28

92 2 1
                                    

Semilir angin di tambah dengan keindahan langit senja menjadi teman Raina dan juga Zaldi sore ini. Tak lupa tangan Zaldi melingkar di bahu Raina sambil sesekali mengecup puncak kepalanya. Sejak delapan belas pasca pernikahan mereka, perasaan Rain maupun Zaldi masih tetap sama, bahkan bisa di bilang perasaan mereka semakin bertambah terlebih lagi setelah kehadiran Revaldi dan Reina, mereka hidup dalam keluarga kecil yang selalu bahagia. Canda dan tawa selalu menghiasi keluarga kecil mereka. Tak lupa Azka dan Raka pun masih mengisi cerita di kehidupan keluarga Rain dan Zaldi.

Dalam diam, Zaldi merasakan ketenangan dan kelegan dalam hatinya, karena pada akhirnya semua impiannya kini sudah menjadi nyata, bahkan impiannya dulu berubah menjadi kebahagiaan terbesar dalam hidupnya yang tak pernah ia bayangkan sampai saat ini. Zaldi memandangi wajah Rain dari dekat, merasakan perubahan wajah Rain yang mulai menua tetapi masih tetap cantik apa adanya.

"kamu apaan sih liatin aku kaya gitu ?" ucap Rain yang sadar akan tatapan Zaldi.

"kamu cantik, dan tetep selalu cantik sayang."balas Zaldi sambilmengecup puncak kepala Rain lagi. Tak menjawab, Rain justru terkekeh, mencubit perut Zaldi kencang.

"aduhh... kamu kok ngga berubah sih sayang, udah tua aja kerjaannya nyubitin suaminya sendiri." Rintih Zaldi yang membuat Rain terkekeh. Yang kemudian mereka kembali menikmati langit senja tanpa melanjutkan percakapan mereka.

"sayang... nggak kerasa ya anak kita udah semakin besar." Ucap Zaldi mulai membuka pembicaraan.

"iya Zal, terlebih Eval udah mau kuliah.eh, ngomong-ngomong Kamu udah pikirin dia untuk masuk jurusan apa?" tanya Rain yang di jawab Zaldi anggukan.

"aku sih nyaranin dia buat nerusin perusahaanku, awalnya dia nolak. Tapi nggak tau kenapa tiba-tiba dia bilang mau meneruskan bisnis ku." Jelas Zaldi.

"biarin dia milih sendiri Zal, jangan paksa dia."

"ya sayang, aku juga tau itu." Kata Zaldi lagi meyakinkan Raina.

"tapi, kamu sadar ngga sih Zal, kalo Eval jauh lebih terbuka sama Azka dari pada kamu." Kening Zaldi mengkerut, memikirkan tentang perkataan Rain. Setelah di fikirkan perkataan Rain ada benarnya, ia benar-benar tidak menyadari bahwa Eval belum pernah sekalipun bercerita mengenai masalah pribadinyaselama ini. Bahkan selama bertahun-tahun Zaldi juga benar-benar tidak menyadari jika Eval jauh lebih dekat dengan Azka sahabatnya daripada dirinya sendiri yang merupakan ayah kandungnya. Memikirkan itu membuat Zaldi menyesal.

"aku bener-bener bukan ayah yang baik Rain. "kata Zaldi yang membuat Raina memalingkan pandangannya ke arah suami tercintanya itu, kemudian ia menggeleng "kamu ayah dan suami terbaik Zal, hanya kamu itu kurang kasih waktu berdua kamu sama Eval."

Zaldi mengangguk mengerti apa maksud Rain "yaa.. mugkin aku yang terlalu sibuk sama pekerjaanku, tapi peracaya sama aku Rain, ngga ada yang lebih penting buat aku selain kamu dan anak-anak kita." Rain tersenyum mendengar kata-kata Zaldi yang kemudian berhambur kedalam dekapan suaminya itu. Di sandarkan kepalanya di dada bidang milik suaminya, tempat bersandar selama puluhan tahun yang akan selalu menjadi tempat ternyaman bagi Raina.

Masih asik berpelukan, Raina dan Zaldi tersadarkan oleh bantingan pintu dari arah taman belakang rumahnya. Zaldi kemudian melepaskan pelukannya dan bersamaan dengan Rain, mereka beranjak kearah taman belakang rumah untuk melihat siapa orang yang sudah membanting pintu sekencang itu sampai dari arah balkon rumahpun terdengar.

Sesampainya di taman belakang, mereka melihat putra sulungnya sedang terduduk sambil merenung di atas ayunan. Melihatnya, Raina dan Zaldi tersenyum. Zaldi pun memberi kode kepada Raina untuk berbicara kepa putranya itu.

Rain AffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang