Aku memandangi ponselku sedari tadi. Y/n belum juga membalas chatku. Di telefon pun tidak di angkat. Apa dia baik-baik saja?
"Seungcheol-ah."
Aku segera bangun dari tidurku begitu mendengar Appa memanggilku. "Ne, Appa."
Appa tampak sedang membuka kulkas dengan tangannya yang sibuk. "Bisa kau tolong belikan susu di minimarket? Sepertinya persediaan susu ku habis. Kau tahu Appa-mu ini tidak bisa bertahan besok tanpa sarapan susu."
"Araseo, Appa. Aku pergi dulu."
"Gomawo, Seungcheol-ah."
"Neee." Sahutku sambil mengambil jaketku.
"Ahhh, kenapa tadi pagi panas tapi malam ini dingin sekali? Jinjja!" ucapku sambil menepuk-nepuk tanganku agar tidak terlalu dingin.
Awalnya aku ingin sekedar berjalan kaki ke minimarket. Tapi sesuatu membuatku akhirnya mengambil motorku. Aku tidak ingin hanya sekedar ke minimarket. Aku harus mendatangi y/n.
--
Ting tong! Krieeet!
"Aku tahu kau menghindariku."
Y/n yang hendak menutup kembali pintunya, terdiam.
"Ayo ikut aku pergi keluar. Hanya sebentar. Kau tahu aku paling tidak tahan kalau ada hal tidak terselesaikan denganmu."
Y/n menatapku sesaat sebelum akhirnya mengangguk. "Oke. Tunggu sebentar."
--
"Ttokbeokki di sini memang paling enak!"ucapku.
"Malam ini dingin sekali tahu! Kenapa harus makan di pinggir sungai Han seperti ini sih?"
Akhirnya. Aku meletakkan sumpitku lalu tersenyum menatapnya. "Akhirnya kau bicara lagi."
Y/n terdiam lalu menghela napas. "Aku sebenarnya tidak ingin membicarakan hal ini sekarang dan seperti ini. Tapi ku rasa aku tidak punya pilihan lain."
Aku mengelus kepalanya pelan. "Ne, bicaralah."
"Aku tahu kalau Oppa sadar bahwa selama ini aku menyukai Oppa." Dia kini menatapku dalam. "Ucapanmu pagi ini yang benar-benar menyadarkanku tentang hal itu."tambahnya.
Aku mendeham pelan. Aku tidak tahu harus menanggapinya seperti apa. Aku kira aku siap ketika y/n akhirnya jujur mengenai perasaannya padaku. Tapi nyatanya kini aku merasa sangat tidak karuan.
"Aku menyukai Oppa bukan seperti dongsaeng pada Oppa-nya melainkan aku menyukaimu sebagai Choi Seungcheol."
Aku masih terdiam.
"Tapi kau tidak perlu memberiku jawaban tentang perasaanku ini, Oppa. Aku mengatakannya hanya agar membuat ini semua jelas untukmu dan untukku juga." Y/n kini tersenyum menatapku. "Aku sangat tahu untuk siapa perasaanmu, Oppa. Maaf tapi kali ini aku ingin jahat kepadamu. Percuma kau menjaga perasaan itu, karena kau tahu kan perasaanmu untuknya itu tidak akan terbalas seperti halnya perasaanku yang tidak akan mungkin terbalaskan?"
Ucapan y/n memunculkan memori yang terasa pedih di benakku. Tapi aku tidak merasa benci karena y/n mengatakan hal yang ia ucapkan. Selama ini dia sudah begitu baik menjaga hatiku.
"Mian." Aku memeluk y/n dengan erat. Entah apa ini membuatnya merasa lebih baik atau malah semakin terluka. Sesungguhnya, ini kulakukan untuk diriku. Tiap saat ku memeluk y/n, saat itulah yang paling mampu membuat segala hal yang buruk terasa lebih baik.
Y/n tidak lagi berbicara. Tidak ada suara berkata, melainkan hanya suara tangis yang datang darinya.
-- to be continued --
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, U. [SEVENTEEN IMAGINE]
Fanfic[COMPLETED] Joshua x You x Seungcheol [SHORT /CHAPTER] Berawal dari sebuah minimarket, Joshua ingin menemukanmu dan Seungcheol bimbang karenamu. Baca lanjutannya di sini! Author: Hwang Aemi Genre: Teen Romance, School Language: Bahasa Indonesia Main...