8

245 10 0
                                    

"Ati-ati" teriak Revalda saat motor Akhta sudah pergi dari pekarangan rumah Revalda.

Saat motor Akhta sudah hilang dari pandangan, Motor Eval mulai memasuki pekarangan rumah Revalda dan langsung memarkirkan motornya di depan gerbang.

Revalda termenung, menyaksikan kedatangan Eval. Eval turun dari motornya dan memandang lekat ke arah Revalda. Dapat Ara liat dari mata laki laki dihadapannya ini, ada rasa marah, kecewa dan juga rasa keingintahuan yang besar.

Keduanya masih termenung, dua-duanya masih terhanyut dalam fikiran masing-masing sejak kedatangan Eval lima belas menit yang lalu.

"Apa gue salah?" Tanya Revalda akhirnya. "Apa gue salah pulang bareng Akhta? Lo marah cuma karena gue pulang sama Akhta?" Sambung Revalda lagi.

"Iya lo salah Ra! Kenapa lo mau aja pergi bareng dia? Kenapa lo ngga bilang dulu sama gue?  Dia itu brengsek, suka mainin cewek Ra! Apa lo emang suka ya deket sama cowok macem dia? Lo pengen di jadiin objek perhatian karena udah deket sama dia? Apa lo pengen tenar karena bareng dia?"    Revalda tertawa getir, ia menatap wajah laki-laki yang ada di hadapannya ini lekat.

"Lo juga brengsek!  Berhenti menghakimi gue seakan gue cewek lo yang baru aja ketauan selingkuh. Inget Val, gue bukan siapa-siapa lo. Gue cuman temen  lo yang kebetulan  sekelas aja. Dan satuhal lagi, terserah gue, apapun yang gue lakuin bukan Urusanlo." Revalda berbalik dan hendak membuka pintu gerbang rumahnya. Buru-buru Eval langsung menghempiri Revalda dan menarik tubuh Revalda kedalam pelukannya.

"Jelas itu urusan gue. Lo penting buat gue. Dan Gue nggak suka liat lo sama Akhta. Gue nggak mau liat itu Ara, jangan deket-deket Akhta ya Ra? Gue tau gue egois ngga ngebiarin lo deket sama dia tapi gue nggak mau jadi canggung cuma karena lo deket sama temen gue, gue nggak mau kehilangan omelan lo. Gue nggak mau kehilangan segalanya dari lo Kalo lo punya pacar." Eval tertegun saat ia merasakan tubuh Revalda yang bergetar karena menangis. Dia mengelus puncak kepala Revalda sambil mempererat pelukannya untuk memberikan ketenangan kepada Revalda, bukan tenang Revalda justru semakin menangis menjadi-jadi.

"Ra please say something, gue-gue nggak tau harus ngomong apa."

"Lo egois Val- lo nyebelin, kenapa lo lakuin itu sama gue sedangkan lo bisa deket sama siapapun yang lo mau. Kenapa Val? Kenapa lo selalu nahan gue"

"Gue cuma nggak mau kehilangan lo. Gue ngga mau Ra. Jangan tinggalin gue ya Ra? Jangan berubah. Gue nggak mau jauh dari lo. Maafin gue yang egois. Maaf."  Revalda menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskannya kasar. Ia mendorong tubuh Eval menjuh dari tubunya.

"Lo maafin gue kan Ra?"Revalda mengangguk memaksakan senyumnya
menatap Eval. Tangan Eval pun terulur untuk menghapus jejak air mata Revalda. "Dimana Wilona? Lo nggak ninggalin dia sendiri di mall kan?" Eval menyengir membuat Revalda mengerutkan dahinya bingung.

"Tenang aja udah gue anterin pulang kok."

"Apa urusan penting lo tadi itu bareng Wilona?" Tanya Revalda hati-hati.

Eval mengangguk. "Wilona bilang mau beliin kado buat Mama jadi ya gitu. Sorry deh Ra, tadi nggak nganterin pulang. Janji deh besok gue jemput dan anterin lo, gimana?"

"Nggak usah! Males gue sama lo."Jawab Revalda ketus.

"Yaelah juteknya keluar lagi."

"Bodo. Pulang sono lo, gue capek mau tidur." Usir Revalda.

"Yaelah Ara, nggak inget barusan kita abis pelukan ala teletubies? Kok sekarang malah ngusir sih."

"Evalll!!!!" Geram Revalda. Eval tertawa, mencolek pipi Revalda sebelum akhirnya ia berlari ke arah motornya dan pergi dari pekarangan rumah Revalda.

Rain AffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang