#7 Tidak Mengerti [You Pov]

2.4K 397 42
                                    

"Y/n..."

Aku mendengar suara Joshua sayup-sayup di telingaku.

"Y/n-ah..." Eh?

Semakin lama suaranya terasa semakin dekat. Tapi, benarkah suara Joshua?

"Y/n-ah, ireona..."

EH?! Aku sontak ingin berdiri namun sebuah tangan menahanku. Eh? Seungcheol Oppa?

"Waeee? Matamu langsung melotot begitu!"ucapnya sambil terkekeh pelan.

Kenapa aku bersama dengan Seungcheol— AH! Aku sampai lupa kalau aku pulang bersamanya. Omo! Apa aku tertidur di atas motor?

"Jangan lagi ketiduran seperti tadi. Benar-benar berbahaya, y/n-ah! Kau itu benar-benar!"tegur Seungcheol sambil menatapku dari spion motornya.

"Jadi... Kapan kau mau turun?"

"Turun...?" Begitu melihat sekelilingku, bukannya turun dari motor aku malah menarik lengan Seungcheol. "OPPA!"

"Wae?"

"Kenapa kita ada di Stadion Jamsil?!"

Seungcheol tertawa keras. "Turun dulu!"

Sambil melepaskan helmku aku segera turun dari motor. Parkiran yang tampak begitu sepi membuatku tambah bingung. Kenapa Seungcheol membawaku ke sini? Tidak ada pertandingan, tidak ada konser. Apa yang dia pikirkan?!

"Y/n-ah," "Mwo!"

Mataku membulat saat Seungcheol tiba-tiba memakaikanku sebuah sweater yang seketika membuat tubuhku hangat. "Ini apa?"

Seungcheol tidak menjawabku melainkan segera merangkulku. "Kaja!"

--

Aku tidak pernah datang ke stadion pada malam hari. Tidak saat kosong seperti ini. Aku tidak tahu bahwa suasana sunyi dengan hanya berberapa lampu yang menyala di sudut stadion mampu membuatnya terlihat indah.

"Cantik bukan?"

Aku mengangguk pelan, mengiyakan.

Seungcheol mengajakku duduk di salah satu deretan kursi stadion. Awalnya aku masih ribut tidak mau asal masuk ke stadion tanpa ijin. Tapi aku lupa kalau aku sedang bersama Choi Seungcheol. Dia bisa mengakses apapun yang dia inginkan.

Sesungguhnya aku merasa lelah, namun aku merasa aku harus menahan itu semua dan ada bersamanya. Walaupun aku masih belum memahami apa maksudnya membawaku ke sini, aku tahu bahwa dia hanya ingin ditemani. Seungcheol pernah melakukan hal yang sama beberapa tahun yang lalu ketika Nayoung eonni meninggal. Dia tidak mengatakan apapun kala itu, hanya dengan diam membawaku pergi ke Taman Namsan. Selama di sana, aku hanya berdiri diam di sampingnya. Menemaninya yang menangis diam-diam.

Tapi kali ini, ada apa? Apakah ada masalah dengan Ahjussi?

Aku memandanginya sejenak. Dia tampak bersandar santai pada kursinya dengan tatapannya yang mengarah pada langit. "Oppa, gwaenchanhayo?"

Ku mendengarnya menghela napas keras. "Ani. Angwaenchanha."

"Ada apa, Oppa? Apa ada yang terjadi?"

Seungcheol tampak tersenyum kecil lalu menolehkan tatapannya padaku. Untuk beberapa saat, Seungcheol hanya diam menatapku lama. Wajahnya yang begitu dekat membuatku bisa merasakan hembusan napasnya. "Y/n-ah, apa seperti ini membuatmu berdebar?"

Berdebar? Tiba-tiba kurasakan pipiku yang memanas. Bukan karena Seungcheol yang sedang menatapku, melainkan ingatan mengenai ciuman Joshua tadi. Ani! Aku menggelengkan kepalaku pelan. Berusaha mengusir ingatan itu.

"Oppa–" "Araseo." Aku sontak terdiam mendengar Seungcheol yang tiba-tiba memotong ucapanku.

Seungcheol menarik dirinya menjauh. Aku tak mampu melihat ekspresinya. Ia mengalihkan pandangannya dariku. "Hah...ottokhae..."

"Ottokhae? Apanya yang 'ottokhae'?"tanyaku bingung.

Puk! "Eh?! Oppa—"

"Sebentar saja. Biarkan aku bersandar padamu seperti ini."potongnya.

Aku ingin protes, namun akhirnya membiarkannya bersandar pada bahuku. Aku meliriknya sesaat. Aku benar-benar tidak mengerti ada apa dengannya. Apa tadi aku berbuat salah? Tingkah Oppa kembali terasa aneh. Haruskah aku bertanya langsung?

"Y/n-ah."

"Ne, Oppa."

"Apa rambutku masih sehalus cotton candy?"

Pertanyaannya membuatku mengelus rambutnya yang menyapu pipiku. "Eung, masih." Aku tersenyum kecil merasakan helaian rambutnya pada jariku. Mengelus rambut Seungcheol seperti ini merupakan salah satu hal yang ku suka dari dulu.

"Apa kau sedang tersenyum sekarang?"

Aku terkekeh pelan. "Eung."

"Apa kau segitu sukanya mengelus rambutku?"

"Eung. Karena rambut Oppa begitu lembut seperti rambut bayi."

"Araseo. Aku akan membiarkanmu mengelusnya selama yang kau mau."

"Mwoyaaa."

"Y/n-ah."

"Ne?"

"Aku sekarang mengerti kenapa kau suka sekali bersandar pada bahuku dulu."ucapnya lalu menghela napas panjang. "Ternyata memang nyaman sekali bersandar pada orang yang kita sayangi."

Sayangi?

Deg! Tiba-tiba kurasakan irama yang tak beraturan pada jantungku.

Sayangi? Sayang seperti pada adik bukan? Seperti yang selalu dia katakan padaku. Sayang sebagai adik. Ya kan? Hanya sebagai adik kan Oppa? Ya kan?!

Seungcheol mengambil tangan kananku yang bebas. Aku pikir dia akan memainkan jari-jariku untuk sekedar iseng karena bosan. Namun aku tidak mengerti. Mengapa dia malah menggenggamnya erat? Mengapa dia menggenggam lalu melekatkan tanganku pada pipinya yang terasa hangat?

"Jangan berpaling, y/n-ah."

Berpaling?

"Jangan biarkan Joshua merebutmu dariku."

-- to be continued --

Hello, U. [SEVENTEEN IMAGINE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang