#7 Jangan [S.Coups POV]

2.4K 378 17
                                    

"Seungcheol-ah!"

Ku menoleh dan mendapati Jeonghan dengan napasnya yang terengah-engah berlari ke arahku.

"Joshua...hahh... Bagaimana? Bagaimana Joshua?"

"Telapak tangan kanannya retak. Otot pergelangan tangannya juga cidera."

Mendengar jawabanku, Jeonghan tidak mampu menutupi keterkejutannya yang langsung tergantikan dengan ekspresi sedih. "Jinjja?"

Aku mengangguk pelan.

"Lalu kenapa kau di sini? Kau tidak masuk ke dalam?"

"Ah, itu." Y/n yang sudah begitu lama masuk ke dalam dan tidak keluar-keluar, membuatku enggan untuk masuk ke dalam. Tidak ingin melihat mereka bersama.

Jeonghan menatapku bingung. "Wae?"

"Kalau kau mau masuk. Masuk saja."

Jeonghan tampak berpikir sejenak lalu berjalan menuju pintu kamar Joshua. Ku lihat dia mengintip terlebih dahulu melalui kaca kecil di pintu kamar. Tangannya yang sudah berada pada pegangan pintu tiba-tiba ditariknya menjauh.

"Ah... Ku rasa aku akan menunggu di luar saja."ucapnya kemudian.

"Wae? Apa yang kau lihat?"

"Ng...ani."

Dari ekspresi Jeonghan yang tampak aneh, aku tahu bahwa dia pasti melihat apa yang sedari tadi aku coba untuk hindari.

"Kau baik-baik saja?"

Pertanyaan Jeonghan yang sarat akan kepedulian itu membuatku semakin yakin bahwa apapun yang Jeonghan lihat pasti akan membuatku ingin menghajar Joshua. Ahhh, Seungcheol-ah! Tenanglah!

"Eung."jawabku singkat.

"Kenapa? Kenapa kau memandangku begitu?"tanyaku begitu sadar Jeonghan tak melepaskan pandangannya dariku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa? Kenapa kau memandangku begitu?"tanyaku begitu sadar Jeonghan tak melepaskan pandangannya dariku.

Jeonghan menghela napas lalu menggelengkan kepalanya pelan. "Keadaan pasti akan menjadi begitu rumit kedepannya."

Aku ikut menghela napas keras. "Eung."ucapku, mengiyakan.

"Bagaimana dengan pertunjukan kita? Apa kau sudah kepikiran cara untuk membuat Josh tetap berguna di atas panggung? Dia tentu tidak akan mampu memainkan gitar dengan tangan seperti itu."

Aku terdiam sejenak, berpikir. "Ya sudah biarkan saja dia menjadi staff backstage."

"ANDWAE!"

Seruan Jeonghan yang begitu keras membuatku tersentak. "Ya, kenapa kau berteriak?"

Jeonghan menepuk bahuku keras. "Seungcheol-ah, ku mohon! Apapun yang terjadi, Joshua harus tampil. Apapun caranya, ku mohon!"

"Wae–"

Jeonghan mengeratkan pegangannya pada bahuku. "Ku mohon, Choi Seungcheol!"

--

Tingkah Jeonghan tadi membuatku penasaran. Mengapa dia begitu memohon seperti itu? Apa ada yang Joshua dan Jeonghan tidak katakan padaku? Sebenarnya apa tujuan mereka melakukan proyek musikal ini? Apa hanya sekedar untuk kerjasama antar sekolah?

Entahlah. Pikiranku terlalu sibuk untuk menemukan jawabannya. Kini aku hanya tertuju pada perempuan yang sedang duduk di bangku penumpang motorku.

Semenjak keluar dari kamar Josh, ekspresinya tampak kaku. Namun sesekali tangannya menyentuh bibir mungilnya. Aku benci. Benci sekali melihatnya.

"Y/n."panggilku begitu motorku berhenti di lampu merah.

Dia tidak menjawab. Tatapannya masih tampak menerawang. Hanya raganya yang ada di sini, tapi pikirannya entah kemana. Tatapannya itu seolah-olah dia tidak sadar bahwa kini dia sedang berboncengan denganku.

"Y/n!"

"Ah! Ne!" Kini y/n menyondongkan wajahnya padaku. "Ne, oppa?"

Aku menghela napas pelan. "Apa yang sedang ada di pikiranmu? Aku tidak terbiasa dengan kau yang melamun sepanjang waktu seperti itu. Kalau aku bawa kau ke Daegu mungkin kau tidak akan sadar."

Y/n tertawa pelan. "Mianhaeyo, Oppa."

"Hmm? Sesuatu yang bagus baru saja terjadikah? Padahal tadi aku masih ingat bagaimana kau tidak berhenti menangisi Joshua."

Kini ekspresi wajahnya berubah. Namun aku tidak mampu menebak ekspresi apa itu. Wajahnya tampak bersemu, namun bibirnya tampak meringis. Seperti orang yang merasa bersalah karena merasa senang.

"Apa kau tidak mau menjawab pertanyaanku?"

Tangannya yang tanpa ia sadari menyentuh kembali bibirnya membuat perasaan muak ku kembali muncul ke permukaan. Jangan lakukan itu di depanku, y/n-ah!

"Pengangan yang erat, y/n-ah!"perintahku padanya.

"Eh?"

BRUM! BRUUUM! Aku tidak akan membiarkan Joshua menjadi orang yang membuatmu seperti ini. Orang yang membuatmu berdebar-debar. Orang itu hanya boleh aku. WOOOSH!

-- to be continued --

Hello, U. [SEVENTEEN IMAGINE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang