Logan International Airport, Massachusetts, United States
11 September 2001
07:30 AM**
Louis membenarkan posisi kepala gadis bersurai cokelat yang tengah bersender di bahunya. Wajah gadis itu terlihat damai dan cantik di saat yang bersamaan. Riasan wajah ditanggalkannya. Nafasnya teratur. Dengkuran kecil terdengar di antara tidurnya.
Kedua sudut bibir Louis terangkat perlahan memperhatikan Abby, kekasihnya dan juga gadis yang tengah tertidur itu. Bukan hanya karena kepolosan Abby saat tertidur, namun juga karena penampilannya. Abby yang biasanya berpakaian modis kini hanya mengenakan piyama merah muda bermotif hati dan juga sendal jepit.
Jika Abby ingin menyalahkan seseorang karena penampilannya saat ini, Louis bersedia disalahkan. Karena dia-lah gadis yang terpaut dua tahun lebih muda daripada dia itu berkeliaran di bandara dengan piyama dan boneka babi kecil di pelukannya.
Tangan kanan Louis melingkar di bahu kecil Abby, menariknya lebih dekat. Entah mengapa ia ingin Abby berada di dekatnya saat ini, menemaninya menunggu pesawat. Bahkan saat dini hari Louis rela datang ke rumah Abby, mengetuk pintunya, dan memintanya untuk ditemani. Awalnya Abby menyumpah dan menolak ikut. Tapi bukan Louis namanya jika ia langsung menyerah begitu saja. Menjadikan Abby si Kepala Batu menjadi kekasihnya adalah hal yang paling sulit sehingga untuk hal sepele seperti itu bagi Louis mudah untuk diatur.
"Berapa menit lagi?" gumam Abby masih memejamkan kedua matanya. Matanya terasa terlalu berat untuk terbuka.
Louis menatap jam tangan di pergelangan tangannya. "Lima belas."
Menghela nafas berat, Abby mendekat kepada Louis, mendempetkan dirinya sampai aroma khas lelaki itu tertangkap indra penciumannya. "Jam delapan aku sudah harus di kampus. Kamu keterlaluan, Lou. Menghancurkan tidurku hanya karena keinginanmu yang sangat konyol."
"Setidaknya kamu bisa bersender di bahuku sebagai penggantinya."
Abby terkekeh pelan mendengar jawaban tak nyambung. Terserah Louis lah mau bicara apa, Abby tak ingin begitu memusingkannya sekarang. Bukan waktu yang tepat untuk beradu mulut mengenai hal tak penting.
Beberapa orang memperhatikan Abby dengan aneh. Kemungkinan besar karena penampilannya. Maupun Abby dan Louis tak memperdulikan tatapan aneh itu.
"Lagipula kenapa sih, Lou? Hampir tiap bulan kamu ke Los Angeles untuk menemui keluargamu. Dan ini pertama kalinya kamu merengek memintaku untuk menemanimu."
Louis terdiam sejenak, memikirkan pertanyaan Abby. Ada benarnya juga, dia sendiri tak tahu mengapa ia minta ditemani. Tapi apakah perlu alasan jika yang Louis inginkan adalah dekat dengan Abby saat ini?
"Apa aku salah memintamu menemaniku?"
Menggeleng cepat, Abby tak ingin Louis salah sangka. Ia sebetulnya tak keberatan menemani Louis, hanya saja waktunya kurang tepat. Dia harus mengejar banyak kelas sebelum ujian akhir.
Tiga tahun mereka menjalin hubungan spesial dan untuk yang pertama kalinya Louis meminta Abby untuk ikut mengantarnya ke bandara. "Hanya sedikit aneh."
Mereka berdua terdiam, memperhatikan orang-orang yang berlalu lalang di depan mereka. Meskipun masih pagi namun bandara sudah ramai.
KAMU SEDANG MEMBACA
September Eleven | 1d ✔️
FanfictionLima kisah berbeda tentang cinta dan kehilangan dalam tragedi Sebelas September. [On Editing] Copyright © 2016 by Kryptonitexx