13

247 15 1
                                    

"Ra"

Revalda menoleh ketika mendengar namanya di sebut. "Kenapa? Bekalnya keasinan ya? Maaf ya, gue tadi buru-buru jadi ngga gue cicipin deh." Jawab Revalda yang kemudian kembali melanjutkan memainkan ponsel.

"Revalda." Panggil Eval lagi.

Revalda tidak menyahut, ia masih terus bermain ponselnya tanpa perduli dengan orang yang di hadapannya ini sudah menahan kesal sedari tadi. "Revalda Athalia dengerin gue ngomong ngga sih? Lo tau kan gue paling ngga suka di diemin kaya gini?"

Revalda masih belum juga bergeming, ia masih saja terus memainkan ponselnya tanpa perduli dengan keluhan Eval. Tak tahan dengan sikap Revalda, Eval langsung merebut ponsel yang ada di tangan Revalda dan menyembunyikannya di kantong celananya.

"Lo apaan sih, rese banget!" Ucap Revalda kesal.

"Lo yang apa-apaan!" Balas Eval tak kalah ketus.

"Kalo lagi makan tuh ngga usah ngomong. Slesein makan lo dulu sana!" Suruh Revalda, yang akhirnya membuat Eval melahap habis habisan bekal yang sudah di bawakan Revalda dengan cepat tanpa perduli ia mengunyah makanannya dengan benar atau tidak.

Eval menyambar botol minuman yang ada di tangan Revalda, dia langsung menenggak habis air yang ada di dalam botol itu. 

"Udahin diem diemannya Ra, lo tau kan gue ngga suka!" Ucap Eval setelah selesai memakan bekal dari Revalda.

"Dan lo juga tau, gue ngga suka di bohongin!" Ujar Revalda sinis.

"Apaan sih maksud lo? Gue bohong apa sama lo?"

"Soal Wilona. Tiap gue minta lo anterin gue balik, lo selalu aja nolak. Lo kaya gitu karena janji sama Wilona kan? Kenapa sih lo ngga jujur sama gue?"

"Apa gue ngga salah denger? You are jealous? Really?"

"Tau ah, ngeselin lo. Keluar sana, nanti anak kelas ada yang liat!"

Akhir-akhir ini Eval memang sedikit curiga atas perubahan sikap Revalda yang tiba-tiba saja menjadi diam, dan ternyata kini terjawab sudah alasannya, yang tak lain dan tak bukan adalah karena Wilona.

"Jadi sekarang kamu mau aku jujur nih?" Tanya Eval sedikit menggoda.

"Yaiyalah! Gila aja, mana ada sih cewek yang mau di bohongin." Jawab Revalda yang masih terdengar ketus.

"Dengerin gue ya. Meskipun lo jauh lebih muda dari gue, tapi gue ngga pernah sekalipun ngerasa lo itu kaya anak kecil. Justru gue jauh lebih ngerasa lo lebih dewasa dari gue. Lo selalu berfikiran positif apapun masalahnya, Ya meski lo sering bikin gue marah, sering bikin gue kawatir ngga jelas, juga sering bikin gue ini kesel mampus. Tapi lo itu istimewa Ra, lo yang bikin gue jatuh cinta. gue bisa jadi orang yang sangat cerewet sama lo dan ngomongin ini itu karena gue ngga tahan diem-dieman lama sama lo. Gue ngga tahan kalo harus lama-lama jauh jauhan dari lo. Dan gue juga ngga mau jadi cowok yang mengenaskan karena di tinggal pergi cewe se spesial lo. Gue ngga akan bohong sama lo Ara. Soalnya bohong sama lo sama aja bohongin perasaan gue sendiri."

"Terus maksudnya apa, bilang ada urusan taunya malah pergi sama Wilona? Berapa kali coba lo gitu?" Ucap Revalda sarkatis.

"Emang kamu pernah tanya aku ada urusan apa? Enggak kan? Terus dari mana kamu bisa bilang kalo aku bohong?"

"Udahlah terserah lo aja."

"Okedeh, gue minta maaf. Sebagai gantinya mau kan diner bareng gue?" Tawar Eval sambil mengedipkan matanya.

Revalda memutar bola matanya malas. "Males ah, palingan ntar di tinggalin lagi."

"Engga Ra, gue janji ngga ada acara ninggal-ninggalin deh. And i swear today gonna be a perfect day for you.Tapi lo harus tampil beda di depan gue." Jelas Eval sambil tersenyum dan menaik turunkan alisnya sambil menunggu jawaban Revalda.

Rain AffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang