Chapter 9

2.5K 319 27
                                    

"Mungkinkah kita bisa bersama untuk selamanya?.
Mengarungi kehidupan dengan begitu bahagianya, meskipun rintangan kehidupan tak akan bisa lepas dalam keseharian ?.

Mungkinkah kita memang ditakdirkan bersama, berbagi rasa dalam suka dan duka?.

Mungkinkah semuanya akan menjadi lebih mudah untukku mengungkapkan rasa di hatiku?.

Aku ingin memilikimu, menempatkan dirimu di daftar orang terpenting dalam hidupku.
Menempatkan namamu di relung hatiku.
Memberimu cinta yang akan selalu tumbuh di hatiku.

Aku mencintaimu Yuki Anindia Prameswari, sebagai ibu dari calon anak-anakku. Bukan sebagai cinta sesaatku, tapi sebagai cinta sejati pelengkap hidupku."

-AL FARIZI-

>>>

Orang yang menggunakan jaket berwarna coklat serta kaca mata hitam itu terus saja mengikuti kemana Al dan Yuki pergi. Tak lupa ia menggunakan masker untuk menyamarkan wajahnya.

Membuat pengintaian rahasianya semakin sempurna,  karena sejak awal Al dan Yuki beranjak pergi, mereka tak menyadari bahwa sedang diawasi.

Mungkin memang mereka terlalu asyik dengan acara jalan-jalan ini.

"Lapor Kanjeng Mami..." ucapnya menelepon seseorang.

"....................."

"Mereka sekarang menuju cafe dekat hotel !" lapornya.

"......................."

" Yakin kita bakal lakuin rencana gila ini?"

"..................."

" Ahhh...elah, kenapa juga harus pake acara drama segala sih, sumpah...cara ini tuh kaya di novel - novel romance kalo Kanjeng Mami perlu disadarkan " ujarnya dengan sedikit kesal.

"................"

"Gak pake acara kayak gini juga, duh...aku merasa berdosa. Mana Yuki orangnya baik lagi "

"................"

" Iya-iya, siap 86... Kanjeng Mami"

Dan lelaki itupun menutup telepon genggamnya dengan kesal, ia masih enggan melaksanakan rencana aneh ini,  tapi apalah daya, Kanjeng Mami itu bisa menjadi ganas jika tak dituruti ide gilanya , satu saja bikin pusing apalagi ini...dua.

>>>

Mereka terdiam untuk beberapa saat , banyak hal yang Al ingin ketahui tentang Yuki. Ia mulai memberanikan diri untuk bertanya ini dan itu, dan Yuki senang-senang saja menjawabnya. Hingga pertanyaan itu terlontar begitu saja.

"Kenapa kamu belum punya pacar sampai sekarang?" tanya Al menatap Yuki yang kini duduk di depannya.

Sejak seperempat jam yang lalu, mereka memang berada di sebuah cafe dekat dengan hotel mereka menginap.

"Penting ya buat kamu?"  ujar Yuki membuat Al terkesiap.

"Aku cuma pengen tahu" balas Al dan Yuki kini menghela nafasnya sejenak.

TENTANG RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang