#9.5 Hujan Untukku [Joshua POV]

1.8K 335 79
                                    

Pikiranku rasanya kosong.

Pink. Kata Jeonghan kalau kita sedang bahagia karena cinta, di benak kita akan tergambar warna pink. Seperti isi pikiranku sekarang. Pink.

Tanganku rasanya beku ditempatnya. Dia tidak beranjak dari pipiku.

Y/n-ah, ottokhae??? Aku bahagia sekali!

Bolehkah aku benar-benar berharap kalau jawabannya pasti iya? Yaaa Yoon Jeonghan! Aku pasti akan menraktirmu di Irodori malam ini!

Geunde, di mana y/n?

Drrrt. Drrrt. Drrrt. "Eomma?"

"Hi, Mom."

"Joshua, eodiya?"

Aku mengerutkan keningku bingung. Biasanya Eomma selalu menyapaku terlebih dahulu sebelum bertanya atau apapun itu.

"Eomma, ini jam berapa di sana? Bukankah seharusnya kau sedang tidur?"

"Jawab Eomma, jigeum eodiya?"

Aku mendeham pelan. Nada bicara Eomma yang tegas seperti ini membuatku jadi salah tingkah.

"Aku di sekolah. Aku sudah cerita bukan kalau aku ada pertunjukan hari ini? Kenapa, Mom?"

"Tanganmu?"

"Gwaenchanayo, Eomma—" "Angwaenchana!"

Seruan Eomma di ujung telefon membuatku tersentak. Eomma tidak pernah seperti ini. Apa yang terjadi? Pasti ada yang dia ketahui tentang tanganku. Jangan-jangan...

"Eomma—"

"Joshua Hong, dengarkan Eomma. Kau tidak perlu menutupi keadaanmu. Eomma tahu."

Ah, Eomma pasti akhirnya tahu kalau aku bukan sekedar cidera biasa. Dia tahu bahwa memang tanganku retak.

"J0shua Hong. Wae, eung? Kenapa kau tidak jujur kalau kondisimu separah itu? Hmm? Wae? Apa kau tidak ingin Eomma khawatir?"

"Eomma—"

"Segeralah ke Amerika."

Pasti Eomma akan mengatakan ini. Pasti dia akan memintaku untuk pulang ke LA secepatnya. Andwaeyo, Eomma. Tidak sekarang.

"Aku tahu kau tidak bisa mengikuti tes Berklee dengan keadaanmu yang seperti itu. Jadi untuk apa lagi bertahan di sana? Mimpimu di Berklee juga sudah berakhir untuk saat ini kan? Cepatlah ke sini. Di LA pun banyak institusi lainnya. Tidak perlu LA, apa kau mau ke Praha? Aku kenal professor musik yang bagus di sana."

"Eomma—"

"Joshua! Apa kau tahu betapa Eomma khawatir padamu? Eoh? Joshua? Uri Joshua..."

"Eomma..." aku memejamkan mataku sejenak. Aku tidak bisa mendengarkan Eomma menangis seperti ini. Tangisnya ini membuat pertahananku akan perasaan frustasi melihat keadaan tanganku dan kegagalanku akan tes Berklee, runtuh.

"Eomma, aku baik-baik saja." Aku mencoba tersenyum. Tersenyum untuk membuatku tidak ikut menangis. Tersenyum agar aku merasa lebih baik.

"Mimpiku tidak hancur Eomma. Tanganku akan sembuh."ucapku sambil memandangi tanganku yang dibalut perban.

"웃지마!"
utjima = jangan tersenyum!

Hello, U. [SEVENTEEN IMAGINE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang