10.10 Harry Styles

359 83 8
                                    

Senyuman seadanya diberikan Emilia kepada ibu dari temannya Mile. Lukisan anak-anak yang tengah bermain dengan ceria di tembok sekolah tak membantu mengembalikan aura gembira yang seharusnya lekat di taman kanak-kanak. Guratan kesedihan terlihat samar di wajah para ibu yang menjemput anak mereka, mereka harus menyembunyikannya dengan senyuman.

Kegemparan yang terjadi di Manhattan terlalu rumit untuk dimengerti oleh anak kecil. Terlebih untuk menjelaskan jika ayah mereka masih berada di gedung kembar yang ditabrak oleh dua pesawat komersil.

Emilia menggenggam erat tangan Mile dan Allison keluar dari lingkungan sekolah Mile. Kepala sekolah terpaksa memulangkan siswanya karena kejadiaan naas itu. Banyak orang tua murid yang mendesak menjemput anak mereka.

"Mom, katanya hari ini lomba futsalnya dibatalkan ya?" Mile bertanya seraya membetulkan tas gendongnya.

"Ya, mom juga dengar begitu," Emilia menjawab seadanya, menuntun kedua anaknya di trotoar. Jarak antara rumah dan sekolah Mile cukup dekat sebetulnya, Harry saja yang terlalu memanjakan anaknya hingga harus mengantar dengan mobil.

Hingga saat ini Emilia tak tahu kabar Harry, apa dia sudah turun atau belum. Ia menahan kekhawatiran yang makin lama terpupuk. Namun ia menyadari jika Harry tak sebodoh itu, dia tidak mungkin tetap berada di atas sana saat tahu kondisi yang sebenarnya.

Ponsel di kantong celana Emilia bergetar. Ia melepas genggaman Mile untuk meraihnya.

Annie.

Nama itu tertera di layar ponselnya. Jempolya langsung menekan tombol hijau di keypad tanpa ragu-ragu.

"Halo?"

"Di mana anakku?" suara ibu Harry terdengar bergetar. Emilia menghentikan langkahnya, merasakan ada sesuatu yang janggal. Saking bingungnya ia tak mampu berucap. "KATAKAN DI MANA HARRY!"

Emilia tersentak begitu mendengar erangan histeris Annie. Tanpa sadar setitik air mata jatuh ke pipinya tanpa alasan.

"Katakan jika Harry bersamamu... Ku-kumohon--"

"-MOM!" Pekikan panik terdengar sesaat setelah suara gemuruh aneh di telepon. Sesaat hanya terdengar suara Gemma —adik Harry— yang memanggil-manggil ibunya yang menangis histeris namun tak lama suaranya terdengar jelas di telepon. "Em. Apa Harry bersamamu?"

Dada Emilia terasa perih. Mengapa semua orang bertanya keberadaan Harry? Apa mereka berpura-pura tak tahu di mana Harry?

Apa yang sebetulnya terjadi?

"Apa yang terjadi?" tanya Emilia pasrah. Satu jam yang lalu semuanya masih sedikit lebih baik; ia masih bisa mendengar suara Harry yang juga sebagai pertanda keadaan suaminya. Berbagai pemikiran negatif mulai merayap ke otaknya, ia langsung menepisnya. "Gemma, apa yang terjadi dengan Harry?!"

Gemma hanya diam dan membiarkan Emilia mendengar isakkannya, memperburuk suasana hati Emilia.

Dan kalimat yang selanjutnya terlontar dari bibir Gemma membuat seluruh organ dalam tubuh Emilia berhenti. Kakinya tak kuasa menahan beban, tubuhnya terjatuh di trotoar dengan air mata yang mengalir deras. Dadanya kali ini bagai dipukul berkali-kali dengan tongkat bisbol. Matanya terasa perih saat mengeluarkan luapan air mata yang tak bisa ditahannya.

"Gedung WTC runtuh dan Harry..."

September Eleven | 1d ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang