya lo? Ciyeee Ara ketauan ya otaknya mesum." Ucap Akhta menggoda Revalda.

"Tau ah, gue lagi males bercanda Ta." Bales Revalda cuek.

"Nggausah galau gitu. Kan ada gue." Akhta mengedip kan matanya, semakin berusaha membuat Revalda tergoda.

"Serah lo aja deh Ta."

"Lo lagi kenapa sih? Mikirin Eval?"

"Gak."

"Iya."

"Gak"

"Iya"

"Gak"

"Iya."

"Iya puas!" Akhta tertawa terbahak-bahak sebelum akhirnya di hadiahi jitakan di kepala oleh Revalda.

"Lo pergi aja sana, males gue debat sama lo." Jawab Revalda malas.

"Lo lupa, setelah ngga ada Eval itu yang selalu di samping lo siapa?" Revalda menyengir, ya tanpa Revalda sadari. Hubungannya dengan Akhta semakin dekat, sangat dekat. Revalda bebas berucap apa saja di depan Akhta tanpa pernah dia merasa gengsi. Revalda juga selalu menjadi dirinya sendiri saat berhadapan dengan Akhta. Entah bagaimana Akhta mengaturnya tapi Revalda nyaman untuk terbuka dengannya. Di depan Akhta, Revalda bebas menangis kapan saja. Di depan Akhta juga dia bisa melampiaskan segala emosi yang berkecamuk didalam dada.

"Kapan berangkat ke jogja?" Tanya Akhta.

"Lusa. Anterin! Gamau tau."

"Iya gue anterin. Lo baik baik ya disana, gue pengen ikut. Tapi gue udah terlanjur ada jadwal Trip. Apa gue batalin aja ya? Gue nemenin lo?"

"Ngga usah. Gue juga nggak sendiri kok. Ada Mala yang nemenin gue."

Akhta mengerutkan dahinya. "Siapa Mala.?"

"Sahabat gue yang di jogja." Akhta manggut-manggut tanpa berniat membalas lebih.

...

"Udah siap semuanya?" Tanya Akhta kepada Revalda.

"Udah, tuan Akhta."

Hari ini adalah hari keberangkatan Revalda ke jogja. Ya Revalda memutuskan untuk menghabiskan liburan akhir semesternya disana selama beberapa minggu. Hari ini juga Akhta lah yang akan mengantarnya. Bukan hanya di bandara. Tapi akhta langsung mengantarnya ke Jogja. Sebenarnya Revalda sudah menolak, tetapi Akhta memaksanya. Dia bilang dia ingin bersama Revalda lebih lama, sebelum akhirnya dia tidak bisa bertemu dengannya untuk beberapa minggu kedepan.

Rain AffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang