19 (flashback 1)

226 7 0
                                    

Perhatian Eval tercuri oleh seseorang yang sedang berdiri di tengah derasnya hujan saat malam-malam seperti ini. Di lihat dari postur tubuh dan juga rambutnya, Eval seperti mengenal gadis itu. Hingga akhirnya sorotan lampu dari mobil yang tanpa sengaja melintas di dekat gadis itu, memperjelas penghlihatan Eval. Sontak Eval merasa terkejut.

Tak perduli dengan derasnya hujan, Eval berlari kearah gadis itu dan menariknya kedalam gedung kantor yang sudah tutup.

"Lo ngapain malem-malem hujan hujanan kayak gini?" Ucap Eval sedikit membentak.

"Ra..." Panggil Eval sedikit lebib keras

"Revalda Athalia!" Bentak Eval yang semakin keras. Tak menjawab Revalda justru menangis. Karena kaget tiba-tiba Revalda menangis, Eval hanya bisa membawa Revalda kedalam pelukannya.

"Jangan nangis gini dong. Gue nggak tahu harus apa."

"Semua jahat Val. Semua pergi ninggalin gue." Ucap Revalda diiringi suara isak tangisnya. Dapat Eval dengar, ada suara mencekik saat Revalda mengatakan hal itu. Dan tidak tahu kenapa, Eval merasa ikut sakit.

Eval semakin mengeratkan pelukannya. Mengelus punggung gadis cantik yang ada di hadapannya naik turun. "Nggak semuanya. Ada gue Ra. Lo masih punya gue." Ucap Eval tulus.

Revalda tak menjawab. Dia hanya terus menangis di dalam pelukan Eval, membanjiri jakat Eval dengan air matanya.

....

Keduanya masih terdiam, meski saat ini Revalda sudah berada di dalam mobil Eval. Sepuluh menit sudah berlalu, keduannya masih sama-sama bungkam. Penampilan Revalda saat ini mungkin sangat terlihat kacau. Seragam sekolah yang lusuh dan basah. Mata yang bengkak sehabis menangis. Dan juga rambutnya yang lepek karena terkena air hujan.

Dinginnya malam, dan juga sisa air hujan yang mengguyur tubuh Revalda membuatnya merasa kedinginan. Kedua tangan Revalda ia gosok-gosokan agarsedikit lebih hangat. Sesekali juga dia memeluk tubuhnya dengan kedua tangannya.

Eval menarik tangan Revalda untuk keluar dari mobil. Memasuki sebuah Apartement yang bisa di bilang mewah. Tangan Eval tak hentinya untuk menggandeng Revalda masuk kedalam Apartement.

"Ra, lo kedinginan?" Tanya Eval yang sudah sedari tadi memang memperhatikan gerak gerik Revalda.

"Iya. Mungkin karena gue ujan ujanan tadi."

"Lo pucet." Tangan Eval terulur untuk menyentuh dahi Revalda . "Dan lo juga panas. Lo pasti sakit." Ucapnya lagi. Tak perlu menunggu jawaban dari Revalda, Eval langsung berlari ke arah mobilnya mengambil jaket yang sengaja ia bawa untuk berjaga-jaga.

Sekembalinya dari mobil, Eval langsung melempar jaketnya dan memandang Revalda dengan tatapan memerintah agar dia cepat memakai jaket dari eval tanpa mau mendengar penolakan. Eval menatap Revalda kembali, meyakini bahwa Revalda sudah merasa lebih hangat. Tak lupa juga Eval menarik kerudung jaket ke kepala Revalda.

"Biar nggak dingin. Diem aja, nggak usah ngebantah." Ucap Eval membuatnya terdiam.

Eval berjalan mendahului Revalda untuk masuk ke pintu utama Apartement. Untuk beberapa detik Revalda masih terdiam, mencoba mencerna apa yang baru saja Eval lakukan.

Dan disinilah Revalda berdiri di belakang teman satu kelasnya yang sudah akhir-akhir ini bersikap aneh. Kelihatan lebih Care mungkin. Dan itu cukup membuat Revalda terkejut.

"Kita mau kemana?" Tanya Revalda saat berada di dalam lift hanya berdua dengan Eval.

"Ketemu temen gue. Setelah itu baru gue anter lo pulang." Jelasnya lagi. Baru ingin membuka mulut, pintu lift sudah terbuka dan Eval langsung saja berjalan cepat keluar dari lift.

Rain AffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang