18

233 11 1
                                    

Revalda turun dari mobil Akhta setelah ia sadar telah sampai di sekolahnya. Tadi pagi-pagi sekali Akhta sudah bertengger di pintu gerbang rumahnya meminta untuk berangkat sekolah bersama, jadilah seperti sekarang ini mereka berdua berangkat bersama di mobil yang sama.

Akhta tidak langsung masuk bersama Revalda, dia hanya mengantarkan Revalda kesekolah setelahnya dia kembali keluar sekolah untuk ketempat bang Jo. Bertambah satuhal lagi  yang Revalda tahu dari dalam diri Akhta, dia selalu mampir di tempat bang Jo sebelum masuk sekolah. Mengingat bang Jo, dia jadi inget ....

"Ada yang lagi bahagia nih." Ledek Andin.

"Apaan sih, biasa aja." Jawab Revalda cuek.

"Biasa aja tapi jalannya senyum-senyum gitu. Makin deket aja sama doi nihh. Mana berangkat bareng lagi" Revalda memandang Andin malu, dia bahkan tidak sadar kalau dia berjalan sambil tersenyum.

Tak mau terus-terusan di ledek oleh sahabatnya yang satu itu, Revalda mempercepat langkah kakinya untuk mendahului Andin tanpa perduli lebih lanjut dengan godaan dari Andin.

Langkah kaki Revalda terhenti ketika ada seseorang yang sedang menghadang jalannya.

"Sorry, bisa gue lewat?" Ucap Revalda yang belum menyadari siapa yang menghalangi jalannya.

"Maaf mba, temen gue bilang dia mau lewat. Bisa minggir ngga? Lo ngalangin  jalan kita." Ucap Andin yang masih menggunakan nada lembut.

"Hi Ra, dan.... Andin." Sapanya yang kini membalikan badannya menghadap Revalda dan Andin. Keduanya mengernyitkan dahi saat melihat siapa yang menyapanya kini.

"Ngapain lo ada disini?" Tanya Revalda yang masih menggunakan nada lembutnya.

"Munafik. Ngga usah sok baik di depan gue deh Ra!" Desisnya kesal. Revalda memandang orang yang berada di hadapannya kali ini dengan pandangan bingungnya, dia tidak mengerti kemana arah pembicaraan orang yang ada di hadapannya ini.

"Gue tau, kalau lo itu sengaja kan ajak Nana jalan waktu itu, biar lo itu di sanjung sama om Zaldi dan tante Rain, lo seneng kan kalo gue dan Eval sama sama di marahin karena kelakuan lo?" Ucap gadis itu kesal.

Revalda mengangkat satu alisnya karena semakin bingung dengan ucapan dari temannya itu . "Maksud lo apa sih? Lo tuh aneh dateng-dateng marah-marah nggak jelas!"

"Gue nggak nyangka ya sama lo, tega-teganya lo rusak hubungan gue sama keluarga Eval. Lo harus tau sekarang Eval nggak punya apa-apa, segala fasilitasnya dicabut sama om Zaldi gara-gara Lo! Gue kira kita sahabat tapi nyatanya lo nusuk gue dari belakang! Gue tau, pasti lo masih cinta kan sama Eval? Ngga usah ngarep deh Ra! Eval itu cuma sayang sama gue, dari dulu dari sebelum lo dateng dia cuma sayang sama gue!"

Revalda tersenyum miring. "Gue nolongin anak kecil yang lagi terlantar apa gue salah? Lo boleh kok pacaran sama Eval, boleh jalan sama dia whatever you name like everyday,tapi  satu yang harus lo tau, Eval punya keluarga dia punya temen jadi lo ngga berhak ambil semua waktu dia apa lagi sampai nyuruh Eval nelantarin adiknya. Dan bukan salah gue kalo om Zaldi nyabut fasilitas Eval, om hanya berusaha ngebuat Eval paham apa lo masih nggak ngerti juga?."

"Ara.." Panggil Andin dengan suara lirih.

"Diam! Lo nggak usah ikut campur!" Hardik Wilona membuat Andin terdiam merunduk.

"Dan lo Ra, sampai kapanpun gue nggak akan pernah maafin lo. Dan ngga usah perduliin bagaimana bersikap, gue bisa nentuin pilihan gue sendiri! Satu hal lagi, jauhin Eval! Dia itu cuma milik gue, dan nggak sepantesnya lo rebut dia. Dari awal dia cuma milih gue, bukan lo! Dan sampai kapanpun gue akan terus di pilih dia! Lo itu cuma bahan pelampiasan saat gue ngga ada di sampingnya! Apa itu belum juga bikin lo puas? Hah? "

Rain AffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang