8 tahun sudah aku menikah dengan isteriku. Bisa dibilang kehidupanku sangat bahagia,memiliki isteri yang cantik dan dua anak yang manis. Hingga suatu hari semua berubah. Isteriku jatuh dari tangga dan kakinya lumpuh. Ia menjadi lebih pendiam dan sering mengurung diri dikamar.
Suatu hari anak pertamaku pulang dari sekolah dan menelfonku mengatakan bahwa adiknya kejang-kejang. Aku bergegas pulang. Dan benar saja anakku step. Matanya melotot,badannya panas. Aku yang panik segera membawanya kerumah sakit. Sesekali aku menoleh kekamar isteriku,ia hanya diam dikursi rodanya padahal anak kami jelas-jelas sedang kejang-kejang bak orang kesurupan. Aku tak memperdulikannya lagi,yang aku pikirkan hanya kondisi anakku.
Saat tiba dirumah sakit anakku langsung dibawa keruang UGD. Aku menunggu dengan hati gelisah. Beberapa lama dokterpun keluar dengan wajah sedih. "Yang sabar ya pak," katanya sambil menepuk dadaku. Aku langsung masuk untuk mengetahui apa yang terjadi. "Tidak! Tidak! Tidak mungkin!" Kulihat tubuh mungil anakku sudah tertutup kain putih. Kubuka perlahan kain itu,hingga bisa melihat wajahnya yang pucat. Tangisku pecah. Suster dan dokter yang menangani anakku hanya menunduk pasrah.
Aku kembali kerumah dengan mata sembab dan langsung menuju kamarku dengan emosi yang meledak. Kubuka pintu kamarku dengan kasar dan terkejut melihat isteriku yang tadinya lumpuh sekarang berdiri dengan kadua kakinya tanpa bantuan alat apapun. Dia berdiri didepan cermin,menggambar sebuah simbol bintang menggunakan cairan merah seperti darah. Pipinya basah,mungkin dia baru habis menangis. Kupeluk dia dan tangis kami tak dapat terbendung lagi. Hingga tiba-tiba ia tertawa lepas. Tawa yang cukup mengerikan untukku. Akupun sedikit demi sedikit melepas pelukannya.
Kulihat wajahnya yang cantik jelita sekarang terlihat menyeramkan. "Hahaha akhirnya aku kini bisa berjalan lagi" aku masih keheranan dengan tingkah laku isteriku ini. Aku sungguh kasihan padanya dia pasti terlalu stress memikirkan dirinya sendiri yang lumpuh ditambah sekarang anaknya meninggal. Dia berbisik kepadaku.
"Katakan pada Naima aku suka dengan kakinya"