deadlock

84 18 4
                                    

"Akhirnya aku menemukan kalian , HAHAHAHA" ujarnya .

"Mundur" kata klaus kepadaku . Klaus mendorong tubuhku kebelakang . Aiden dan luciano ikut maju bersama klaus .

"Ternyata , selama ini , ini tempat persembunyian kalian ? HAHA ! Sihir disini sangat mudah dihancurkan . Sama seperti kalian . Mudah dihancurkan" matanya menatap kami dengan tatapn sangar .

Kakiku gemetar . Aku begitu ketakutan . Walaupun kami berjumlah kira-kira 20 orang , tapi sepertinya orang ini sangat handal. Handal membunuh . Ya , itu maksudku .

"Hari ini akan menjadi hari terakhir kalian , katakan selamat tinggal pada orang tua kalian . Aku harus menghabisi yang mana dulu ya ? Perempuan-perempuan cantik di belakang ? Atau laki-laki sok jago di depan ini ?"katanya sambil menatap klaus , aiden , dan luciano .

Kulihat para pangeran lainnya , ikut maju bersama klaus dkk meninggalkan kami , para perempuan dibelakang .

Tangan kananku memegang tangan alarice , sedangkan tangan kirimu memegang tangan ressa . Tangan mereka tidak bergetar tapi dingin sedingin es.

"Emma , kita akan mati kan ?" Kata alarice terbata-bata . Aku yakin dia sangat ketakutan . Sama seperti setiap dari kami disini .

"Tidak . Kita tidak akan semudah itu mati . Lagipula dia hanya 1 orang" kataku berusaha menenangkan , walaupun dalam hatiku , aku juga takut .

"Itu zaka , pemimpin rebels. Punya kekuatan yang melebihi orang biasa , serta dikomfirmasi pernah membunuh 20 orang tanpa senjata apapun" kata putri clarissa

"Apa ?!? Mana mungkin ?" Kataku

"Dan darimana kau tahu itu ?" Kata ressa sinis .

"Quena . Quenaku adalah kekuatan mendata" katanya

"Wah , pasukannya bertambah . Tenang itu sama sekali tidak menakutkanku . Aku akan menghabisi kalian semua dengan pedang ini dalam sekali tebas"

"Putri clarissa , apakah ada jalan keluar disini ?"kataku

"Tidak ada . Tapi menurut risetku , kalau kita semua berhasil menggali di arah barat , akan muncul di daerah tenggara kerajaan ensean ( kerajaan klaus"

Anak laki-laki sudah mulai menyerang zaka , dengan senjata seadanya . Tapi menurutku semua itu percuma . Mereka kebanyakan menyerang bagian dada . Tapi jelas-jelas dadanya tertutup baju zirah tebal .

"Alarice , aku akan mengalihkan perhatian . Quenamu mengendalikan tanah kan ? Coba kamu gali dengan quenamu"

Alarice mengangguk pelan.

Aku mengambil panah dan anak panah dan membidik tangan zaka yang sama sekali tidak ditutupi apapun . Membidik benda bergerak memang susah . Apalagi aku sudah lama tidak memanah .

Aku menarik nafas dan membuangnya perlahan . Aku tak bisa hanya berdiam diri . Aku harus membantu .

Aku melepaskan anak panah itu dan menancap pada tangan kiri zaka . Dia mengeram kesakitan lalu menatapku .

"Wah , putri cantik disana berani sekali . Karena kamu cantik , bagaimana kalau meninggal dengan wajah buruk rupa ?" Katanya sambil berjalan mendekat padaku .

Kakiku gemetar . Begitu juga dengan tanganku . Aku belum siap mati .

"Kalau memang waktunya untuk mati , ya sudah . Kalau belum , lindungi aku ya tuhan" kataku berulang-ulang dalam hati .

Aku berusaha untuk berdiri tegak dan menatap mata zaka dengan tajam . Minimal aku harus kelihatan kuat .

Dia semakin mendekat padaku dan mendekatkan pisaunya di leherku .

"Kau berani macam-macam , putri ?"

"Gluk" aku hanya dapat menelan ludahku . Tubuhku berkeringat dingin .

"Kau ingin apa , zaka ?" Kataku

"Aku ? Aku hanya ingin menguasai dunia."

"Kalau begitu mudah , aku akan memberikan kerajaanku padamu. Tapi kau harus lepaskan pisaumu itu"

Zaka mulai menurunkan pisaunya sedikit demi sedikit . INI KESEMPATANKU UNTUK MENYERANG !

"TAPI TIDAK AKAN !" kataku sambil menendang daerah selangkangannya .

Zaka jatuh meringis kesakitan dan ia menjatuhkan pisaunya . Aku mengambil pisau itu dan meletakkannya di dekat leher zaka .

"Sekarang , aku tanya padamu , kau ingin apa zaka ? Lepaskan mereka semua , kalau tidak akan kupenggal kepalamu" kataku tegas .

"Hmph" katanya sambil tertawa

"Kau kira kau bisa memenggal kepalaku dengan begitu mudahnya , putri bodoh" dia mengambil sesuatu dari sakunya . Semacam benda yang terikat menjadi satu .

"kalau ku tekan benda ini , katakan selamat tinggal . Untuk selamanya"

"LARI ! SEMUANYA LARI" kataku berteriak .

"Ayo , semua lewat sini" kata alarice

Rupanya alarice sudah berhasil membuat lubang.

"Klik" tombol benda itu ditekan oleh zaka.

"Trak" aku menancapkan pisau zaka di depan zaka , lalu berlari ke arah lubang itu .

Lubang itu agak tinggi , aku agak sulit menggapainya . Klaus yang masih dibawah , berusaha untuk mendorongku naik . Aku berhasil naik , tapi ...

"DUAR" semuanya sudah terlambat . Bom itu sudah meledak . Kami semua terlempar jauh dari lubang itu.

Aku melihat semuanya putih dan perlahan-lahan menutup mataku.












TIMELESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang