"Ini takdir atau memang hanya kebetulan ? , semuanya begitu mudah dan rumit secara bersamaan , hingga akhirnya kata mudah itu tergerus oleh kerumitan" - AL FARIZI
>>>
Al mematung di tempatnya berdiri. Pintu besar itu terbuka dengan lebar dan menampakan sosok yang ia tak ingin temui, untuk sekarang maupun nanti . Feelingnya memang benar-benar tepat sasaran, rasa tak tenangnya sejak perjalanan tadi mungkin saja dikarenakan oleh sosok di depannya ini.
Sosok yang berdiri dengan anggunnya ini menatap Al dengan rindu , namun sayang Al sama sekali tak suka dengan pakaian apalagi kepribadian sosok di depannya. "Al, selamat datang, aku udah nunggu kamu sejak tadi !" ujar si wanita dengan nada suaranya yang dibuat manja.
"Aku sama sekali gak mengharapkan bisa ketemu kamu di sini " ketus Al lalu melangkah masuk begitu saja membiarkan si wanita terdiam di tempatnya.
"Assalamualaikum Ma!!!" seru Al sekali lagi. "Walaikumsalam anak mama, udah ketemu Vita?" tanya sang Mama yang bernama Ira. "Udah" balas Al lalu mencium tangan kanan mama Ira. "Lain kali jangan kasih kejutan atau hadiah kayak gini lagi, Al gak suka sama Vita. Dia sama sekali bukan wanita yang Al cari, Ma." ucap Al lalu meletakan barang belanjaannya tadi di meja dekat dapur.
"Tapi Al....!!!" seru sang Mama,siap mengeluarkan pembelaan pada sang anak semata wayangnya. "Mama cuma ingin yang terbaik buat kamu dan Vita berasal dari keluarga yang baik-baik seperti kita, mama cuma pengen kalian kenal dulu, apa salahnya sih?" ucap mama Ira. "Dia bukan yang terbaik buat Al, Ma. Untuk jadi teman aku gak masalah tapi gak untuk jadi teman hidup." balas Al menahan emosi yang siap meletup. "Tante, aku sebaiknya pulang!" seru Vita berdiri tak jauh dari Al dan mama Ira. "Sayang, maafin sikap Al ya. Biar Al aja yang anterin kamu pulang." ucap mama Ira. "Al capek, minta pak Toto aja buat anterin Vita, Ma." ucap Al lalu melengos pergi menuju kamarnya di lantai 2.
>>>
Suara bantingan pintu terdengar begitu nyaring. Membuat beberapa penghuni rumah ini berjengit kaget karena suara yang begitu kerasnya. " Gue males pulang ke rumah ini kalo kayak gini terus." gumam Al lalu merebahkan tubuhnya di kasurnya yang empuk.
"Al...kenapa susah banget sih nurutin apa kata mama!" teriak sang mama yang sudah berdiri melipat tangannya di depan dada. Baru saja Al ingin memejamkan matanya untuk beristirahat sejenak, kini sang mama sudah siap menyerangnya lagi dengan kata-kata yang menyudutkannya. Seingatnya tadi pintu kamarnya sudah ia kunci.
"Ma, maafin Al tapi untuk yang satu ini aku gak bisa nurutin apa kata mama. Ini masalah masa depan Al, dengan siapa Al akan menghabiskan masa tua Al nanti. Wanita itu gak masuk wanita yang Al inginkan. Tolong ngertiin, Al capek berdebat masalah ini terus sama Mama" ucap Al lalu kembali merebahkan tubuhnya.
"Mama itu cuma punya kamu Al, mama ingin yang terbaik buat kamu!!" teriak sang Mama yang membuat Al bangkit lalu segera memeluk wanita yang telah melahirkannya. "Al tahu, mama ingin yang terbaik buat Al. Untuk kali ini biarkan Al yang memilih sendiri wanita yang akan menjadi ibu dari anak-anak Al kelak. Trust me!" ujar Al lalu melepaskan pelukannya dari sang mama.
"Terserah kamu!" ucap sang mama lalu pergi dari hadapan Al dengan menutup pintu dengan keras hingga bunyi debuman itu terdengar. "Salah lagi" ucap Al melirik pintu yang kini tertutup rapat itu.
>>>
Wanita itu terus bernyanyi sepanjang perjalanan pulang, bahkan sampai ia sampai di kamar tercintanya. Lagu Armada dengan judul "Pencuri Hati " selalu ia putar berulang kali. Lagu lama memang , tapi selalu bisa membuatnya merasa enjoy.
Yuki keluar kamarnya menuju dapur. Rumahnya memang tidak begitu besar, rumah ini hanya dihuni oleh 5 orang, ia dan kakaknya, dua pembantu dan satu satpam. Yuki dan Tari adalah anak yatim piatu, orang tua mereka meninggal karena sebuah kecelakaan beruntun dua tahun yang lalu.
Suasana rumah bergaya minimalis dengan cat rumah berwarna putih tulang ini sedikit sepi. Mengingat mbaknya masih ada acara. Yuki berjalan menuju lemari es dan mengambil air dingin di sana." Mbak Tari gak ikut pulang mbak Yuki?" tanya mbok Parti dari arah belakang. "Eh...iya mbok. Mas Chairil ngajak jalan mbak Tari katanya mau ngasih kejutan" jelas Yuki lalu mbok Parti semakin mendekat ke arah Yuki. "Mbak Yuki mau mbok bikinin makanan atau butuh sesuatu?" tanya mbok Parti lagi.
Yuki tersenyum manis pada mbok Parti, ia menggeleng pelan lalu memeluk wanita paruh baya yang sudah ia anggap seperti ibunya sendiri. "Ada apa mbak Yuki?" tanya mbok Parti khawatir. "Cuma pengen pelukan dari mbok aja, rumah sepi banget kalo gak ada mbak Tari ya?" ujar Yuki lalu dengan sayang mbok Parti membalas pelukan Yuki. "Mbok udah anggap mbak Yuki sama mbak Tari seperti anak mbok sendiri, dari kecil mbok yang rawat, kalau mbak Yuki merasa kesepian panggil mbok aja" ucap mbok Parti dan Yuki mengangguk dengan mantap.
>>>
Baru sepuluh menit yang lalu Yuki kembali ke kamarnya, setelah banyak mengobrol dengan mbok Parti, ia merasa tidak kesepian lagi dan kini pikirannya beralih pada lelaki yang menjadi mantan kekasih salah satu sahabatnya. "Fariz" nama itu yang ia sangat ingat dulu. " Kenapa dia bilang Al?" gumam Yuki lalu mendengar suara langkah semakin mendekat pada kamarnya.
"Assalamualaikum Kuy!" seru mbak Tari dengan girangnya. "Walaikumsalam,buka aja mbak pintunya,gak Yuki kunci kok!" teriak Yuki dari dalam kamarnya. Dengan langkah seribu mbak Tari langsung menghampiri Yuki, dan...hupp, pelukan erat pun terjadi. "Mbak kenapa sih?" tanya Yuki heran. "Masih sehat kan, mas Chairil melakukan apa sama mbak?" tanya Yuki dengan tak sabaran. Yuki melihat jam di atas nakas menunjukan pukul 21.15 WIB, wah seperti mbaknya sedang kesambet. "Mbak,jangan bikin Yuki takut!" seru Yuki lalu sang kakak melepas pelukannya.
"Aaaaaaa...mbak bahagia Kuy!!!" jerit sang kakak tepat di depan wajah Yuki. Dengan refleks Yuki langsung memundurkan wajahnya. "Iya kenapa, mas Chairil buat apa sih sama mbak Tari?" tanya Yuki lagi.
"Mas Chairil...mas Chairil, aaaaa dia ngelamar mbak tadi, dia ngelamar mbak di depan orang tuanya !" pekik mbak Tari dan detik berikutnya terdengar jeritan yang semakin keras dan nyaring dari keduanya.
" Aaaaaa...mas Chairil gantle banget, selamat ya mbak, ciee...cieee!" seru Yuki ikut kegirangan. "Dia the best pokoknya, mas Chairil, aaaa......
I love you" jerit mbak Tari sekali lagi."Gimana sih ceritanya, ceritain yang lengkap dong sist?!" ucap Yuki lalu dengan semangat bahagianya, mbak Tari mulai bercerita sedetail-detailnya pada Yuki,adik semata wayangnya, adik yang paling ia sayangi, adik yang menjadi keluarga satu-satunya, adik yang menjadi pelengkap hidupnya.
>>>
Mentari pagi mulai bersinar kembali dengan riangnya. Jarum jam menunjukan pukul 06.30 WIB dan lelaki ini masih bergelung nyaman di bawah selimutnya. "Den, bangun!!!" ucap Bik Iyem mencoba membangunkan anak majikannya sejak tadi. Bik Iyem hampir berusia 55 tahun, sejak Al kecil bik Iyem memang sering membangunkan anak majikannya. "Sebentar lagi Bik" ucap Al dengan parau. "Aden gak ke kantor ? , ibu udah nunggu den Al di meja makan " ucap bik Iyem dan kini Al mulai membuka matanya. "Ya, bibik boleh keluar" ucap Al dan bik Iyem segera beranjak keluar dari kamar Al.
"Mama masih marah rupanya" gumam Al lalu beranjak dari kasur king sizenya dengan langkah gontai lalu berjalan le depan jendela,membuka tirainya,merentangkan kedua tangannya dengan lebar . " I will fly!! " ucapnya.
Bayang wajah Yuki entah kenapa terlintas begitu saja di pikirannya. Senyumnya yang begitu menawan, oh...semua yang ada pada wanita itu tak bisa ia lupakan begitu saja. " Gue harus cari cara buat ketemu lagi sama wanita itu!" tekadnya lalu tersenyum tipis ketika bayangan wajah dan senyum Yuki terlintas di benaknya lagi.
"To be continue"
"Silahkan Vote dan comment kawan, biar saya semakin lama semakin rajin 😁😄"
KAMU SEDANG MEMBACA
TENTANG RASA
RomanceTentang rasa yang tak pernah kumengerti sedetail ini. Tentang rasa yang bukan berdasarkan nafsu tapi rasa yang tulus dari dalam hati. Aku selalu mengingatmu " Yuki Anindia Prameswari " Aku akan selalu kembali dan kembali untukmu. -AL FARIZI- "Sela...