5

10.3K 696 19
                                    


"Udah ayoo... " seru Kinal terus menarik tangan Veranda. Ve hanya bisa pasrah melihat kelakuan kinal yang mendadak seperti bocah. Yang sedari tadi terus merengek padanya. Ingin naik wahana yang aneh - aneh. Yang biasa di mainkan oleh anak kecil.

"Ayo naik " ajak Kinal. Ve menghela nafa nya. Lalu melihat ke arah komedi putar.

"Tidak" jawabnya tegas. Kinal mengernyit heran.

"Kenapa ?" Tanya heran.

"Kamu seperti anak Kecil, masa sedari tadi hanya bermain permain yang di mainkan anak kecil sih " ujar Ve mulai angkuh bahkan mengibas kan rambut indahnya. Kinal mengernyit lalu melihat ke arah komedi putar.

"Apa yang salah coba ?" Tanya Kinal bodoh. Ve lagi menghelakan nafasnya.

"Ayo ikut aku " ujar Ve menarik tangan Kinal.

Ve terus menarik Kinal menuju sebuah wahana yang mampu membuat denyut jantung tidak beraturan.

"Loe mau naik ini ? Bilang dong, gue kirain loe gak suka tadi " ujar Kinal tersenyum.

"Ayo " ajak Kinal yang kini menarik tangan Veranda.

Keduanya pun naik dalam wahana kora - kora. Tidak sadar Ve tertawa lepas. Dia begitu senang saat Kinal berteriak.

Ke duanya terus menelusuri area dufan. Mencoba semua wahana bermain. Dari yang biasa aja sampai yang luarbiasa sekalipun.

Veranda seakan lupa dengan semua pekerjaannya. Dia terlihat begitu lepas. Tawa nya yang selalu terdengar saat melihat Kinal muntah saat turun dari roler coester.
Padahal dengan berani Kinal menantang Ve sebelumnya.

"Payah " celetuk Ve meremeh kan Kinal. Kinal masih membungkuk sambil memegang perutnya. Dia mendelik pada Veranda.
Setelah selesai dengan urusan Kinal yang mengeluarkan isi perutnya. Keduanya kembali berjalan.
Menikmati suasana Dufan yang begitu ramai.

"Laper gak ?" Tanya Kinal pada Veranda yang berjalan di sampingnya. Ve menggeleng.

"Hah ? Emang mau naik apa lagi ?" Tanya Kinal pada Ve dengan kaget.
Padahal hari sudah siang. Tapi Veranda masih terlihat antusias untuk menjelajahi dufan.

Ve tersenyum penuh arti pada Kinal sambil memainkan Alisnya.

"Tuh " ucap Ve menunjuk dengan dagunya ke depan.
Kinal mengernyit lalu mengikuti arah tunjuk Veranda.

Deg!

Mampus gue !
Mama help me...

Batin Kinal langsung menringis saat melihat sebuah tulisan.
Yaitu rumah hantu. Mendadak seluruh persendian Kinal lemas.
Dia merasakan bulu kuduknya berdiri.

Glek

Kinal menelan ludah dengan susah payah.
Menatap ngeri pada sebuah papan yang cukup besar itu.

"Kenapa ?" Tanya Ve saat melihay ekspresi aneh dari wajah tampan Kinal. Yang sedang menjadi Kinan.

"Hah ? " kaget Kinal menoleh pada Ve.
"Em... gue laper Ve, kita makan yuk " ujar Kinal mencoba untuk mengurung niat Veranda. Ve menggeleng.

"Kita akan makan , tapi setelah masuk ke sana " ujar Veranda. Lagi, Kinal harus menelan ludahnY, sambil kembali melirik ke arah pamplet besar itu.

Abis gue ini..

Gumamnya dalam hati. Dia merutuki dirinya sendiri.
Kinal sangat takut akan hal - hal mistis.

"Ooo.. aku tau.. kamu takut ya.. " ucap Veranda memicing mata nya pada Kinal. Kinal langsung menoleh.

Kinal Or KinanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang