Chapter 4

2.9K 358 28
                                    

"Kita bertemu lagi,entah sudah keberapa kali. Mungkin ini memang rencana Tuhan , dan aku bersyukur karena pertemuan ini " - AL FARIZI

>>>

Suasana meja makan begitu tenang tanpa ada pembicaraan antara ibu dan anak ini. Sarapan kali ini begitu canggung dan aura emosi masih menyelimuti. Al menghela nafas pasrah lalu terdengar bunyi sendok yang cukup nyaring. Tanda bahwa Al menyudahi sarapannya. "Maaf Ma, Al tahu mama masih marah dan kecewa. Al janji akan segera bawa calon istri Al ke mama. Al berangkat, assalamualaikum!" pamit Al mencium pipi kanan sang Mama, Ira hanya diam tak menanggapi ucapan anaknya.

Setelah berpamitan, Al segera melesat ke kantornya. Pekerjaannya sebagai seorang CEO masih menumpuk, apalagi sekarang proyek terbarunya belum selesai digarap. Masih dalam tahap awal perencanaan.

Ia kini melajukan mobilnya dengan kecepatan yang cukup cepat. Pagi tadi Al bangun terlambat karena semalaman Al tak bisa tidur memikirkan wanita itu,Yuki. "Aneh"...kata itu yang terlintas di benak Al. Dulu ketika pacaran dengan Keyna ia sempat merasa kagum pada Yuki karena kecantikan dan sikap ramahnya, perlu digaris bawahi hanya kagum. Tapi kini, setelah sekian lama tak bertemu, mungkin hampir 5 tahun, Al memiliki rasa yang berbeda pada Yuki setelah pertemuannya di restoran itu.

"Tinnnnnn" bunyi klakson nyaring menggema di indra pendengarannya. Melamun, Al sampai tak sadar ia sedang mengemudi dan kini bunyi decitan ban terdengar olehnya. Hampir saja terjadi benturan antar mobil , untung saja mobil yang ada di depannya bisa menghentikan mobilnya dengan cepat.

"Untung aja, gila...gue gak bisa fokus" ucap Al lalu keluar dari mobilnya. Bersamaan dengan itu pengemudi dari mobil yang ada di depannya juga keluar. Al terkejut, wanita itu, wanita yang sedang memenuhi pikirannya.

Dengan langkahnya yang lebar,Al menghampiri wanita itu tanpa berkedip, fokus pandangannya hanya tertuju pada Yuki, wanita yang mengemudi mobil di depannya dengan arah yang berlawanan.

"Kamu baik-baik aja?" tanya Al ketika sudah berada di hadapan Yuki. Al tak sadar banyak orang yang mengerubungi mobil mereka. "Kamu sadar gak sih udah keluar jalur?" tanya Yuki dengan sedikit emosi. Efek masih terkejut.

"Mas itu gimana sih, untung mbaknya cepet-cepet klakson!" seru bapak-bapak berkumis itu. "Maaf pak, biar saya selesaikan dengan kekeluargaan dengan mbak ini." balas Al . Kemudian tanpa disuruh semua orang yang mengerubungi mereka berhambur pergi. "Lain kali kalo nyetir jangan ngelamun mas!" celetuk bapak-bapak yang memakai topi. Dan Al membalas dengan anggukan disertai senyuman tipis.

"Kamu beneran gak papa?" tanya Al sedikit merasa khawatir dengan wajah pucat Yuki. Al kini maju dua langkah lebih dekat dengan Yuki. "Kamu pikir gimana, hampir celaka gara-gara kamu nyetir sembarangan!" semprot Yuki masih mengatur degup jantungnya karena shock. "Aku ngelamun juga mikirin kamu!" batin Al. "Duh...malah melamun lagi. Udahlah...aku harus cepet-cepet sekarang, lain kali yang fokus apalagi kalo lagi nyetir bahaya buat kamu dan orang lain" ucap Yuki lalu masuk kembali ke dalam mobil.

Al masih terdiam, namun masih mendengar setiap ucapan wanita yang ada di hadapannya.
" Cantik " gumam Al ketika melihat Yuki hendak melajukan mobilnya. "Tunggu!!!" teriak Al , lalu dengan cepat Yuki membuka kaca mobilnya." Apa?" tanya Yuki galak. " Maaf udah bikin kamu hampir celaka" ucap Al sedikit menundukan kepalanya.

Wajah mereka sejajar dengan cukup dekat. Lalu dengan refleks Yuki mengangguk. "Maaf diterima, aku duluan" ucap Yuki lalu segera melajukan mobilnya.

>>>

Al tersenyum ketika memasuki loby kantornya. Ia menyapa dengan begitu ramah pada setiap karyawan yang melewatinya. "Pak Al tumben sih?" gumam sang resepsionis.

TENTANG RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang