the rebels

79 19 1
                                    

Kemarin , setelah aku bertemu leona . Aku hanya menghabiskan waktu di kamar . Ibu memanggilku untuk pergi ke taman dan berbincang sedikir padanya . Tapi jelas jelas aku menolaknya . Aku beralasan kalau aku terlalu letih dan aku ingin beristirahat karena aku kecapaian karena pesta 2 hari yang lalu . Dan untungnya dia mengerti .

"Tok tok tok" suara kamarku di ketuk dengan keras . Belum sempat aku membukakan pintu , aku melihat ayahku masuk dengan terburu-buru .

"Ayah , ada apa ?" Kataku bingung

"Emma , tak ada waktu untuk menjelaskan . Sekarang ayah akan mengantarkan mu ke ruang bawah tanah . Disana akan ada pangeran dan putri lainnya"

"Tunggu , kena..." ayahku langsung menarikku dan berjalan ke dalam ruangan bajuku. Ia mencari suatu tombol di belakang baju bajuku dan tiba tiba terbuka pintu , pintu yang mengarah pada lorong yang gelap.

"Emma , jangan bertindak gegabah . Sekarang ayah dan ibu akan pergi ke rapat mendadak . Ayah tak bisa menjelaskan padamu sekarang . Tapi ayah harap kamu bisa menjaga dirimu baik-baik."

"Baiklah , jaga ibu ya , ayah . Take care . Jangan khawatirkan aku , aku jago berkelahi kok." Kataku memberi senyum ringan . Ayah menyerahkanku jaket dan sepatuku , lalu perlahan pintu itu mulai tertutup meninggalkanku sendirian di ruangan ini .

Aku berjalan menyusuri lorong ini . Panjang sekali . Kira kira aku sudah berjalan selama 10 menit . Aku mulai bisa mendengar banyak orang berbicara . Aku juga melihat sedikit cahaya . Aku berjalan terus mendekat dan sampailah aku di tempat perkumpulan itu . Kulihat banyak pangeran dan putri lainnya disana .

"Alarice , ressa , kalian disini juga ?" Kataku sambil mendekati mereka

"Oh , emma . Aku sungguh bersyukur kau ada disini . Alarice juga mengkhawatirkanmu" kata ressa sambil bernafas lega .

"Ya , emma sudah disini . Tapi keadaan kita sama sekali belum aman . Rebels akan terus beraksi selama mereka belum menemukan kita , atau membunuh orang tua kita" kata alarice

"rebels ? Apa itu ?" Kataku bingung

"Itu orang-orang yang memberontak . Mereka berkumpul menjadi satu perkumpulan dan mulai melakukan teror pada anggota kerajaan . Mereka ingin menguasai dunia" kata aiden

"Aiden ?!? Kau disini juga ?" Kataku kaget

"Ya begitulah . Semua orang penting ada disini . Kita akan lebih sulit dijangkau karena ada sihir pandora yang melindungi kita . Tapi kita tetap harus berjaga jaga . Ambilah baju yang nyaman dan bisa melindungi mu , lalu pilih lah senjatamu . Hanya untuk berjaga jaga" katanya

"Apa yang akan terjadi pada ayah ibu ku ?"kataku lesu .

"Tidak ada yang tahu" kata klaus

"Klaus ! Lama tak bertemu" kataku berpura pura semangat .

"Ya . Serasa seperti ribuan tahun"

Aku melihat klaus memakai baju zirah dan memegang trident .

"Berjaga-jagalah . Aku tahu mereka dekat . Aiden ambilkan emma , alarice , ressa baju . Dan bawa mereka ke ruang senjata "

"Baiklah . Walaupun aku tak suka kau menyuruh-nyuruhku . Ayo , ikut aku" kata aiden

Dan sampailah kami di suatu ruangan . Ruangan ini penuh dengan peralatan perang , mulai dari baju zirah , pedang , dan senjata lainnya.

Aiden pergi ke bagian baju dan mengambil beberapa untuk kami .

"Pakailah . Baju ini sudah disihir untuk melindungi pemakainya. Dan setelah itu pilihlah senjata kalian . Aku akan meninggalkan kalian sendiri disini. Aku harus mengecek keadaan di luar"

"Baiklah. Ayo alarice , ressa"

Aku berjalan menyusuri bagian-bagian senjata. Kulihat jumlah pedang jauh lebih banyak daripada senjata lainnya . Ada trident , kapak , dll . Memikirkannya saja sudah berhasil membuat bulu kudukku berdiri .

Aku melihat alarice . Sepertinya ia mengambil sejenis tombak . Disebelah tombak itu terdapat panah. Panah . Aku memiliki ingatan yang buruk tentang panah . Tapi hanya itu senjata yang bisa kugunakan . Kuberanikan diriku mengambil panah itu .

"Oke baiklah , ayo kita coba apakah kemampuan-mu masih ada"

Aku mulai memasang anak panah , menariknya pelan pelan , dan menghembuskan nafas , lalu mulai membidik target .

Kulepaskan anak panah itu , dan menancap pada titik tengah target itu. Aku menarik anak panah itu , lalu memasukkannya kembali ke tempatnya lalu berjalan keluar dengan panah ditanganku .

Aku berjalan keluar dari ruangan itu sendirian . Ressa masih sibuk memilih , sedangkan alarice ? Dia sudah keluar sedari tadi .

Kulihat di ujung ruangan , ada putri clarissa dengan tampang sok lemah , seolah-olah minta dilindungi . Ia menangis dengan tampang ingin dikasiani . Jijik.

"Oh man , it's gross" kataku dalam hati .

"Emma" aku mendengar nama ku dipanggil .

"Klaus , ada apa ?"

"Aku ingin bicara padamu . Apakah quena-mu sudah muncul ?"

"Belum , memangnya kenapa ?"

"Tidak , aku hanya ingin tahu . Soalnya , kalau bertarung quena akan sangat berguna . Tapi tidak apa apa , jangan terburu-buru"

"DUK , DUK" suara tersebut terdengar dari pintu tempat aku datang tadi .

"Apa itu ?!?" Kataku aku mengambil anak panah dan mulai siap membidik jika ada sesuatu yang mengancam nyawaku .

"Duakh" suara seperti pintu didobrak terdengar di telinga kami semua .

Seorang lelaki bertubuh tinggi , memakai baju zirah , dengan pedang mengkilap dan tentunya tajam berdiri disana !

*hai semua ! Ketemu lagi nih ! Kira kira bakal ada apa lagi ya ? Hihihi , tunggu aja ! Oh iya , kalau kalian ada ide , bisa berikan saran melalui kolom comment ! Saran kalian sangat berharga ! Nah sekian dulu . Sampai ketemu di chapt selanjutnya . Dadahh !!!

TIMELESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang